Menkes: Buat akhiri TBC 2030 perlu vaksin pada akhir 2028
11 November 2024 16:22 WIB
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan soal progres produksi vaksin TBC buat penanganan Tuberkulosis di Badung, Bali, Senin (11/11/2024). ANTARA/Ni Putu Putri Muliantari (Ni Putu Putri Muliantari)
Badung (ANTARA) - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan untuk bisa mengakhiri Tuberkulosis (TBC) tahun 2030 maka vaksin harus diproduksi dan ditetapkan pada akhir 2028.
“Untuk mengeliminasi Tuberkulosis 2030 kita harus melahirkan vaksin pada akhir tahun 2028. Karena kalau tidak, kita tinggal berkemas dan pulang ke rumah, lalu pakai selongsong baju di pantai, karena menurut saya kita tidak bekerja cukup keras hanya menjadikannya slogan,” kata Menkes Budi Gunadi Sadikin.
Menkes dalam High Level Meeting On TB Innovation di Kabupaten Badung, Bali, Senin, mengatakan vaksinasi merupakan langkah perubahan dalam percepatan penanganan TBC di luar skrining dan terapi pengobatan.
Saat ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sedang penjajakan ke tiga produsen vaksin, salah satunya M72, dengan target setidaknya setelah rampung akhir 2028 dapat diluncurkan pada 2029.
Baca juga: Menkes sebut Indonesia lakukan tiga uji vaksin TBC
“Saya memberi mereka target, harus menyelesaikan semuanya pada tahun 2028 sehingga pada tahun 2029 kami dapat meluncurkan vaksin ini secara global, saya tahu itu sangat rumit, teknologi vaksin sangat rumit,” ujar Menkes.
Menkes menyadari peluang gagal dalam percobaan produksi vaksin TBC sangat tinggi, sehingga mereka tidak hanya mengandalkan satu produsen dan melakukan sejumlah uji klinis.
“Yang M72 merupakan vaksin yang teknologinya itu proyek kombinasi yang sudah diproduksi di Indonesia, sekarang uji klinis fase tiga dan sudah merekrut pasien,” ujarnya.
Adapun tiga produsen yang dijajaki Kemenkes berasal dari tiga negara dengan teknologi berbeda yaitu Jerman, Amerika, dan China.
Baca juga: Indonesia dorong penyediaan vaksin TBC terbaru dipercepat
Menkes mengatakan dalam pertemuan Presiden Prabowo bersama Presiden China Xi Jinping beberapa waktu lalu turut membahas isu kesehatan salah satunya TBC. sebab salah satu kandidat produsen berasal dari China.
Menkes mengatakan China sendiri telah berhasil menggeser posisinya sebagai TBC tertinggi, kini berada di bawah India dan Indonesia.
“Target nomor dua adalah faktor terakhir teknologi dasar vaksin yang bisa dilihat secara biologis di China, kita mendukung uji klinis level satu di negara ini dan ini adalah salah satu topik yang dimulai antara Pak Prabowo dan Xi Jinping,” tuturnya.
Sembari menunggu vaksin TBC, Menkes Budi Gunadi mengatakan Indonesia akan gencar melakukan skrining untuk menemukan lebih banyak kasus. Kemenkes mencoba menekan biaya dengan memanfaatkan alat pendeteksi COVID-19 yang sudah banyak dan tersebar.
“Dulu kan skrining TBC susah mesti diambil dari batuk, anak-anak kecil susah kalau batuk. Sekarang dengan teknologi ini kita coba di Jawa Barat di swab saja, bukan di hidung tapi di lidah tenggorokan, kemudian kita tes PCR sama seperti COVID-19,” kata Menkes.
Baca juga: BRIN kembangkan vaksin penguat Tuberkulosis
“Untuk mengeliminasi Tuberkulosis 2030 kita harus melahirkan vaksin pada akhir tahun 2028. Karena kalau tidak, kita tinggal berkemas dan pulang ke rumah, lalu pakai selongsong baju di pantai, karena menurut saya kita tidak bekerja cukup keras hanya menjadikannya slogan,” kata Menkes Budi Gunadi Sadikin.
Menkes dalam High Level Meeting On TB Innovation di Kabupaten Badung, Bali, Senin, mengatakan vaksinasi merupakan langkah perubahan dalam percepatan penanganan TBC di luar skrining dan terapi pengobatan.
Saat ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sedang penjajakan ke tiga produsen vaksin, salah satunya M72, dengan target setidaknya setelah rampung akhir 2028 dapat diluncurkan pada 2029.
Baca juga: Menkes sebut Indonesia lakukan tiga uji vaksin TBC
“Saya memberi mereka target, harus menyelesaikan semuanya pada tahun 2028 sehingga pada tahun 2029 kami dapat meluncurkan vaksin ini secara global, saya tahu itu sangat rumit, teknologi vaksin sangat rumit,” ujar Menkes.
Menkes menyadari peluang gagal dalam percobaan produksi vaksin TBC sangat tinggi, sehingga mereka tidak hanya mengandalkan satu produsen dan melakukan sejumlah uji klinis.
“Yang M72 merupakan vaksin yang teknologinya itu proyek kombinasi yang sudah diproduksi di Indonesia, sekarang uji klinis fase tiga dan sudah merekrut pasien,” ujarnya.
Adapun tiga produsen yang dijajaki Kemenkes berasal dari tiga negara dengan teknologi berbeda yaitu Jerman, Amerika, dan China.
Baca juga: Indonesia dorong penyediaan vaksin TBC terbaru dipercepat
Menkes mengatakan dalam pertemuan Presiden Prabowo bersama Presiden China Xi Jinping beberapa waktu lalu turut membahas isu kesehatan salah satunya TBC. sebab salah satu kandidat produsen berasal dari China.
Menkes mengatakan China sendiri telah berhasil menggeser posisinya sebagai TBC tertinggi, kini berada di bawah India dan Indonesia.
“Target nomor dua adalah faktor terakhir teknologi dasar vaksin yang bisa dilihat secara biologis di China, kita mendukung uji klinis level satu di negara ini dan ini adalah salah satu topik yang dimulai antara Pak Prabowo dan Xi Jinping,” tuturnya.
Sembari menunggu vaksin TBC, Menkes Budi Gunadi mengatakan Indonesia akan gencar melakukan skrining untuk menemukan lebih banyak kasus. Kemenkes mencoba menekan biaya dengan memanfaatkan alat pendeteksi COVID-19 yang sudah banyak dan tersebar.
“Dulu kan skrining TBC susah mesti diambil dari batuk, anak-anak kecil susah kalau batuk. Sekarang dengan teknologi ini kita coba di Jawa Barat di swab saja, bukan di hidung tapi di lidah tenggorokan, kemudian kita tes PCR sama seperti COVID-19,” kata Menkes.
Baca juga: BRIN kembangkan vaksin penguat Tuberkulosis
Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024
Tags: