Akademisi: Pemanfaatan potensi alam kunci kemandirian farmasi RI
11 November 2024 15:58 WIB
ilustrasi: Pelaku UMKM Uce Lestari (kanan) dan pekerja menyusun produk mentah teh daun sungkai Kaikai di rumah produksi Nurchery, Paal Merah, Jambi, Sabtu (2/11/2024). Olahan produk teh berbahan baku tumbuan liar di Jambi dan dapat diambil secara cuma-cuma tersebut dijual Rp20 ribu per kemasan dan dipasarkan ke wilayah Jambi dan sekitarnya. ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/YU
Jakarta (ANTARA) - Dekan Sekolah Farmasi ITB Prof I Ketut Adnyana menyebut bahwa potensi besar bahan alam Indonesia merupakan kunci kemandirian di sektor kesehatan.
"Potensi Indonesia untuk mandiri di bidang kesehatan dan farmasi adalah melalui bahan alam, karena sumber daya kita nomor satu di dunia," ujar Prof Ketut dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin.
Pemanfaatan obat berbahan alam, kata dia, mampu mendukung kesehatan masyarakat secara preventif dan promotif, terutama untuk penyakit kronis seperti stroke dan diabetes. Menurutnya, obat bahan alam bekerja di hulu yaitu pada aspek preventif dan promotif, yang dapat meningkatkan kesehatan dan kebugaran masyarakat.
Dia pun berharap agar publik lebih terbiasa menggunakan bahan alam dalam kehidupan sehari-hari sebagai langkah preventif agar tidak mudah sakit.
Baca juga: BRIN: 85 persen bahan baku obat herbal masih berasal dari alam
Dalam keterangan yang sama, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan pembangunan industri farmasi, alat kesehatan (alkes), dan pelayanan kesehatan akan didorong untuk industri dalam negeri. Hal itu sejalan dengan pilar ketiga transformasi kesehatan yakni transformasi sistem ketahanan kesehatan.
“Pandemi telah mengajarkan kita tentang terbatasnya suplai alat kesehatan dan obat-obatan. Dengan jumlah penduduk lebih dari 280 juta jiwa, Indonesia harus siap menghadapi kebutuhan mendesak, seperti obat-obatan, vaksin, ventilator, dan APD (Alat Pelindung Diri)," kata Menkes.
Oleh karena itu pihaknya berkomitmen memperkuat industri farmasi dan alat kesehatan dalam negeri guna menciptakan sistem kesehatan yang memiliki ketahanan baik agar siap menghadapi pandemi.
Baca juga: BRIN soroti beberapa isu ketersediaan bahan baku obat bahan alam
Dexa Group Molecular Pharmacologist Raymond R. Tjandrawinata menekankan pentingnya pemanfaatan senyawa bioaktif dari tanaman herbal dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat. Indonesia, lanjutnya, memiliki kekayaan hayati dengan ribuan spesies tanaman, tetapi hanya sebagian kecil yang telah dimanfaatkan.
“Diperlukan lebih banyak uji klinis yang diakui secara global agar produk herbal Indonesia bisa diintegrasikan dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), memungkinkan pemanfaatannya secara luas dalam pengobatan di Indonesia,” katanya.
Presiden Direktur PT Dexa Medica V Hery Sutanto menyebutkan secara ekonomi pemanfaatan bahan alam dalam negeri juga dapat menyejahterakan petani, penyedia suplai, industri bahan baku alam, hingga industri obat jadi.
Baca juga: DPR: Perlu tingkatkan koordinasi multisektor untuk industri farmasi
"Potensi Indonesia untuk mandiri di bidang kesehatan dan farmasi adalah melalui bahan alam, karena sumber daya kita nomor satu di dunia," ujar Prof Ketut dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin.
Pemanfaatan obat berbahan alam, kata dia, mampu mendukung kesehatan masyarakat secara preventif dan promotif, terutama untuk penyakit kronis seperti stroke dan diabetes. Menurutnya, obat bahan alam bekerja di hulu yaitu pada aspek preventif dan promotif, yang dapat meningkatkan kesehatan dan kebugaran masyarakat.
Dia pun berharap agar publik lebih terbiasa menggunakan bahan alam dalam kehidupan sehari-hari sebagai langkah preventif agar tidak mudah sakit.
Baca juga: BRIN: 85 persen bahan baku obat herbal masih berasal dari alam
Dalam keterangan yang sama, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan pembangunan industri farmasi, alat kesehatan (alkes), dan pelayanan kesehatan akan didorong untuk industri dalam negeri. Hal itu sejalan dengan pilar ketiga transformasi kesehatan yakni transformasi sistem ketahanan kesehatan.
“Pandemi telah mengajarkan kita tentang terbatasnya suplai alat kesehatan dan obat-obatan. Dengan jumlah penduduk lebih dari 280 juta jiwa, Indonesia harus siap menghadapi kebutuhan mendesak, seperti obat-obatan, vaksin, ventilator, dan APD (Alat Pelindung Diri)," kata Menkes.
Oleh karena itu pihaknya berkomitmen memperkuat industri farmasi dan alat kesehatan dalam negeri guna menciptakan sistem kesehatan yang memiliki ketahanan baik agar siap menghadapi pandemi.
Baca juga: BRIN soroti beberapa isu ketersediaan bahan baku obat bahan alam
Dexa Group Molecular Pharmacologist Raymond R. Tjandrawinata menekankan pentingnya pemanfaatan senyawa bioaktif dari tanaman herbal dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat. Indonesia, lanjutnya, memiliki kekayaan hayati dengan ribuan spesies tanaman, tetapi hanya sebagian kecil yang telah dimanfaatkan.
“Diperlukan lebih banyak uji klinis yang diakui secara global agar produk herbal Indonesia bisa diintegrasikan dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), memungkinkan pemanfaatannya secara luas dalam pengobatan di Indonesia,” katanya.
Presiden Direktur PT Dexa Medica V Hery Sutanto menyebutkan secara ekonomi pemanfaatan bahan alam dalam negeri juga dapat menyejahterakan petani, penyedia suplai, industri bahan baku alam, hingga industri obat jadi.
Baca juga: DPR: Perlu tingkatkan koordinasi multisektor untuk industri farmasi
Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024
Tags: