Kiev (ANTARA News) - Perdana MenteriUkraina Arseniy Yatsenyuk mengumumkan pengunduran dirinya pada Kamis (24/7), setelah runtuhnya koalisi parlemen berkuasa Pilihan Eropa.

"Jika tidak ada koalisi baru terbentuk dan koalisi yang ada di republik presidensial-parlementer telah runtuh, pemerintah dan perdana menteri harus mengundurkan diri. Saya mengumumkan pengunduran diri saya karena runtuhnya koalisi," katanya.

Yatsenyuk juga menyatakan kekecewaannya dengan keputusan parlemen Ukraina menolak rancangan undang-undang yang memungkinkan pemerintah menyerahkan hingga 49 persen dari sistem transportasi gas negara kepada investor dari Uni Eropa dan Amerika Serikat.

Ketua Parlemen Oleksandr Turchynov mengatakan, faksi-faksi parlemen dari Partai Svoboda dan UDAR mengajukan pencalonan perdana menteri sementara.

Menurut konstitusi Ukraina, pengunduran diri Perdana Menteri memerlukan pengunduran diri seluruh Kabinet.

Kabinet, yang dibubarkan oleh Verkhovna Rada (parlemen Ukraina), akan terus berfungsi sampai pemerintah baru terbentuk.

Sebelumnya Partai Svoboda dan UDAR mengumumkan faksinya di parlemen mundur dari koalisi mayoritas, membuka jalan bagi pembubaran parlemen.

Koalisi mayoritas di parlemen Ukraina, yang dibuat setelah kudeta Februari, memiliki 256 anggota, sebagian besar mewakili partai bekas oposisi Batkyvshchina, Udar dan Svoboda.

Dengan pengunduran diri dari koalisi, jumlah mereka turun di bawah ambang batas konstitusional 226 anggota, memberikan presiden kekuasaan hukum untuk membubarkan parlemen dalam satu bulan.

Verkhovna Rada menunjuk Arseniy Yatsenyuk sebagai Perdana Menteri Ukraina baru pada 27 Februari, setelah Presiden Viktor Yanukovych digulingkan dari kekuasaan setelah kudeta militer.(Uu.H-AK)