Jakarta (ANTARA) -
Chief Economist PT Bank Negara Indonesia Tbk atau BNI Leo Putera Rinaldy memproyeksikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) akan berada di level 5,75 persen pada akhir tahun 2024.

Ia menyebut bahwa bank sentral tersebut masih mempunyai ruang untuk menurunkan suku bunga acuannya pada dua bulan terakhir 2024 ini.

Leo dalam diskusi bersama media di kawasan SCBD, Jakarta, Jumat, menyebut bahwa pergerakan nilai tukar Rupiah pada akhir tahun akan menjadi kunci bagi BI untuk menentukan kebijakan suku bunga acuannya.

“Kalau Rupiah cenderung menguat saat menjelang Rapat Dewan Gubernur BI, penurunan itu terbuka di November atau Desember 2024 ini,” ujar Leo.

Baca juga: Analis: Pemangkasan suku bunga acuan AS bantu penguatan rupiah

Ia melanjutkan, saat ini nilai tukar Rupiah masih cenderung bergerak stabil di angka Rp15.000 per dolar Amerika Serikat (AS) meski sempat terjadi pelemahan dalam beberapa waktu terakhir.

“Sebagai gambaran saja, secara month to date (mtd) nilai tukar Rupiah masih melemah 0,2 persen (mtd) walau sebenarnya tidak setajam pada Oktober 2024. Namun kalau kita lihat nilai tukar rupiah cenderung stabil,” ujar Leo.

Namun demikian, Ia menyebut potensi suku bunga acuan BI ini masih dipengaruhi oleh kondisi perekonomian dalam negeri hingga arah suku bunga acuan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).

Di sisi lain, Ia mengatakan bahwa data inflasi Indonesia masih sangat stabil dan tidak menjadi perhatian khusus bagi bank sentral dalam negeri.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Oktober 2024 tercatat inflasi sebesar 0,08 persen month to month (mtm), sehingga secara tahunan sedikit menurun menjadi 1,71 persen year on year (yoy) dari realisasi inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,84 persen (yoy).