Penggunaan gawai perlu dikomunikasikan dengan anak guna cegah judol
8 November 2024 20:15 WIB
Tangkapan layar-Asisten Deputi Perlindungan Khusus Anak dari Kekerasan Kemenpppa Ciput Eka Purwianti saat membahas dampak judi online pada anak bersama ANTARA melalui via Zoom di Jakarta, Jumat (8/11/2024). (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Perempuan (KemenPPPA) mengatakan penggunaan gawai di rumah perlu dikomunikasikan dengan anak baik dari tujuan maupun fungsinya guna mencegah anak terjerat judi online (judol).
“Anak kalau sudah terkena adiksi karena tertantang permainan, dia bisa melakukan apapun nantinya ya seperti kriminal, mencuri uang dari dompet ibu bapaknya, kalau tidak dikendalikan dia akan melakukan yang lebih besar,” kata Asisten Deputi Perlindungan Khusus Anak dari Kekerasan KemenPPPA Ciput Eka Purwianti kepada ANTARA di Jakarta, Jumat.
Ciput menuturkan kebanyakan kasus judi online yang menimpa anak-anak awal mulanya berasal dari permainan gim daring yang bersifat kompetitif. Anak akan merasa tertantang dan mencari peluang untuk menang, hingga akhirnya dia melakukan top up dana.
Hal ini menurutnya sangat disayangkan karena tidak semua anak yang sedang mengalami tumbuh kembang memiliki literasi digital yang memumpuni. Sedangkan pemberian gawai seperti ponsel, laptop atau komputer terus diberikan oleh orang tua agar anaknya dapat mengikuti perkembangan zaman.
Baca juga: Psikolog imbau orang tua awasi penggunaan gadget anaknya
Baca juga: Langkah Kemenkominfo lindungi anak dari judi online kamuflase jadi gim
Kondisi itu dinilainya berbahaya, mengingat pemberian gawai juga tidak diimbangi dengan komunikasi dua arah yang baik bersama anak-anak.
“Komunikasi dua arah itu perlu dilakukan, orang tua dapat menyampaikan harapannya seperti apa, anak juga harapannya seperti apa, itu yang harus kita pahami,” ucap dia.
Ciput mengatakan komunikasi dua arah akan membantu orang tua memberikan penjelasan terkait tujuan disediakannya fasilitas teknologi tersebut juga menyatakan harapannya kepada anak selama menggunakannya.
Di sisi lain, anak juga dapat menyatakan keinginannya dari penggunaan teknologi tersebut, sehingga dapat memenuhi haknya untuk berpartisipasi mengambil keputusan dalam hidup mereka.
Dengan adanya rasa percaya dan setiap anak akan menjadi lebih cerdas, bertanggung jawab dan memahami pilihan atau konsekuensi suatu masalah bila diajak berdiskusi.
Langkah tersebut juga bisa meningkatkan cara berpikir kritis anak, sekaligus menjadi momen saling mengingatkan agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam mengatasi sebuah masalah serta terhindar dari terjerat judi online.
“Pengasuhan positif itu penting. Walaupun anak punya kebutuhan yang dibantu oleh teknologi, tetapi perlu diingat ada keterbatasan untuk orang tua,” ucap dia.
Baca juga: Legislator minta pemerintah perketat akses anak terhadap gim daring
Baca juga: LPAI serukan pemerintah blokir gim daring yang mengandung kekerasan
Baca juga: Pemerintah diminta terbitkan regulasi blokir gim online tidak sesuai
“Anak kalau sudah terkena adiksi karena tertantang permainan, dia bisa melakukan apapun nantinya ya seperti kriminal, mencuri uang dari dompet ibu bapaknya, kalau tidak dikendalikan dia akan melakukan yang lebih besar,” kata Asisten Deputi Perlindungan Khusus Anak dari Kekerasan KemenPPPA Ciput Eka Purwianti kepada ANTARA di Jakarta, Jumat.
Ciput menuturkan kebanyakan kasus judi online yang menimpa anak-anak awal mulanya berasal dari permainan gim daring yang bersifat kompetitif. Anak akan merasa tertantang dan mencari peluang untuk menang, hingga akhirnya dia melakukan top up dana.
Hal ini menurutnya sangat disayangkan karena tidak semua anak yang sedang mengalami tumbuh kembang memiliki literasi digital yang memumpuni. Sedangkan pemberian gawai seperti ponsel, laptop atau komputer terus diberikan oleh orang tua agar anaknya dapat mengikuti perkembangan zaman.
Baca juga: Psikolog imbau orang tua awasi penggunaan gadget anaknya
Baca juga: Langkah Kemenkominfo lindungi anak dari judi online kamuflase jadi gim
Kondisi itu dinilainya berbahaya, mengingat pemberian gawai juga tidak diimbangi dengan komunikasi dua arah yang baik bersama anak-anak.
“Komunikasi dua arah itu perlu dilakukan, orang tua dapat menyampaikan harapannya seperti apa, anak juga harapannya seperti apa, itu yang harus kita pahami,” ucap dia.
Ciput mengatakan komunikasi dua arah akan membantu orang tua memberikan penjelasan terkait tujuan disediakannya fasilitas teknologi tersebut juga menyatakan harapannya kepada anak selama menggunakannya.
Di sisi lain, anak juga dapat menyatakan keinginannya dari penggunaan teknologi tersebut, sehingga dapat memenuhi haknya untuk berpartisipasi mengambil keputusan dalam hidup mereka.
Dengan adanya rasa percaya dan setiap anak akan menjadi lebih cerdas, bertanggung jawab dan memahami pilihan atau konsekuensi suatu masalah bila diajak berdiskusi.
Langkah tersebut juga bisa meningkatkan cara berpikir kritis anak, sekaligus menjadi momen saling mengingatkan agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam mengatasi sebuah masalah serta terhindar dari terjerat judi online.
“Pengasuhan positif itu penting. Walaupun anak punya kebutuhan yang dibantu oleh teknologi, tetapi perlu diingat ada keterbatasan untuk orang tua,” ucap dia.
Baca juga: Legislator minta pemerintah perketat akses anak terhadap gim daring
Baca juga: LPAI serukan pemerintah blokir gim daring yang mengandung kekerasan
Baca juga: Pemerintah diminta terbitkan regulasi blokir gim online tidak sesuai
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024
Tags: