Jakarta (ANTARA) - Saat berada di Jawa Tengah, salah satu ikon destinasi wisata yang paling dikenal adalah Candi Borobudur, peninggalan warisan budaya dunia yang telah diakui oleh UNESCO.

Terletak di Kabupaten Magelang, candi ini berdiri megah dan menjadi daya tarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.

Di balik kemegahannya, Candi Borobudur menyimpan sejarah yang panjang hingga nilai budaya yang tinggi.

Dibangun pada abad ke-8 hingga abad ke-9 Masehi, Candi Borobudur adalah peninggalan Kerajaan Syailendra yang terkenal dengan kepercayaan agama Buddha Mahayana.

Lantas, bagaimana sejarah lengkap tentang asal usul Candi Borobudur ini? Berikut penjelasannya.

Sejarah Candi Borobudur

Candi Borobudur menjadi candi dan monumen Buddha paling besar di dunia. Candi ini dibangun oleh Raja Samaratungga dari Dinasti Syailendra, sekitar 824 hingga 900-an Masehi.

Pembangunan candi ini bertujuan untuk menjadi tempat ibadah serta tempat memuja roh-roh nenek moyang bagi umat Buddha, sekaligus sebagai lambang kebesaran kerajaan Buddha.

Raja Samaratungga memerintahkan arsitek Buddha bernama Gunadharma untuk membangun candi ini dan selesai dibangun pada masa kepemimpinan putrinya, Ratu Pramodawardhani.

Candi Borobudur memiliki ketinggian 42 meter dan terdiri dari sekitar dua juta blok batu yang disusun rapi tanpa menggunakan perekat, hanya ditumpuk sesuai pola batu.

Bangunan ini memiliki susunan yang berundak dan terdiri dari tiga tingkat dalam ajaran Buddha yakni Kamadhatu (alam nafsu), Rupadhatu (alam bentuk), dan Arupadhatu (alam tanpa bentuk).

Borobudur bukan hanya sekadar bangunan yang megah. Relief yang terukir di dinding-dinding candi menceritakan ajaran Buddha dan kisah kehidupan sehari-hari pada masa itu. Ada sekitar 2.672 relief di Candi Borobudur sebagai koleksi relief Buddha terbesar di dunia.

Selain itu, Borobudur juga dihiasi dengan 505 arca Buddha dan 72 stupa. Stupa-stupa tersebut berbentuk seperti lonceng yang berlubang dengan arca Buddha di dalamnya.

Borobudur pernah menjadi pusat kegiatan keagamaan Buddha hingga abad ke-15. Namun, seiring dengan penyebaran agama Islam di Pulau Jawa, candi ini perlahan-lahan mulai ditinggalkan dan tertimbun oleh abu vulkanik serta tanah selama berabad-abad.

Borobudur yang seolah hilang dari pandangan dunia, akhirnya ditemukan kembali. Pada tahun 1814, seorang gubernur Inggris di Jawa, Sir Thomas Stamford Raffles, mendengar kabar mengenai adanya runtuhan bangunan besar. Ia kemudian mengutus perwira Belanda bernama H.C. Cornelius untuk memeriksa runtuhan tersebut.

Setelah melakukan penggalian, runtuhan Candi Borobudur pun kembali terlihat. Berkat usaha dari berbagai pihak terlibat dan waktu yang cukup panjang, Candi Borobudur mulai diperbaiki dan dipulihkan, hingga saat ini menjadi ikon wisata dan tempat ibadah umat Buddha.

Harga tiket masuk Candi Borobudur

Untuk masuk ke kawasan Candi Borobudur, para pengunjung wajib memiliki tiket masuk setiap orangnya. Berikut ini adalah rincian harga tiket masuknya.

1. Harga tiket Borobudur per orang untuk sekali masuk


Usia 10 tahun ke atas
  • Wisatawan nusantara: Rp 50.000
  • Wisatawan mancanegara: USD 25 atau sekitar Rp393.000
Usia 3 s/d 10 tahun

  • Wisatawan nusantara: Rp 25.000
  • Wisatawan mancanegara: USD 15 atau sekitar Rp236.000
2. Harga tiket Borobudur khusus rombongan bagi pelajar minimal 20 orang

  • Wisatawan nusantara: Rp 25.000
  • Wisatawan mancanegara: USD 15 atau sekitar Rp236.000
3. Paket terusan Borobudur-Prambanan

Usia 10 tahun ke atas

  • Wisatawan nusantara: Rp 75.000
  • Wisatawan mancanegara: USD 45 atau sekitar Rp708.000
Usia 3 s/d 10 tahun

  • Wisatawan nusantara: Rp 35.000
  • Wisatawan mancanegara: USD 27 atau sekitar Rp424.000
4. Paket terusan Borobudur–Ratu Boko

Usia 10 tahun ke atas

  • Wisatawan nusantara: Rp 75.000
  • Wisatawan mancanegara: USD 45 atau sekitar Rp708.000
Usia 3 s/d 10 tahun

  • Wisatawan nusantara: Rp 35.000
  • Wisatawan mancanegara: USD 27 atau sekitar Rp424.000

Baca juga: Sejarah Candi Kalasan, salah satu peninggalan tertua di Yogyakarta

Baca juga: Sejarah Candi Gedong Songo, wisata budaya favorit di Semarang

Baca juga: Mengenal Candi Singosari, salah satu ikon wisata sejarah di Malang