Jakarta (ANTARA News) - Hasil temuan terbaru Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menyebutkan mayoritas publik (responden) berharap kedua capres-cawapres siap menerima kekalahan.

Peneliti LSI Rully Akbar didampingi Ade Mulayana kepada pers di Jakarta, Senin , mengatakan, sebesar 93,0 persen publik ingin para capres berjiwa besar menerima kekalahan, dan hanya 4,5 persen publik yang berharap capres yang kalah untuk menggugat ke Mahkamah Konstitusi (MK) dan 2,5 persen publik tidak menjawab.

Temuan itu berdasar Quick Poll (survei cepat) LSI yang dilakukan pada 18--19 Juli 2014. Quick poll menggunakan metode multistage random sampling untuk 1.200 responden dan tingkat kesalahan +/- 2,9 persen.

Rully menjelaskan, bedanya dengan survei biasa, "quick poll menggunakan perangkat "smartphone LSI" sehingga lebih cepat dibandingkan dengan survei nasional dengan cara "face to face interview".

Survei itu dilaksanakan di 33 propinsi di Indonesia yang dilengkapi survei dengan penelitian kualitatif dengan metode analisis media, FGD, dan in depth interview. Survei ini dibiayai sendiri oleh LSI dari dana "public interest".

Dalam survei ditemukan bahwa mayoritas publik pun berharap hiruk pikuk pilpres pun cepat usai, yaitu sebesar 96,3 persen publik menginginkan semua proses pilpres cepat tuntas, hanya 0,8 persen publik tidak menginginkan pilpres cepat berakhir, dan 2,9 persen publik tidak menjawab.

Survei tersebut menemukan sebesar 77,7 persen publik menyatakan sangat khawatir dengan kondisi politik pasca penetapan presiden dan wakil presiden 22 Juli 2014, hanya 20,4 persen yang menyatakan bahwa mereka tidak khawatir dan 1,9 persen tidak menjawab.

Meskipun berharap para capres siap menerima kekalahan, namun sebesar 46,7 persen publik yakin bahwa pendukung kedua capres akan siap menerima kekalahan. Namun dalam jumlah yang sama, sebesar 46,7 persen tidak yakin pendukung kedua capres akan siap menerima kekalahan, dan 6,6 peresen publik tidak menjawab.

Rully menegaskan, dari temuan LSI, ada tiga harapan besar publik terhadap kedua capres pasca pilpres sampai penetapan KPU tanggal 22 Juli 2014 nantinya.

Pertama, seperti yang telah dituliskan sebelumnya, publik berharap kedua capres "legowo" menerima kekalahan. "Karena bagi publik, jika capres atau elitnya berjiwa besar menerima kekalahan, maka pendukung dan pengikutnya bisa meneladani sikap capres tersebut," katanya.

Kedua, publik berharap kedua capres dan pendukungnya dapat bersama-sama mengawal proses penghitungan suara oleh KPU yang dilakukan bertingkat mulai dari TPS hingga ke pusat.

"Ketiga, mengarahkan pendukungnya agar mendukung pemerintahan baru hasil pilpres 2014, agar Indonesia menjadi negara demokrasi yang makin kokoh, bukan justru lemah dan terbelah," demikian Rully Akbar. (*)