Jakarta (ANTARA) - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, sinergi antara PT Antam Tbk dengan PT Freeport Indonesia (PTFI) akan menghemat devisa hingga Rp200 triliun.


Erick menyebut, selama ini Antam selalu melakukan impor untuk bahan baku emas batangan. Kerja sama antara dua anak usaha MIND ID, BUMN Holding Pertambangan, maka akan terjadi penghematan dan kesejahteraan bagi masyarakat.

"Antam selama ini beli bahan bakunya impor ya, dengan sekarang ada Freeport punya smelter yang bisa produksi sampai 50 ton, nanti dibeli 30 ton (oleh Antam), itu penghematannya hampir Rp200 triliun. Itu besar sekali," ujar Erick dalam Penandatanganan Perjanjian Jual Beli Logam Emas antara Antam dan PTFI di Jakarta, Kamis.

Dia mengatakan, hilirisasi adalah suatu kebijakan tidak lagi bisa ditolak karena akan menjadi benteng dari ekonomi nasional.

Dengan sinergi yang terjadi antara anak-anak usaha BUMN, maka akan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia.

Ia berharap sinergi ini tidak berhenti sebatas kerja sama antara PFI dan Antam saja, tetapi juga bisa berkembang kepada bank-bank yang ada di BUMN untuk menghadirkan tabungan emas.

"Saya minta nanti juga coba bersinergi dengan Pegadaian, BRI, BSI, supaya kita punya bullion bank (tempat penyimpanan emas). Bagaimana pasar logam ini juga kita menjadi bagiannya," katanya.

Sementara itu, Direktur Utama Mind ID Hendi Prio Santoso menyampaikan sinergi ini membuktikan bahwa hilirisasi memberikan manfaat yang sangat besar bagi rakyat Indonesia karena dapat ikut serta menikmati hasil dari bumi sendiri.

Kerja sama ini, kata Hendi, diharapkan bisa menjadi percontohan bagi anak usaha Mind ID lainnya untuk saling bekerja sama.

"Kami dorong terus antar anak usaha yang bernaung di bawah holding tambang Mind ID dan akan kita jadikan model ke depan bagaimana satu siklus industri itu bisa kita lakukan di dalam negeri dan oleh bangsa sendiri," ucapnya.

Presiden Direktur PTFI Tony Wenas mengatakan bahwa Precious Metal Refinery (PMR) yang berada di Gresik, Jawa Timur mampu memproduksi emas batangan mulai minggu kedua Desember 2024 sebesar 50-60 ton per tahun.

Dari jumlah tersebut, Antam akan membeli sekitar 30 ton per tahun dengan kontrak selama 5 tahun dengan nilai 12,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp200 triliun.

"Sekitar 30 ton yang akan di off take oleh Antam. Kalau memang Antam butuh lebih, kami juga siap, lebih dari 30 ton juga siap," kata Tony.