Peneliti BRIN jelaskan pemanfaatan bahan bakar etanol di mancanegara
7 November 2024 19:25 WIB
Bahan Baku Etanol Seorang pekerja menggiling jagung di Desa Kertonegoro, Jenggawah, Jember, Jawa Timur, Kamis (29/9). Jagung banyak digunakan sebagai pakan ternak, bahan pangan, dan diekspor ke Amerika untuk bahan baku etanol. (FOTO ANTARA/Seno S)
Jakarta (ANTARA) - Peneliti Pusat Riset Tanaman Pangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Sholihin menjelaskan penggunaan bahan bakar alternatif etanol sebagai campuran bensin di berbagai negara.
"Etanol bisa diterapkan pada mesin pembakaran dalam dengan dicampur bensin dalam proporsi berbeda-beda," katanya dalam diskusi daring yang dipantau di Jakarta, Kamis.
Menurut Sholihin, etanol dapat dicampurkan dengan bensin dalam berbagai proporsi berbeda-beda E5, E10, E15, E25, hingga E85. Namun, kebanyakan negara mengadopsi E5 dan E10, atau mencampurkan bensin dengan 5 persen atau 10 persen etanol.
Ia menjelaskan Amerika Serikat adalah produsen terbesar etanol, dengan lonjakan produksi signifikan sejak tahun 1980. Etanol di negara ini sebagian besar dihasilkan dari jagung, melalui proses penggilingan kering (dry mill) atau basah (wet mill).
Baca juga: BRIN: Produksi singkong nasional untuk energi belum memadai
Sekitar 90 persen produksi etanol di Amerika Serikat dilakukan melalui penggilingan kering karena metode ini lebih hemat biaya.
“Lebih dari 98 persen bensin di Amerika Serikat mengandung campuran etanol dalam bentuk E10. Jadi campuran etanolnya 10 persen,” ujar Sholihin.
Kemudian di Brasil, pada 1931 Pemerintah Brasil mewajibkan pencampuran bahan bakar dengan minimal 5 persen etanol. Pada tahun 1990-an, ketentuan ini kemudian ditingkatkan menjadi 20 persen.
“Tebu telah menjadi bahan utama produksi etanol di Brasil selama lebih dari empat dekade, dan produk campuran yang umum digunakan adalah E5 dan E10,” katanya.
Baca juga: Pemerintah segera terapkan pemanfaatan etanol di sejumlah wilayah di Indonesia
Selanjutnya China, sebagai produsen etanol terbesar ketiga di dunia, menghasilkan sekitar 4 persen dari total produksi etanol global.
Adapun produksi bahan bakar etanol di negara tersebut mencapai 2,57 juta ton pada 2022 di mana lebih dari 80 persen dihasilkan dari tanaman berbasis biji-bijian seperti jagung, gandum, dan beras.
Sedangkan di Thailand, terjadi peningkatan produksi etanol dari 1,05 miliar liter pada 2014 menjadi 1,61 miliar liter pada 2019. Adapun bahan baku utama yang digunakan meliputi molase, tebu, dan singkong.
Sejak April 2021, kata Sholihin, Thailand memiliki 26 tempat penyulingan etanol yang sebagian besar dioperasikan oleh perusahaan gula dan singkong besar.
Baca juga: Menteri BUMN dorong etanol dapat menjadi substitusi untuk BBM
“Pemerintah Thailand mewajibkan bensin reguler dicampur dengan 10 persen etanol apabila dijual ke publik,” ujar Sholihin.
"Etanol bisa diterapkan pada mesin pembakaran dalam dengan dicampur bensin dalam proporsi berbeda-beda," katanya dalam diskusi daring yang dipantau di Jakarta, Kamis.
Menurut Sholihin, etanol dapat dicampurkan dengan bensin dalam berbagai proporsi berbeda-beda E5, E10, E15, E25, hingga E85. Namun, kebanyakan negara mengadopsi E5 dan E10, atau mencampurkan bensin dengan 5 persen atau 10 persen etanol.
Ia menjelaskan Amerika Serikat adalah produsen terbesar etanol, dengan lonjakan produksi signifikan sejak tahun 1980. Etanol di negara ini sebagian besar dihasilkan dari jagung, melalui proses penggilingan kering (dry mill) atau basah (wet mill).
Baca juga: BRIN: Produksi singkong nasional untuk energi belum memadai
Sekitar 90 persen produksi etanol di Amerika Serikat dilakukan melalui penggilingan kering karena metode ini lebih hemat biaya.
“Lebih dari 98 persen bensin di Amerika Serikat mengandung campuran etanol dalam bentuk E10. Jadi campuran etanolnya 10 persen,” ujar Sholihin.
Kemudian di Brasil, pada 1931 Pemerintah Brasil mewajibkan pencampuran bahan bakar dengan minimal 5 persen etanol. Pada tahun 1990-an, ketentuan ini kemudian ditingkatkan menjadi 20 persen.
“Tebu telah menjadi bahan utama produksi etanol di Brasil selama lebih dari empat dekade, dan produk campuran yang umum digunakan adalah E5 dan E10,” katanya.
Baca juga: Pemerintah segera terapkan pemanfaatan etanol di sejumlah wilayah di Indonesia
Selanjutnya China, sebagai produsen etanol terbesar ketiga di dunia, menghasilkan sekitar 4 persen dari total produksi etanol global.
Adapun produksi bahan bakar etanol di negara tersebut mencapai 2,57 juta ton pada 2022 di mana lebih dari 80 persen dihasilkan dari tanaman berbasis biji-bijian seperti jagung, gandum, dan beras.
Sedangkan di Thailand, terjadi peningkatan produksi etanol dari 1,05 miliar liter pada 2014 menjadi 1,61 miliar liter pada 2019. Adapun bahan baku utama yang digunakan meliputi molase, tebu, dan singkong.
Sejak April 2021, kata Sholihin, Thailand memiliki 26 tempat penyulingan etanol yang sebagian besar dioperasikan oleh perusahaan gula dan singkong besar.
Baca juga: Menteri BUMN dorong etanol dapat menjadi substitusi untuk BBM
“Pemerintah Thailand mewajibkan bensin reguler dicampur dengan 10 persen etanol apabila dijual ke publik,” ujar Sholihin.
Pewarta: Farhan Arda Nugraha
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024
Tags: