Jakarta (ANTARA) - Deputi Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, Perpustakaan Nasional, Adin Bondar, mengatakan program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) mampu memberikan dampak transformasi sosial dan ekonomi.

“TPBIS sangat strategis dalam rangka memberikan dampak transformasi sosial dan ekonomi, karena ini program berkelanjutan yang inklusif dan bertumpu pada peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui transformasi informasi dan pengetahuan, sehingga masyarakat menjadi cakap dalam hidupnya,” katanya dalam puncak acara Pertemuan Pembelajaran Sebaya Tingkat Nasional 2024 yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.

Adin menyebutkan, bahkan di beberapa daerah, salah satunya Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, program TPBIS sudah direplikasi karena dinilai mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

“Pemda telah mendorong ada inisiatif bahwa TPBIS mampu menjadi instrumen strategis pengendalian inflasi dan instrumen penurunan kemiskinan. TPBIS juga mampu menjadi instrumen strategis dalam penurunan angka stunting,” ucapnya.

Bahkan, praktik TPBIS juga telah mendapatkan perhatian dari dunia internasional, di mana pada Agustus 2024 sebanyak 22 delegasi negara anggota Colombo Plan mengikuti studi banding program TPBIS di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Adin juga menyebutkan, pelibatan masyarakat pada TPBIS selama tahun 2018-2023 sebanyak 4 juta orang serta telah berdampak pada ekonomi dan keterampilan masyarakat di desa-desa.

“Ini terus kita upayakan agar di 2025-2029 ini dapat menjadi program yang berkelanjutan,” tuturnya.

Selain TPBIS, Perpusnas juga terus menggencarkan program Gerakan Indonesia Membaca yang melibatkan guru dan orang tua, juga anak-anak didik yang disebut dengan kegiatan membaca nyaring.

“Kita berbicara buku dalam sepekan, meresensi buku, itu sudah kita lakukan di 20 provinsi di seluruh Indonesia. Ke depan, ibu-ibu muda atau yang memberikan pengaruh kuat terhadap metode membaca nyaring bisa membangun kognisi emosional dan keterampilan berbahasa anak,” kata Adin.

Sebelumnya, Pelaksana Tugas Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) E Aminudin Aziz menyatakan Perpusnas terbuka untuk menampung usulan kebutuhan buku-buku dengan topik tertentu yang akan disalurkan di taman baca masyarakat.

“Masyarakat diberi akses terbuka dan mereka boleh mengusulkan kepada kami, kira-kira keterampilan apa yang ingin mereka kembangkan dan mereka butuhkan bukunya,” katanya dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi X DPR RI yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.

Ia menjelaskan program tersebut merupakan salah satu upaya Perpusnas dalam konteks program TPBIS.

“TPBIS ini bukan buku bacaan untuk anak-anak, tetapi buku-buku yang sifatnya mendorong pemberdayaan masyarakat di wilayah itu sesuai dengan potensi yang ada. Misalnya, di sebuah daerah ada batik, bagaimana masyarakat bisa meningkatkan kompetensi yang berkaitan dengan batik. Ada juga ekonomi kreatif yang lain, bisa kuliner, busana, sesuai hasil analisis tim TPBIS,” ujarnya.

Baca juga: Perpustakaan berkontribusi bangun sumber daya manusia yang cakap
Baca juga: Komisi X DPR dorong Perpusnas alih media bahan pustaka ke digital