Relawan Prabowo temukan indikasi kecurangan
20 Juli 2014 19:57 WIB
ilustrasi Coblos Ulang Pilpres Petugas menunjukkan surat suara saat penghitungan perolehan suara usai pelaksanaan coblos ulang Pemilihan Presiden 2014 di TPS 27, Kecamatan Wonokromo, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (19/7). pencoblosan ulang tersebut dilakukan berdasarkan rekomendasi Bawaslu Jawa Timur dikarenakan adanya kejanggalan tentang DPKTb di TPS tersebut. (ANTARA FOTO/Suryanto) ()
Jakarta (ANTARA News) - Relawan pasangan capres Prabowo-Hatta menemukan indikasi tiga modus kecurangan dalam pelaksanaan Pemilu Preiden (Pilpres) 2014.
"Sampai saat ini baru ada tiga modus kecurangan untuk memenangkan pilpres. Modus tersebut akan dapat mematikan demokrasi," kata penasehat relawan Prabowo-Hatta, Letjen TNI (Purn) Suryo Prabowo di Jakarta, Minggu.
Modus pertama, melakukan "mark up" atau penggelembungan suara di sejumlah daerah khusus dengan TPS terpilih.
"Mereka pilih daerah yang menguntungkan secara politik seperti DKI, Jateng dan Bali dengan populasi padat pemilih. TPS dipilih yang panitianya dari unsur kader mereka. Di TPS inilah mobilisasi suara dilakukan," katanya.
Modus kedua, lanjutnya, kecurangan dilakukan dengan memanipulasi jumlah penghitungn suara.
Modus ketiga, katanya, melakukan "money politic". "Ini cara klasik, bagi uang, atau kartu sehat untuk mempersuasi pemilih," katanya.
Ia mengatakan pihak Prabowo-Hatta memegang semua bukti dari tiga modus kecurangan tersebut.
"Buktinya berupa dokumen, photo atau rekaman. Semua bukti sudah disiapkan. Kami harap KPU tidak tutup mata dengan kecurangan ini," tutupnya.
Pemilu Presiden, 9 Juli 2014, diikuti dua pasangan capres dan cawapres, yaitu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla.(*)
"Sampai saat ini baru ada tiga modus kecurangan untuk memenangkan pilpres. Modus tersebut akan dapat mematikan demokrasi," kata penasehat relawan Prabowo-Hatta, Letjen TNI (Purn) Suryo Prabowo di Jakarta, Minggu.
Modus pertama, melakukan "mark up" atau penggelembungan suara di sejumlah daerah khusus dengan TPS terpilih.
"Mereka pilih daerah yang menguntungkan secara politik seperti DKI, Jateng dan Bali dengan populasi padat pemilih. TPS dipilih yang panitianya dari unsur kader mereka. Di TPS inilah mobilisasi suara dilakukan," katanya.
Modus kedua, lanjutnya, kecurangan dilakukan dengan memanipulasi jumlah penghitungn suara.
Modus ketiga, katanya, melakukan "money politic". "Ini cara klasik, bagi uang, atau kartu sehat untuk mempersuasi pemilih," katanya.
Ia mengatakan pihak Prabowo-Hatta memegang semua bukti dari tiga modus kecurangan tersebut.
"Buktinya berupa dokumen, photo atau rekaman. Semua bukti sudah disiapkan. Kami harap KPU tidak tutup mata dengan kecurangan ini," tutupnya.
Pemilu Presiden, 9 Juli 2014, diikuti dua pasangan capres dan cawapres, yaitu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla.(*)
Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014
Tags: