Kepala BPNB: Relokasi korban erupsi Lewotobi ditentukan rapat menteri
7 November 2024 13:02 WIB
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto menyerahkan bantuan logistik kebutuhan pokok kepada korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur, NTT, Selasa (5/11/2024). ANTARA/HO-BNPB/am.
Jakarta (ANTARA) - Pembahasan rencana untuk merelokasi tempat tinggal warga sekaligus korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) akan segera ditentukan secara rinci dalam rapat tingkat menteri.
Pernyataan tersebut diungkapkan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto dalam siaran konferensi pers penanganan dampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki yang diikuti dari Jakarta, Kamis.
Suharyanto menjabarkan bmerelokasi tempat tinggal warga adalah opsi yang paling tepat, mengingat berdasarkan hasil analisa tim di lokasi terdampak, pemukiman warga tersebut berada di dalam zona bahaya atau lebih kurang tujuh kilometer dari bukaan kawah Gunung Lewotobi Laki-Laki yang saat ini masih erupsi.
Namun terlepas dari situ, kata dia, ada beberapa hal penting yang mesti dipertimbangkan sehingga relokasi tidak justru memberatkan warga, mengingat relokasi bukan hanya memindahkan orang tapi juga sumber mata pencahariannya.
Baca juga: BNPB aktifkan sumur bor, pasok air bersih korban erupsi Lewotobi
Suhariyanto menyebutkan dalam rapat tingkat menteri tersebut akan dibahas mulai dari pemanfaatan aset tanah (pemerintah daerah/pusat), keamanan lokasi yang akan ditempati, hingga skema pendanaan untuk pembangunan tempat tinggal yang baru.
“Maka tindak lanjutnya akan ada rapat tingkat menteri yang dipimpin Menko PMK (Pembangunan Manusia dan Kebudayaan) dan juga bekerja sama dengan Kementerian PUPR (saat ini Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman),” kata Suhariyanto.
Berdasarkan data Pusdalops BNPB tercatat setidaknya ada 10.295 orang atau 2.734 Kepala Keluarga (KK) yang masuk dalam opsi relokasi tersebut.
Mereka merupakan warga dari beberapa desa di tiga kecamatan yaitu Ile Bura, Titehena, dan Wulanggitang yang menjadi korban terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, pada Senin (4/11) dini hari.
Baca juga: BNPB pertimbangkan skema buka tutup jalan Flores Timur – Sikka
Baca juga: Korban erupsi Gunung Lewotobi di pengungsian menjadi 4.436 orang
Pernyataan tersebut diungkapkan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto dalam siaran konferensi pers penanganan dampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki yang diikuti dari Jakarta, Kamis.
Suharyanto menjabarkan bmerelokasi tempat tinggal warga adalah opsi yang paling tepat, mengingat berdasarkan hasil analisa tim di lokasi terdampak, pemukiman warga tersebut berada di dalam zona bahaya atau lebih kurang tujuh kilometer dari bukaan kawah Gunung Lewotobi Laki-Laki yang saat ini masih erupsi.
Namun terlepas dari situ, kata dia, ada beberapa hal penting yang mesti dipertimbangkan sehingga relokasi tidak justru memberatkan warga, mengingat relokasi bukan hanya memindahkan orang tapi juga sumber mata pencahariannya.
Baca juga: BNPB aktifkan sumur bor, pasok air bersih korban erupsi Lewotobi
Suhariyanto menyebutkan dalam rapat tingkat menteri tersebut akan dibahas mulai dari pemanfaatan aset tanah (pemerintah daerah/pusat), keamanan lokasi yang akan ditempati, hingga skema pendanaan untuk pembangunan tempat tinggal yang baru.
“Maka tindak lanjutnya akan ada rapat tingkat menteri yang dipimpin Menko PMK (Pembangunan Manusia dan Kebudayaan) dan juga bekerja sama dengan Kementerian PUPR (saat ini Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman),” kata Suhariyanto.
Berdasarkan data Pusdalops BNPB tercatat setidaknya ada 10.295 orang atau 2.734 Kepala Keluarga (KK) yang masuk dalam opsi relokasi tersebut.
Mereka merupakan warga dari beberapa desa di tiga kecamatan yaitu Ile Bura, Titehena, dan Wulanggitang yang menjadi korban terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, pada Senin (4/11) dini hari.
Baca juga: BNPB pertimbangkan skema buka tutup jalan Flores Timur – Sikka
Baca juga: Korban erupsi Gunung Lewotobi di pengungsian menjadi 4.436 orang
Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024
Tags: