Banyuwangi, Jawa Timur (ANTARA) - Badan Gizi Nasional (BGN) mengatakan, beras biofortifikasi dapat menjadi salah satu bahan untuk pemenuhan gizi yang dapat menguatkan sistem pangan sekaligus menjaga keberlangsungan lingkungan.

Staf ahli Kepala BGN Ikeu Tanziha i Banyuwangi Jawa Timur Rabu, mengatakan bahwa selain memenuhi kebutuhan gizi, pihaknya mengupayakan ketahanan pangan serta lingkungan.

Ikeu menilai, beras tersebut dapat menjadi salah satu cara dalam mencapai hal tersebut, karena dalam pembuatannya, jumlah pestisida dan pupuk kimia dikurangi, dan jenis pengairan yang digunakan menghemat air hingga hampir setengah air yang biasa digunakan.

Ikeu juga menjelaskan, pestisida dapat memengaruhi perkembangan janin, dan dapat menyebabkan anak lahir dengan kondisi stunting.

"Oleh karena itu banyak stunting Itu di daerah-daerah pertanian. Karena apa? Bukan karena kurang konsumsi. Karena mereka mengkonsumsi bahan pangan yang mengandung pestisida," katanya.

Selain dapat mengurangi risiko anak lahir dengan stunting, beras biofortifikasi juga dapat menjaga keberlanjutan lingkungan, sehingga menurunkan pemanasan global. Oleh karena itu, katanya, apabila harganya terjangkau, beras biofortifikasi dapat dimasukkan sebagai bahan pangan untuk memenuhi gizi.

Pihaknya mendukung pemanfaatan pangan lokal dalam pemenuhan gizi anak, yakni yang berusia di bawah 18 tahun.

Pada kesempatan yang sama, Head of Climate and Water Stewardship Danone Indonesia Ratih Anggraeni mengatakan bahwa pihaknya dan Pandawa Agri Indonesia serta Bulog memperkenalkan praktik pertanian yang minim pestisida dan pupuk kimia guna menyejahterakan masyarakat lokal, serta meningkatkan status gizi dan kesehatan.

Ratih mengatakan, upaya-upaya mereka meliputi uji coba varian padi inpari nutrizinc, praktik pertanian ramah lingkungan, serta pengembangan akses pemasaran.

"Hingga saat ini, pengujian laboratorium atas hasil panen padi biofortifikasi menunjukkan kandungan zat besi sebesar 9,62 ppm, yang nilainya 3x lipat lebih tinggi dari varian beras lainnya," katanya.

Adapun penggunaan air untuk pertanian tersebut, katanya, dapat dikurangi hingga 49 persen, pestisida dikurangi hingga 50 persen, dan pupuk kimia dikurangi hingga 25 persen.

Saat ini, ujarnya, capaian produktivitas beras biofortifikasi di Banyuwangi adalah 6,2 ton per hektare.