BI perkirakan anggaran 2025 defisit Rp26,7 triliun
6 November 2024 22:39 WIB
Arsip - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengumumkan Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan Oktober 2024 di Jakarta. (ANTARA/Martha Herlinawati Simanjuntak.)
Jakarta (ANTARA) - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan anggaran tahunan BI (ATBI) 2025 akan mengalami defisit sebesar Rp26,7 triliun.
“Secara keseluruhan bahwa arah bauran kebijakan dan program transformasi Bank Indonesia tahun 2025 di tengah masih berlanjutnya dinamika dan gejolak global, tentu saja memerlukan anggaran. Oleh karena itu, rencana ATBI 2025 secara keseluruhan kami sampaikan di sini bahwa kami perkirakan akan mengalami defisit Rp26,7 triliun,” kata Perry dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta, Rabu.
Perry menuturkan perkiraan defisit anggaran 2025 tersebut terutama berasal dari defisit anggaran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan. Menurut dia, ada kebutuhan terhadap kenaikan anggaran kebijakan termasuk untuk melakukan operasi moneter dalam menjaga stabilitas.
Adapun total penerimaan anggaran kebijakan yang diajukan BI sebesar Rp137,639 triliun dan total pengeluaran Rp169,193 triliun, sehingga ada defisit sebesar Rp31,554 triliun.
Untuk anggaran operasional 2025, BI mengajukan total penerimaan Rp31,498 triliun dan total pengeluaran anggaran operasional Rp26,657 triliun dengan surplus Rp4,840 triliun.
“Ini yang tentu saja untuk anggaran operasional yang tentu saja perlu persetujuan dari Komisi XI,” ujarnya.
Selanjutnya, Ia mengatakan BI mengajukan Rencana Penggunaan Cadangan Tujuan (RPCT) Tahun 2025 secara keseluruhan sebesar Rp8,160 triliun dari saldo Rp25,647 triliun. Adapun alokasi surplus ke cadangan tujuan adalah sebesar Rp4,254 triliun.
“Tentu saja kami perkirakan saldo CT akhir tahun nanti Rp21,741 triliun,” tutur Perry.
Cadangan tujuan digunakan untuk biaya penggantian dan atau pembaruan harta tetap, pengadaan perlengkapan yang diperlukan, pengembangan sumber daya manusia dan organisasi, serta peningkatan kualitas teknologi dalam melaksanakan tugas dan wewenang BI serta penyertaan modal.
“Pengembangan sumber daya manusia termasuk juga untuk pendidikan SDM Bank Indonesia termasuk untuk pendidikan jangka panjang ke master maupun PhD,” ujarnya.
Baca juga: BI sebut surplus anggaran Rp55,66 triliun hingga September 2024
Baca juga: Prabowo tegas kabinetnya perlu efisiensi dinas untuk program prioritas
“Secara keseluruhan bahwa arah bauran kebijakan dan program transformasi Bank Indonesia tahun 2025 di tengah masih berlanjutnya dinamika dan gejolak global, tentu saja memerlukan anggaran. Oleh karena itu, rencana ATBI 2025 secara keseluruhan kami sampaikan di sini bahwa kami perkirakan akan mengalami defisit Rp26,7 triliun,” kata Perry dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta, Rabu.
Perry menuturkan perkiraan defisit anggaran 2025 tersebut terutama berasal dari defisit anggaran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan. Menurut dia, ada kebutuhan terhadap kenaikan anggaran kebijakan termasuk untuk melakukan operasi moneter dalam menjaga stabilitas.
Adapun total penerimaan anggaran kebijakan yang diajukan BI sebesar Rp137,639 triliun dan total pengeluaran Rp169,193 triliun, sehingga ada defisit sebesar Rp31,554 triliun.
Untuk anggaran operasional 2025, BI mengajukan total penerimaan Rp31,498 triliun dan total pengeluaran anggaran operasional Rp26,657 triliun dengan surplus Rp4,840 triliun.
“Ini yang tentu saja untuk anggaran operasional yang tentu saja perlu persetujuan dari Komisi XI,” ujarnya.
Selanjutnya, Ia mengatakan BI mengajukan Rencana Penggunaan Cadangan Tujuan (RPCT) Tahun 2025 secara keseluruhan sebesar Rp8,160 triliun dari saldo Rp25,647 triliun. Adapun alokasi surplus ke cadangan tujuan adalah sebesar Rp4,254 triliun.
“Tentu saja kami perkirakan saldo CT akhir tahun nanti Rp21,741 triliun,” tutur Perry.
Cadangan tujuan digunakan untuk biaya penggantian dan atau pembaruan harta tetap, pengadaan perlengkapan yang diperlukan, pengembangan sumber daya manusia dan organisasi, serta peningkatan kualitas teknologi dalam melaksanakan tugas dan wewenang BI serta penyertaan modal.
“Pengembangan sumber daya manusia termasuk juga untuk pendidikan SDM Bank Indonesia termasuk untuk pendidikan jangka panjang ke master maupun PhD,” ujarnya.
Baca juga: BI sebut surplus anggaran Rp55,66 triliun hingga September 2024
Baca juga: Prabowo tegas kabinetnya perlu efisiensi dinas untuk program prioritas
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2024
Tags: