Beijing (ANTARA) - Taikonaut Shenzhou-19 yang baru saja lepas landas memulai perjalanan mereka di stasiun luar angkasa China dalam misi yang akan berlangsung selama enam bulan.
Jadwal padat mereka mencakup 86 eksperimen ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), dengan salah satu di antaranya sangat menarik, yakni penelitian lalat buah, yang bertujuan untuk mempelajari pertumbuhan dan perilaku serangga ini pada lokasi yang berjarak 400 km di atas Bumi.
Lalat buah merupakan salah satu spesies model yang sering digunakan dalam eksperimen genetik. Serangga ini berukuran kecil, dengan panjang hanya 3 hingga 4 milimeter, dan memiliki siklus hidup yang pendek dengan kemampuan reproduksi yang cepat, sehingga dapat menghasilkan banyak keturunan dalam waktu singkat, demikian menurut Zhang Wei, seorang peneliti yang terlibat dalam pemilihan eksperimen ilmiah di orbit (in-orbit), di Pusat Teknologi dan Rekayasa Pemanfaatan Antariksa yang dinaungi oleh Akademi Ilmu Pengetahuan China (Chinese Academy of Sciences/CAS).
"Gen lalat buah memiliki banyak kemiripan dengan gen manusia, sehingga penelitian tersebut dapat membantu memahami penyakit genetik manusia dan memberikan wawasan tentang bagaimana manusia beradaptasi dengan lingkungan luar angkasa," kata Zhang dalam sebuah wawancara baru-baru ini.
Zhang juga mengatakan bahwa rencana penelitian luar angkasa di masa depan akan melibatkan eksperimen pada tikus, yang merupakan bentuk kehidupan yang lebih kompleks dibandingkan lalat buah.
China meluncurkan wahana antariksa berawak Shenzhou-19 (dalam bahasa Mandarin, "Shenzhou" berarti Kapal Ajaib) pada 30 Oktober lalu, yang mengirimkan tiga taikonaut, yakni dua pria dan satu wanita, untuk tinggal selama setengah tahun di stasiun luar angkasa Tiangong (dalam bahasa Mandarin, "Tiangong" berarti Istana Surgawi) yang mengorbit.
Pada pertengahan November nanti, ketiga taikonaut akan kedatangan kapal kargo Tianzhou-8 (dalam bahasa Mandarin, "Tianzhou" berarti Kapal Langit), yang akan mengirimkan muatan pasokan dan eksperimen, termasuk fasilitas submagnetis dengan lalat buah, papar sang peneliti.
"Kami berencana mengirimkan tikus ke luar angkasa untuk dikembangbiakkan di platform hewan. Dan beberapa tikus laboratorium di luar angkasa mungkin akan dibawa kembali ke Bumi untuk penelitian lebih lanjut, yang akan berfokus pada saraf, tulang, otot, dan kekebalan mereka," imbuh peneliti itu.
Ini pertama kalinya China membawa serangga kecil ke luar angkasa, dan penelitian ini tampaknya ditujukan untuk menjelajahi alam semesta yang lebih luas.
Menurut para ilmuwan, bumi memiliki medan magnet sebagai jaminan dasar bagi kehidupan sehari-hari kita, tetapi Mars tidak memiliki perlindungan magnetis kuat serupa, sedangkan bulan sama sekali tidak memilikinya. Pemahaman tentang cara tubuh manusia merespons lingkungan seperti itu masih menjadi tantangan besar dalam eksplorasi luar angkasa.
"Jadi, kami harus melakukan penelitian yang relevan terlebih dahulu, menciptakan lingkungan submagnetis dan mengamati bagaimana lalat buah berkembang, tumbuh, dan berperilaku," kata Zhang.
Kru Shenzhou-18 juga melakukan berbagai eksperimen di laboratorium luar angkasa nasional China selama misi enam bulannya. Salah satu tugas mereka adalah membuat "akuarium" serta memelihara empat ikan zebra dan empat gram alga ikan mas dalam kondisi gravitasi nol. Penelitian tersebut merupakan terobosan dalam bidang pemeliharaan vertebrata di luar angkasa.
"Akuarium" luar angkasa tersebut tidak hanya menghadirkan kesenangan bagi para taikonaut, tetapi juga merintis jalan bagi taikonaut-taikonaut berikutnya di masa depan untuk bisa menikmati ikan bergizi dari hasil panen in-orbit mereka sendiri.
Menurut para ilmuwan, air, telur ikan, dan sampel eksperimental lainnya yang diperoleh melalui "akuarium" luar angkasa itu telah dibawa kembali ke Bumi bersama para kru Shenzhou-18 pada Senin (4/11). Sampel-sampel ini akan memberikan data berharga bagi para ilmuwan untuk mempelajari kehidupan vertebrata.
Selain eksperimen ilmu hayati, para taikonaut yang berada di orbit akan melakukan penelitian tentang berbagai material, termasuk material magnetis lunak tanah jarang, material bilah untuk turbin gas, dan kristal fungsional khusus. Temuan-temuan ini akan memberikan wawasan untuk mengembangkan instrument-instrumen canggih di Bumi.
Taikonaut Shenzhou-19 akan lakukan eksperimen di orbit pada lalat buah
6 November 2024 17:11 WIB
Pesawat luar angkasa berawak Shenzhou-19, di atas roket pembawa Long March-2F, diluncurkan dari Pusat Peluncuran Satelit Jiuquan di barat laut China, Rabu (30/10/2024). ANTARA/Xinhua/Lian Zhen
Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2024
Tags: