Muhammadiyah tetapkan 1 Syawal bertepatan 28 Juli
18 Juli 2014 21:06 WIB
Ketua Bidang Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Yunahar Ilyas (kanan) didampingi Wakil Sekretaris Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Marifat Iman (kiri) menyampaikan maklumat penetapan hasil hisab ramadan, syawal dan zulhijah 1435 H di Kantor PP Muhammadiyah, Jakarta, Senin (16/6). PP Muhammadiyah menetapkan awal Ramadan 1435 H jatuh pada hari Sabtu 28 Juni 2014 dan 1 Syawal 1435 H jatuh pada hari Senin, 28 Juli 2014. (ANTARA FOTO/Andika Wahyu)
Yogyakarta (ANTARA News) - Pimpinan Pusat Muhammadiyah berdasarkan hisab hakiki wujudul hilal menetapkan 1 Syawal 1435 Hijriah bertepatan dengan 28 Juli 2014.
"Penetapan itu merupakan hasil hisab Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah," kata Ketua PP Muhammadiyah, Yunahar Ilyas, di Yogyakarta, Jumat.
Menurut dia, hisab hakiki adalah metode hisab yang berpatokan pada gerak benda langit khususnya matahari dan bulan faktual (sebenarnya).
"Gerak dan posisi bulan dalam metode itu dihitung secara cermat untuk mendapatkan gerak dan posisi bulan yang sebenarnya," katanya.
Ia mengatakan wujudul hilal adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pada saat matahari terbenam, bulan belum terbenam.
Dengan kata lain, bulan terbenam terlambat dari terbenamnya matahari berapa pun selisih waktunya.
"Dengan istilah geometrik, pada saat matahari terbenam posisi bulan masih di atas ufuk berapa pun tingginya," katanya.
Menurut dia, berdasarkan hisab hakiki dengan kriteria wujudul hilal tersebut ijtimak atau konjungsi menjelang Syawal 1435 Hijriah terjadi pada 27 Juli 2014 pukul 05.43.39 WIB.
"Ijtimak terjadi pada pagi hari yang berarti sudah terjadi ijtimak dan ijtimak terjadi sebelum terbenam matahari," katanya.
Ia mengatakan berdasarkan perhitungan tersebut pada saat matahari terbenam bulan belum terbenam. Pada saat terbenam matahari di Yogyakarta pada 27 Juli 2014 itu bulan masih di atas ufuk sehingga hilal sudah terwujud.
"Oleh karena itu, pada saat terbenam matahari di Yogyakarta pada 27 Juli 2014 mulai masuk 1 Syawal 1435 Hijriah (konversinya 28 Juli 2014)," katanya.
"Penetapan itu merupakan hasil hisab Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah," kata Ketua PP Muhammadiyah, Yunahar Ilyas, di Yogyakarta, Jumat.
Menurut dia, hisab hakiki adalah metode hisab yang berpatokan pada gerak benda langit khususnya matahari dan bulan faktual (sebenarnya).
"Gerak dan posisi bulan dalam metode itu dihitung secara cermat untuk mendapatkan gerak dan posisi bulan yang sebenarnya," katanya.
Ia mengatakan wujudul hilal adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pada saat matahari terbenam, bulan belum terbenam.
Dengan kata lain, bulan terbenam terlambat dari terbenamnya matahari berapa pun selisih waktunya.
"Dengan istilah geometrik, pada saat matahari terbenam posisi bulan masih di atas ufuk berapa pun tingginya," katanya.
Menurut dia, berdasarkan hisab hakiki dengan kriteria wujudul hilal tersebut ijtimak atau konjungsi menjelang Syawal 1435 Hijriah terjadi pada 27 Juli 2014 pukul 05.43.39 WIB.
"Ijtimak terjadi pada pagi hari yang berarti sudah terjadi ijtimak dan ijtimak terjadi sebelum terbenam matahari," katanya.
Ia mengatakan berdasarkan perhitungan tersebut pada saat matahari terbenam bulan belum terbenam. Pada saat terbenam matahari di Yogyakarta pada 27 Juli 2014 itu bulan masih di atas ufuk sehingga hilal sudah terwujud.
"Oleh karena itu, pada saat terbenam matahari di Yogyakarta pada 27 Juli 2014 mulai masuk 1 Syawal 1435 Hijriah (konversinya 28 Juli 2014)," katanya.
Pewarta: Bambang Sutopo Hadi
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014
Tags: