Jakarta (ANTARA) - Badan Wakaf Indonesia (BWI) meyakini bahwa problem sosial seperti kemiskinan, problem pendidikan, hingga problem kesehatan dapat teratasi apabila potensi wakaf sebesar Rp180 triliun per tahun bisa dimaksimalkan.

Wakil Ketua BWI Ahmad Zubaidi mengatakan, besaran potensi wakaf tersebut didasarkan dari hasil berbagai profesi yang ada di masyarakat yang dilakukan BWI. Untuk memaksimalkan potensi wakaf, ia menekankan perlunya intervensi yang baik dari berbagai pihak yang tidak hanya dilakukan oleh pemerintah dan BWI saja.

“Andaikata di lingkungan ormas-ormas Islam ataupun kelembagaan-kelembagaan lainnya sudah mampu memaksimalkan wakaf ini, maka saya yakin problem yang kita hadapi itu bisa kita atasi bersama,” kata Ahmad dalam acara Waqf Goes to Campus XIV Solo Raya yang diikuti secara daring, Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan, Indonesia memiliki potensi besar dengan jumlah kelembagaan yang cukup banyak, baik bidang sosial, bidang pendidikan, maupun bidang pemberdayaan ekonomi. Apabila seluruh lembaga bergerak bersama, maka gerakan untuk mewujudkan potensi wakaf dapat diwujudkan.

“Setidaknya insya Allah akan dapat diwujudkan secara bertahap. Barangkali tidak langsung Rp180 triliun, bisa dimulai dari sekian persennya. Tapi ada tren peningkatan setiap tahunnya, yaitu tren-tren yang signifikan,” ujar Ahmad.

Oleh sebab itu, BWI mengajak kolaborasi dengan semua pemangku kepentingan. Dalam hal ini, kolaborasi juga mencakup penyebaran literasi tentang pentingnya wakaf, terutama wakaf produktif dan wakaf uang, kepada masyarakat luas.

Ahmad tidak menafikan masih pentingnya wakaf-wakaf yang diperuntukkan untuk masjid, madrasah, dan seterusnya. Namun, apabila dilakukan ekstensifikasi atau perluasan pemanfaatan harta benda wakaf, tentu hal ini akan menjadikan tingkat kemanfaatan harta benda wakaf menjadi semakin besar.

Untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman, BWI telah mengadaptasi sistem digitalisasi yang memudahkan masyarakat untuk berwakaf yakni melalui platform berkahwakaf.id.

Selain itu, masyarakat juga dapat memanfaatkan platform Satu Wakaf untuk saling kolaborasi dengan berbagai nadzir dalam rangka memaksimalkan lahan-lahan ataupun aset-aset wakaf yang ada menjadi aset wakaf yang produktif.

Terkait dengan sumber daya manusia (SDM) nadzir, Ketua Divisi Husoli BWI Agus Priyatno mengatakan bahwa BWI juga berupaya untuk meningkatkan kompetensi nadzir melalui sertifikasi. Ia mencatat, nadzir di Indonesia saat ini berjumlah sekitar 4.800 orang dan diharapkan akan terus bertambah.

“Kita masih kekurangan banyak (nadzir) karena wakaf produktif akan terus kita kembangkan supaya betul-betul menjadi pilar peradaban yang ada di Indonesia yang bermanfaat untuk kemaslahatan umat,” kata Agus.

Baca juga: BWI kenalkan gerakan Indonesia Berwakaf di forum wakaf dan zakat dunia
Baca juga: BWI dorong wakaf jadi instrumen pembantu program makan bergizi gratis
Baca juga: Optimasi zakat dan wakaf, membangun ekonomi menuju Indonesia Emas 2045