Analis perkirakan rupiah turun setelah Pilpres AS
6 November 2024 10:50 WIB
Arsip foto - Petugas menghitung uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing Dollarasia Money Changer, Jakarta, Kamis (25/4/2024). ANTARA FOTO/Reno Esnir/nym.
Jakarta (ANTARA) - Analis mata uang Lukman Leong memperkirakan nilai tukar (kurs) rupiah pada perdagangan Rabu turun setelah momentum Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS).
“Rupiah diperkirakan akan melemah terhadap dolar AS yang pagi ini menguat tajam merespons hasil exit poll yang menunjukkan keunggulan Donald Trump di Pilpres,” kata Lukman saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.
Namun, menurut dia, dolar AS diproyeksikan masih akan bergejolak sepanjang hari merespons hasil voting yang di mana hasilnya masih terlalu awal untuk disimpulkan.
Lukman memperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp157.00 per dolar AS sampai dengan Rp15.900 per dolar AS pada perdagangan hari ini.
Pada awal perdagangan Rabu, rupiah melemah 66 poin atau 0,42 persen menjadi Rp15.815 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.749 per dolar AS.
Sementara itu, pada penutupan perdagangan Selasa (5/11/2024), rupiah menguat. Menurut Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede, penguatan rupiah tersebut lebih didukung oleh meningkatnya optimisme terhadap perekonomian Tiongkok. PMI jasa Tiongkok melampaui ekspektasi pada Oktober, mengindikasikan pemulihan sektor jasa di Tiongkok.
Selain itu, Pemerintah Tiongkok memberikan sinyal untuk tambahan stimulus kepada pemerintah daerah. Kedua hal tersebut memberikan prospek positif terhadap pemulihan ekonomi Tiongkok di masa mendatang, sehingga mendorong sentimen risk-on di pasar keuangan Asia, termasuk Indonesia.
Sentimen risk-on dari Tiongkok mendorong imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia turun di seluruh tenor. Volume perdagangan obligasi pemerintah tercatat sebesar Rp16.37 triliun pada Selasa, lebih tinggi dibandingkan dengan volume perdagangan hari sebelumnya sebesar Rp16.25 triliun.
Kepemilikan asing pada obligasi rupiah turun sebesar Rp0,83 triliun menjadi Rp881 triliun atau 14,81 persen dari total obligasi yang beredar pada 4 November 2024.
Pemerintah mengadakan lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan berhasil menyerap Rp10,2 triliun, melampaui target indikatif Rp9 triliun, dari penawaran yang masuk sebesar Rp16,25 triliun.
Josua mengatakan hingga akhir tahun, dengan masih terdapat potensi penurunan suku bunga Fed sebesar 50 basis poin (bps) yang juga mendorong terbukanya peluang penurunan suku bunga BI-Rate lebih lanjut, maka nilai tukar rupiah diperkirakan akan berada di rentang Rp15.300 hingga Rp15.600 per dolar AS pada akhir 2024.
Baca juga: Rupiah Rabu melemah 66 poin menjadi Rp15.815 per dolar AS
Baca juga: Rupiah menguat di tengah pasar nantikan hasil Pilpres AS
Baca juga: Rupiah merosot menjelang rilis PDB Indonesia triwulan III-2024
“Rupiah diperkirakan akan melemah terhadap dolar AS yang pagi ini menguat tajam merespons hasil exit poll yang menunjukkan keunggulan Donald Trump di Pilpres,” kata Lukman saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.
Namun, menurut dia, dolar AS diproyeksikan masih akan bergejolak sepanjang hari merespons hasil voting yang di mana hasilnya masih terlalu awal untuk disimpulkan.
Lukman memperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp157.00 per dolar AS sampai dengan Rp15.900 per dolar AS pada perdagangan hari ini.
Pada awal perdagangan Rabu, rupiah melemah 66 poin atau 0,42 persen menjadi Rp15.815 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.749 per dolar AS.
Sementara itu, pada penutupan perdagangan Selasa (5/11/2024), rupiah menguat. Menurut Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede, penguatan rupiah tersebut lebih didukung oleh meningkatnya optimisme terhadap perekonomian Tiongkok. PMI jasa Tiongkok melampaui ekspektasi pada Oktober, mengindikasikan pemulihan sektor jasa di Tiongkok.
Selain itu, Pemerintah Tiongkok memberikan sinyal untuk tambahan stimulus kepada pemerintah daerah. Kedua hal tersebut memberikan prospek positif terhadap pemulihan ekonomi Tiongkok di masa mendatang, sehingga mendorong sentimen risk-on di pasar keuangan Asia, termasuk Indonesia.
Sentimen risk-on dari Tiongkok mendorong imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia turun di seluruh tenor. Volume perdagangan obligasi pemerintah tercatat sebesar Rp16.37 triliun pada Selasa, lebih tinggi dibandingkan dengan volume perdagangan hari sebelumnya sebesar Rp16.25 triliun.
Kepemilikan asing pada obligasi rupiah turun sebesar Rp0,83 triliun menjadi Rp881 triliun atau 14,81 persen dari total obligasi yang beredar pada 4 November 2024.
Pemerintah mengadakan lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan berhasil menyerap Rp10,2 triliun, melampaui target indikatif Rp9 triliun, dari penawaran yang masuk sebesar Rp16,25 triliun.
Josua mengatakan hingga akhir tahun, dengan masih terdapat potensi penurunan suku bunga Fed sebesar 50 basis poin (bps) yang juga mendorong terbukanya peluang penurunan suku bunga BI-Rate lebih lanjut, maka nilai tukar rupiah diperkirakan akan berada di rentang Rp15.300 hingga Rp15.600 per dolar AS pada akhir 2024.
Baca juga: Rupiah Rabu melemah 66 poin menjadi Rp15.815 per dolar AS
Baca juga: Rupiah menguat di tengah pasar nantikan hasil Pilpres AS
Baca juga: Rupiah merosot menjelang rilis PDB Indonesia triwulan III-2024
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2024
Tags: