Jakarta (ANTARA) - Kebanyakan orang dengan demensia selain kehilangan ingatan juga mengalami perubahan suasana hati dan perilaku, yang mencakup agresi, apatis, disorientasi, depresi, sifat impulsif, dan delusi.

Banyak dari pengasuh pasien demensia menggambarkan perubahan suasana hati dan kepribadian sebagai gejala yang paling mengganggu, sementara obat-obatan yang sering digunakan untuk mengatasi masalah suasana hati terkait demensia punya tingkat kemanjuran terbatas.

Sebagaimana dikutip dalam siaran Channel News Asia pada Minggu (3/11), perubahan kepribadian dan suasana hati dapat menimbulkan stres pada pengasuh penderita demensia.

Dr. Nathaniel Chin, dokter geriatri dan profesor madya di departemen kedokteran University of Wisconsin-Madison, mengatakan bahwa berusaha memahami penyebab perubahan kepribadian dan suasana hati pada pasien demensia bisa membantu mengurangi stres yang dialami oleh pengasuh.

Sebagaimana dikutip dalam artikel yang disiarkan The New York Times, Dr.Chin menyampaikan bahwa menyadari penyebab masalah pasien bisa membuat pengasuh setidaknya tidak terlalu kesal dengan perilaku anggota keluarga yang mengalami demensia.

Menurut informasi dari Memory and Aging Center di University of California, perubahan kepribadian dan suasana hati pada pasien demensia sering kali disebabkan oleh kemunduran di bagian otak yang mengendalikan perhatian, pembelajaran, perasaan, dan kemampuan lainnya.

Selain itu, Dr. Chin menyampaikan, orang dengan demensia memiliki lebih sedikit energi otak untuk memproses dan menyesuaikan diri dengan sensasi seperti rasa sakit atau kelelahan dan rangsangan lingkungan.

Banyak ahli juga setuju bahwa orang dengan demensia memiliki ambang stres yang lebih rendah daripada sebelumnya dan mungkin lebih cepat merasa kewalahan, membuat mereka mungkin tiba-tiba menjadi gelisah, bertindak agresif, atau berteriak.

Baca juga: Deteksi dini demensia membantu kualitas hidup pasien dan keluarga

Fayron Epps, seorang profesor keperawatan di University of Texas Health Science Center di San Antonio, mengatakan bahwa penderita demensia bisa kehilangan kemampuan berbahasa dan lebih banyak berkomunikasi lewat perilaku seiring dengan perkembangan penyakitnya.

"Sebagai seorang pengasuh, Anda benar-benar harus menyelidiki dari mana suasana hati ini berasal," katanya.

Psikiater geriatri Dr. Helen Kales dalam penelitian yang dilakukan bersama koleganya mendapati bahwa pengasuh yang punya sistem untuk menghadapi perubahan perilaku pasien demensia mengalami lebih sedikit stres daripada pengasuh lainnya.

Mereka mengembangkan program pendidikan pengasuh yang dikenal sebagai Pendekatan DICE, singkatan dari Describe, Investigate, Create, and Evaluate atau Mendeskripsikan, Menyelidiki, Membuat, dan Mengevaluasi.

Pendekatan ini mengajarkan pengasuh untuk mendeskripsikan perubahan suasana hati secara terperinci seperti mencatat kapan, di mana, dan bahkan saat dengan siapa perubahan itu terjadi, menyelidiki mengapa perubahan itu mungkin terjadi, membuat tanggapan berdasarkan informasi, dan mengevaluasi keberhasilan tanggapan.

Dr. Kales mencontohkan bagaimana pengasuh yang terlatih menerapkan DICE membantu dan menenangkan seorang penghuni panti jompo yang berkeliaran pada waktu tertentu setiap hari.

Setelah menyelidiki kemungkinan penyebabnya dan mengetahui bahwa ia dulunya seorang tukang kebun, pengasuh mulai membawa perempuan itu ke halaman panti jompo sekali sehari dan membantunya berkebun. Kegiatan harian ini dapat menghentikan kebiasaannya berkeliaran.

Baca juga: Indonesia promosikan pemanfaatan angklung dalam terapi pasien demensia

William Haley, seorang profesor studi penuaan di University of South Florida, mengatakan bahwa orang dengan demensia mungkin tidak mengerti dengan tepat apa yang sedang dikomunikasikan, tetapi mereka akan memahami nada bicara dan bahasa tubuh.

Oleh karena itu, dia menyarankan pengasuh berbicara kepada mereka dengan tenang, dengan wajah dan postur tubuh yang rileks.

Ia juga mengatakan bahwa memberi tahu orang dengan demensia dengan cara rewel dan korektif bisa membuat mereka menjadi gelisah dan mengingatkan mereka tentang kesedihan yang terlupakan dapat sangat menghancurkan.

Menurut temuan Dr. Kales dalam beberapa penelitiannya, memastikan penderita demensia mendapatkan paparan cahaya alami dan bentuk cahaya terang lainnya secara teratur dapat meningkatkan kualitas tidur dan suasana hati mereka.

Karena kebosanan dapat menyebabkan perubahan suasana hati, menyiapkan beragam aktivitas yang dapat dilakukan oleh penderita demensia sendiri atau bersama pengasuh mereka juga bisa membantu mengurangi perubahan suasana hati.

Baca juga: Berbagi tugas perlu dilakukan untuk merawat orang dengan demensia

Baca juga: Kafe ramah demensia bantu warga lansia terhubung dengan masyarakat