Surabaya (ANTARA News) - Mahasiswi Program Studi Multimedia Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Surabaya (Ubaya), Devi Oktaviani Effendy, membuat aplikasi berbentuk multimedia interaktif sebagai media pembelajaran plus terapi untuk anak penyandang autis.

"Awalnya, saya ingin membantu keluarga yang mempunyai anak yang mengalami CP (cedera otak) dengan membuat alat bantu, tapi ternyata hal itu sulit, karena anak CP lebih membutuhkan terapi fisik daripada otak (pemikiran), lalu saya minta saran teman Jurusan Psikologi," katanya di kampus setempat, Selasa.

Akhirnya, ia mendapatkan saran untuk membuat aplikasi multimedia untuk anak penyandang autis. "Lalu, saya mendatangi beberapa lembaga terapi anak autis, yakni Alejo Academy di Kepuh Klampis, AGCA Centre di Ngagel Jaya Tengah, dan Cakra Autism, ternyata software terapi buatan saya belum pernah ada," katanya.

Selama ini, lembaga-lembaga terapi anak autis itu tidak ada yang menggunakan software untuk alat bantu terapi plus pembelajaran, kecuali di AGCA Centre. "Itu pun mereka merasa kesulitan, karena software yang ada berbahasa Inggris, sedangkan anak autis itu belum tentu bisa berbahasa Indonesia, apalagi Inggris," katanya.

Selain itu, software berbahasa Inggris itu masih bersifat permainan semata, sedangkan software buatannya bersifat "social story" yang mengajarkan aktivitas keseharian secara benar, seperti permainan memakai baju, mandi, menggosok gigi, buang air besar, dan sebagainya.

"Itu pun masih kurang, kata teman itu, karena aplikasi multimedia yang ada masih mengajarkan aktivitas keseharian yang rutin, padahal bisa juga diarahkan kepada penanaman karakter, seperti bersalaman dengan orang yang lebih tua. Kelemahan lainnya, software belum dikembangkan dalam beberapa level kesulitan," katanya.

Program multimedia karya Devi bertajuk "AKU BISA" itu memiliki tiga menu utama yang terangkai dalam satu media yaitu aktivitas, permainan, dan musik. Aktivitas berisi aplikasi kegiatan sehari-hari yaitu mandi, buang air, gosok gigi, makan, tidur, dan berpakaian.

"Menu aktivitas akan melatih anak autis untuk belajar mandiri dan konsentrasi, misalnya permainan tentang berpakaian akan mengajarkan pemilihan warna baju dan celana yang sama. Bila warna yang diperintahkan sama akan mendapatkan bintang, sehingga anak autis akan senang mendapatkan apresiasi," katanya.

Untuk menu permainan meliputi angka, bentuk, ekspresi, puzzle, dan konsentrasi. Dalam menu permainan, disertai juga tutorial yang memberi informasi pengenalan setiap objek sebelum anak autis melakukan permainan, misalnya segitiga, persegi panjang, bulat, dan sebagainya.

"Untuk menu musik terdiri atas dua irama yakni riang dan tenang yang menjadi terapi musik untuk mengiringi aktivitas-aktivitas anak autis, baik selama menggunakan aplikasi ini, maupun ketika melakukan aktivitas lain, sebab anak autis itu sulit kosentrasi, karena itu harus dibantu dengan musik," katanya.

Menanggapi hasil karya Devi itu, ibu Yolanda Siau yang menerapkan karya Devi untuk anaknya bernama Jason Marcelino (6) mengaku sangat terbantu dengan "software" yang sederhana dan cocok untuk anak-anak penyandang autis yang secara pemikiran memang tidak normal.

"Aplikasi itu sangat membantu, karena anak saya di sekolah hanya mendapatkan pembelajaran yang monoton, sedangkan dengan aplikasi itu ada macam-macam pembelajaran, sehingga anak saya yang empat tahun lalu masih sulit diajak bermain, maka sekarang justru sangat menyukai permainan dalam aplikasi itu," katanya.

Ia mencontohkan anak-anak autis umumnya sulit diajari secara langsung atau melalui komunikasi dua arah, tapi ketika diajari cara membuang air besar secara benar dengan tutorial visual dalam aplikasi itu justru sangat membantu.

Senada dengan itu, Dosen Pembimbing II Lisana S.Kom M.Inf.Tech menilai "software" yang dibuat Devi ini sangat baik ditinjau dari aspek desain, interaktifitas maupun metode terapi yang dipakai dalam software itu sendiri.

"Harapan saya, software ini bisa digunakan sebagai salah satu alat bantu terapi bagi anak autis yang dapat digunakan di rumah maupun di tempat terapi," ungkap Lisana S.Kom M.Inf.Tech.

(E011/E001)