Ketum GP Ansor ceritakan sejarah Ansor kepada tamu akademisi
4 November 2024 17:11 WIB
Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor (kiri) Addin Jauharuddin bersama dengan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Ulil Abshar Abdallah (kanan) pada saat menerima tamu akademisi dari berbagai negara di Rumah Toleransi di Kantor Pusat GP Ansor, jakarta, Senin (4/11/2024). ANTARA/Chairul Rohman
Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor, Addin Jauharuddin, pada saat menerima kunjungan akademisi dari berbagai negara menceritakan sejarah panjang awal terbentuknya Ansor di Tanah Air yang senantiasa terjaga hingga saat ini.
“Ansor itu konsentrasi pada anak-anak muda Indonesia, usia antara 25 sampai 45 tahun. Yang membedakan adalah pertama kami punya induk organisasi atau bapak yang bernama Nahdlatul Ulama, sementara banyak kelompok di Indonesia tidak punya induk keagamaan,” kata Addin Jauharuddin di Kantor Pusat Pengurus GP Ansor, Jakarta, Senin.
Dalam kesempatan itu, Addin juga menjelaskan beberapa fungsi Ansor untuk keberlangsungan tanah air dan juga peran Ansor dalam menjaga perdamaian yang ada di Indonesia dan juga internasional.
Tidak hanya itu saja, hadirnya GP Ansor di Indonesia juga memiliki fungsi utama yakni menjaga keutuhan dan membela para ulama dari Ahlussunnah Waljama'ah serta menjaga keutuhan bangsa dan negara.
Baca juga: Ketua GP Ansor ungkap pesan Paus di depan akademisi dunia jelang ICHI
Baca juga: Konferensi Internasional Humanitarian Islam dibuka oleh Prabowo
Dia juga menjelaskan bahwa GP Ansor memiliki konsep trilogi ukhuwah terdiri dari ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama umat Islam), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan dalam ikatan kebangsaan) dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan sesama umat manusia).
“Sebelum NU berdiri tahun 1926, itu sebagai inisiator berdirinya NU atau kita menyebut sebagai Trilogi Nahdhatul Ulama,” ujar dia.
Berdirinya Ansor memang banyak mengajak para kaum muda ahlussunnah waljama’ah untuk sama-sama berjuang menjaga perdamaian yang ada di Indonesia dan juga menjaga keutuhan dan ketentraman para ulama yang ada di Indonesia.
“Itulah tugas kami bahwa Ansor dengan Bansernya akan selalu berjalan seiring dengan perkembangan bangsa (5:15) dan juga perkembangan zaman dan tentu perkembangan anak-anak muda sampai kapanpun,” ujar dia.
Dengan adanya agenda itu, dia berharap bahwa para tamu undangan dapat bisa lebih memahami dan mengetahui lebih jauh hal-hal yang berkaitan dengan Ansor dan juga Banser yang dimiliki oleh Nu.
Dalam kegiatan itu, para tamu undangan yang menghadiri kegiatan ini diantaranya adalah Profesor Greg Barton dari Deakin University Australia, Profesor Robert W. Hefner dari Boston University AS.
Hadir juga Profesor James B. Hoesterey dari Emory University AS, Profesor Amanta tho Seeth dari Humboldt University of Berlin Jerman, Profesor Nelly van Doorn-Harder dari Wake Forest University AS, Profesor Ismail Fajrie Alatas dari New York University, Profesor Timothy Shah dari CSCV.*
Baca juga: PW GP Ansor Jatim luncurkan kepengurusan periode 2024-2028
Baca juga: Ketum GP Ansor instruksikan jajaran bangun kekuatan ekonomi dan SDM
“Ansor itu konsentrasi pada anak-anak muda Indonesia, usia antara 25 sampai 45 tahun. Yang membedakan adalah pertama kami punya induk organisasi atau bapak yang bernama Nahdlatul Ulama, sementara banyak kelompok di Indonesia tidak punya induk keagamaan,” kata Addin Jauharuddin di Kantor Pusat Pengurus GP Ansor, Jakarta, Senin.
Dalam kesempatan itu, Addin juga menjelaskan beberapa fungsi Ansor untuk keberlangsungan tanah air dan juga peran Ansor dalam menjaga perdamaian yang ada di Indonesia dan juga internasional.
Tidak hanya itu saja, hadirnya GP Ansor di Indonesia juga memiliki fungsi utama yakni menjaga keutuhan dan membela para ulama dari Ahlussunnah Waljama'ah serta menjaga keutuhan bangsa dan negara.
Baca juga: Ketua GP Ansor ungkap pesan Paus di depan akademisi dunia jelang ICHI
Baca juga: Konferensi Internasional Humanitarian Islam dibuka oleh Prabowo
Dia juga menjelaskan bahwa GP Ansor memiliki konsep trilogi ukhuwah terdiri dari ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama umat Islam), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan dalam ikatan kebangsaan) dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan sesama umat manusia).
“Sebelum NU berdiri tahun 1926, itu sebagai inisiator berdirinya NU atau kita menyebut sebagai Trilogi Nahdhatul Ulama,” ujar dia.
Berdirinya Ansor memang banyak mengajak para kaum muda ahlussunnah waljama’ah untuk sama-sama berjuang menjaga perdamaian yang ada di Indonesia dan juga menjaga keutuhan dan ketentraman para ulama yang ada di Indonesia.
“Itulah tugas kami bahwa Ansor dengan Bansernya akan selalu berjalan seiring dengan perkembangan bangsa (5:15) dan juga perkembangan zaman dan tentu perkembangan anak-anak muda sampai kapanpun,” ujar dia.
Dengan adanya agenda itu, dia berharap bahwa para tamu undangan dapat bisa lebih memahami dan mengetahui lebih jauh hal-hal yang berkaitan dengan Ansor dan juga Banser yang dimiliki oleh Nu.
Dalam kegiatan itu, para tamu undangan yang menghadiri kegiatan ini diantaranya adalah Profesor Greg Barton dari Deakin University Australia, Profesor Robert W. Hefner dari Boston University AS.
Hadir juga Profesor James B. Hoesterey dari Emory University AS, Profesor Amanta tho Seeth dari Humboldt University of Berlin Jerman, Profesor Nelly van Doorn-Harder dari Wake Forest University AS, Profesor Ismail Fajrie Alatas dari New York University, Profesor Timothy Shah dari CSCV.*
Baca juga: PW GP Ansor Jatim luncurkan kepengurusan periode 2024-2028
Baca juga: Ketum GP Ansor instruksikan jajaran bangun kekuatan ekonomi dan SDM
Pewarta: Chairul Rohman
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2024
Tags: