Surabaya (ANTARA News) - Warga terdampak eks-lokalisasi Dolly, Kota Surabaya, yang sebelumnya ikut menikmati geliat bisnis prostitusi, kini mulai mandiri dengan berhasil menciptakan produk buatan sendiri seperti kue kering, telor asin, deterjen, dan sabun cair serba guna.
"Alahamdulillah, usaha pembuatan telur asin saya sudah banyak pelanggan," kata salah satu Warga Putat Jaya II A, Sutik saat memerkan keberhasilannya di kantor Humas Pemkot Surabaya, Selasa.
Sutik sebelumnya menggantungkan penghasilan dari jualan kopi di warung kopi miliknya. Namun setelah Dolly ditutup pemerintah, Sutik ikut pelatihan usaha yang digelar Pemkot Surabaya.
Setelah selesai pelatihan, Sutik usaha pembuatan telur asin dan dalam waktu tidak terlalu lama, bisnisnya itu telah berkembang. Sutik sendiri sudah berhasil memasarkan telur asinnya ke sejumlah warung di dekat rumahnya. Ibu empat anak ini juga menerima order pesanan telur asin di rumahnya.
"Alhamdulillah sekarang sudah ada 30 toko yang jadi pelanggan telur asin bikinan saya. Kalau bikin 1.000 telur, untungnya bisa Rp700 ribu. Kalau dulu jualan kopi tidak tentu, kadang hasilnya lumayan kadang kecil. Dan yang jelas, kalau jualan kopi kan hampir 24 jam. Sementara kalau jualan telur asin ada waktu istirahatnya," jelas Sutik.
Hal sama juga diungkapkan warga lainnya Tutik. Ia yang dulunya berprofesi sebagai penjual gorengan dan operator cafe di kawasan lokalisasi Jarak, kini mulai mantap beralih profesi sebagai pembuat kue kering.
Setelah mengikuti pelatihan yang digelar Taman Bacaan Badan Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya, Tutik kini sudah bisa membuat beberapa kue seperti putri salju, nastar dan kastengel.
Dia mengaku sudah berhasil menjajakan 50 toples kue buatannya. Dulu, sewaktu menjadi operatot cafe, dia harus bekerja dari mulai pukul 22.00 hingga pukul 01.00 WIB tetapi hasilnya tidak menentu.
"Ini saya masih pakai modal sendiri. Besaranya tidak banyak. Semoga nanti ada bantuan modal dari Pemkot Surabaya sehingga usaha pembuatan kue saya ini bisa lebih besar. Saya juga berharap dibantu pemasaran," ujar ibu tiga anak ini.
Sedangkan Suryono (45) warga RW 12 Putat Jaya C yang sebelumnya membantu kakaknya berjualan nasi, awalnya mengaku penutupan lokalisasi Dolly membuat pendapatan dari usaha warung nasinya tidak seperti sebelumnya.
Ia kemudian tertarik untuk mengikuti pelatihan pembuatan produk rumah tangga seperti sabun cair, karbol dan softener yang digelar oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (Bapemas KB).
Kini, lanjut dia, bapak dua anak ini sudah bisa memproduksi sendiri. Bahkan, sejak dua minggu lalu, produk buatannya seperti sabun cair serba guna, karbol dan shampo cuci motor yang diberi merk "Delta 5", diminati banyak warga di sana.
"Produk buatan saya ini ramah lingkungan. Jadi tidak bahaya. Waktu ada bazaar di Dolly saya pasarkan dan alhamdulillah banyak yang berminat. Tetangga saya juga mulai tertarik untuk belajar membuat produk seperti ini," kata Suryono.
Perwakilan Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapemas) KB Kota Surabaya Anto Handiono mengatakan, sejak mulai 2010 hingga 2013, pihaknya sudah melakukan pelatihan di 31 kecamatan dan sudah ada 49.470 orang yang sudah dilatih.
Untuk 2014, lanjut dia, khusus di Kecamatan Sawahan, Bapemas KB sudah melatih 1067 orang. Sedangkan khusus untuk Kelurahan Putat Jaya, sejak Februari lalu sudah ada 395 orang diberi pelatihan yang terdiri dari 19 kelas.
"Pelatihannya itu berbasis permintaan masyarakat. Dan yang diminati masyarakat di Putat Jaya adalah pelatihan makanan olahan, kue basah, kue kering, dan produk rumah tangga. Kelompok swadaya yang telah dibentuk dalam pelatihan, kini mulai merintis usaha," ujarnya.
Warga terdampak eks-lokalisasi Dolly mulai mandiri
15 Juli 2014 17:38 WIB
Lokalisasi Dolly (ANTARA FOTO/Suryanto)
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014
Tags: