Sayap militer Hamas tolak usul gencatan senjata Mesir
15 Juli 2014 12:42 WIB
Anak Palestina, Osama Hejazi (12) berdiri di depan reruntuhan rumah yang hancur di Kota Gaza, Palestina, Sabtu (1/12). Menurut keterangan sejumlah saksi mata, Hejazi selamat dari serangan udara Israel yang menghantam rumah keluarganya di mana ayahnya dan dua adiknya tewas dalam konflik yang berlangsung selama delapan hari bulan lalu. (REUTERS/Suhaib Salem)
Gaza City (ANTARA News) - Sayap militer Hamas, Selasa, menolak usul-usul gencatan senjata Mesir di Gaza, serta mengancam akan meningkatkan konflik dengan Israel jika ketentuan itu tidak memuaskan.
"Tidak ada pihak resmi atau tidak resmi menghubungi kami tentang gencatan senjata yang diberitakan di media itu...(tetapi) jika isi dari usul itu benar, itu adalah satu penyerahan dan kami menolaknya," kata Brigade al-Qassam, dalam satu pernyataan.
"Perang kami dengan musuh itu akan ditingkatkan."
Mesir, Senin malam, mengusulkan Israel dan Hamas mengakhiri permusuhan pada pukul 006.00 GMT (13.00 WIB) Selasa, setelah tujuh hari pertumpahan darah di Gaza yang menewaskan setidaknya 186 warga Palestina, kebanyakan wanita dan anak-anak.
Dalam Operation Protective Edge Israel mulai 8 Juli untuk menghentikan penembakan roket dari para pejuang Gaza, Israel dan Hamas terlibat ratusan serangan udara dan serangan roket.
Selama serangan itu tidak ada warga Israel yang tewas.
Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, menyambut baik usul Mesir itu, dan kabinet Israel mengatakan pihaknya akan bersidang Selasa untuk membicarakannya.
Tetapi Hamas menolak menghentikan penembakan roket sampai satu perjanjjian yang luas diberlakukan.
Hamas mengatakan pihaknya menginginkan blokade Israel atas Gaza dicabut, dan pembukaan tempat penyeberangan perbatasan Rafah dengan Mesir masuk dalam setiap perjanjian gencatan senjata.
Hamas juga menginginkan Israel membebaskan para warga Palestina yang ditahan kembali setelah dibebaskan dalam pertukaran dengan serdadu Israel, Gilad Shalit, yang diculik pihak pejuang Palestina beberapa tahun lalu.
"Tidak ada pihak resmi atau tidak resmi menghubungi kami tentang gencatan senjata yang diberitakan di media itu...(tetapi) jika isi dari usul itu benar, itu adalah satu penyerahan dan kami menolaknya," kata Brigade al-Qassam, dalam satu pernyataan.
"Perang kami dengan musuh itu akan ditingkatkan."
Mesir, Senin malam, mengusulkan Israel dan Hamas mengakhiri permusuhan pada pukul 006.00 GMT (13.00 WIB) Selasa, setelah tujuh hari pertumpahan darah di Gaza yang menewaskan setidaknya 186 warga Palestina, kebanyakan wanita dan anak-anak.
Dalam Operation Protective Edge Israel mulai 8 Juli untuk menghentikan penembakan roket dari para pejuang Gaza, Israel dan Hamas terlibat ratusan serangan udara dan serangan roket.
Selama serangan itu tidak ada warga Israel yang tewas.
Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, menyambut baik usul Mesir itu, dan kabinet Israel mengatakan pihaknya akan bersidang Selasa untuk membicarakannya.
Tetapi Hamas menolak menghentikan penembakan roket sampai satu perjanjjian yang luas diberlakukan.
Hamas mengatakan pihaknya menginginkan blokade Israel atas Gaza dicabut, dan pembukaan tempat penyeberangan perbatasan Rafah dengan Mesir masuk dalam setiap perjanjian gencatan senjata.
Hamas juga menginginkan Israel membebaskan para warga Palestina yang ditahan kembali setelah dibebaskan dalam pertukaran dengan serdadu Israel, Gilad Shalit, yang diculik pihak pejuang Palestina beberapa tahun lalu.
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014
Tags: