BRIN-IAAI sepakat lakukan kolaborasi riset arkeologi nasional
4 November 2024 11:16 WIB
Penandatanganan nota kesepahaman antara Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) dalam bidang kolaborasi riset mengenai arkeologi nasional. Perjanjian tersebut diwakili oleh Kepala Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra BRIN Herry Jogaswara (kiri) dan Ketua IAAI Marsis Sutopo (kanan). ANTARA/HO-BRIN.
Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) sepakat untuk melakukan kolaborasi riset mengenai arkeologi nasional yang ditandai dengan nota kesepahaman yang ditandatangani oleh kedua belah pihak.
Kepala Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra BRIN, Herry Jogaswara melalui keterangan di Jakarta, Senin, mengatakan kerja sama tersebut bertujuan untuk mensinergikan sumber daya dan kompetensi yang dimiliki BRIN dan IAAI, yang berguna untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing.
Baca juga: BRIN kembangkan teknologi nuklir untuk mempermudah riset cagar budaya
"Ruang lingkup yang dikerjasamakan, salah satunya adalah peningkatan kapasitas dan kompetensi SDM, untuk mendukung pelaksanaan program penelitian di bidang arkeologi dan pemanfaatan hasil riset dan inovasi masing-masing," katanya.
Herry mengatakan sudah ada peneliti yang ditugaskan untuk melakukan riset dan menyiapkan berbagai hal materi terkait.
Untuk membuka wacana kegiatan, ia menyebut pihaknya berencana membuka ekskavasi jangka panjang di Bumiayu, Jawa Tengah yang akan berlangsung selama 5-7 tahun.
"Caranya dengan menempatkan para periset, arkeolog, maupun mahasiswa untuk tinggal di kamp periset," ujar Herry Jogaswara.
Sementara itu, Ketua IAAI Marsis Sutopo mengatakan kerja sama keduanya untuk menginisiasi kegiatan penelitian bersama terkait arkeologi guna mendukung riset, invensi, dan inovasi nasional.
Baca juga: Riset arkeologi Maluku dipaparkan di konferensi internasional
Baca juga: BRIN tekankan urgensi manfaat nuklir untuk riset arkeologi
Ia mengatakan kerja sama ini sejalan dengan maksud dan tujuan IAAI, dengan harapan para anggota IAAI yang tersebar di berbagai instansi pemerintah maupun swasta dan yang sudah purna tugas, dapat memberikan kontribusi terhadap penelitian-penelitian yang dikolaborasikan.
Marsis menyebut pihaknya saat ini sedang memfasilitasi terbentuknya organisasi profesi baru, yaitu Perkumpulan Tenaga Ahli Pelestarian Cagar Budaya Indonesia (PTAP CBI), yang tengah menunggu pengesahan dari Kementerian Hukum dan HAM.
"Organisasi ini bukan sebagai anak organisasi dari IAAI, tetapi sebagai mitra IAAI, meskipun pengurus dan anggotanya juga dari Arkeologi, Arsitek, dan ilmu lainnya," ucap Marsis Sutopo.
Kepala Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra BRIN, Herry Jogaswara melalui keterangan di Jakarta, Senin, mengatakan kerja sama tersebut bertujuan untuk mensinergikan sumber daya dan kompetensi yang dimiliki BRIN dan IAAI, yang berguna untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing.
Baca juga: BRIN kembangkan teknologi nuklir untuk mempermudah riset cagar budaya
"Ruang lingkup yang dikerjasamakan, salah satunya adalah peningkatan kapasitas dan kompetensi SDM, untuk mendukung pelaksanaan program penelitian di bidang arkeologi dan pemanfaatan hasil riset dan inovasi masing-masing," katanya.
Herry mengatakan sudah ada peneliti yang ditugaskan untuk melakukan riset dan menyiapkan berbagai hal materi terkait.
Untuk membuka wacana kegiatan, ia menyebut pihaknya berencana membuka ekskavasi jangka panjang di Bumiayu, Jawa Tengah yang akan berlangsung selama 5-7 tahun.
"Caranya dengan menempatkan para periset, arkeolog, maupun mahasiswa untuk tinggal di kamp periset," ujar Herry Jogaswara.
Sementara itu, Ketua IAAI Marsis Sutopo mengatakan kerja sama keduanya untuk menginisiasi kegiatan penelitian bersama terkait arkeologi guna mendukung riset, invensi, dan inovasi nasional.
Baca juga: Riset arkeologi Maluku dipaparkan di konferensi internasional
Baca juga: BRIN tekankan urgensi manfaat nuklir untuk riset arkeologi
Ia mengatakan kerja sama ini sejalan dengan maksud dan tujuan IAAI, dengan harapan para anggota IAAI yang tersebar di berbagai instansi pemerintah maupun swasta dan yang sudah purna tugas, dapat memberikan kontribusi terhadap penelitian-penelitian yang dikolaborasikan.
Marsis menyebut pihaknya saat ini sedang memfasilitasi terbentuknya organisasi profesi baru, yaitu Perkumpulan Tenaga Ahli Pelestarian Cagar Budaya Indonesia (PTAP CBI), yang tengah menunggu pengesahan dari Kementerian Hukum dan HAM.
"Organisasi ini bukan sebagai anak organisasi dari IAAI, tetapi sebagai mitra IAAI, meskipun pengurus dan anggotanya juga dari Arkeologi, Arsitek, dan ilmu lainnya," ucap Marsis Sutopo.
Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024
Tags: