Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore melemah sebesar 51 poin menjadi Rp11.638 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp11.587 per dolar AS.

"Sentimen pasar uang di dalam negeri cukup bervariasi baik dari domestik maupun eksternal. Kondisi ini membuat mata uang berisiko termasuk rupiah cenderung bergerak melemah," kata Analis Monex Investindo Futures Zulfirman Basir di Jakarta, Senin.

Ia menambahkan bahwa dari sisi fundamental, merebaknya risiko geo-politik dunia cukup membebani kinerja rupiah.

Konflik di wilayah Gaza, Palestina, wilayah perbatasan Ukraina, dan gejolak anti pemerintah di Irak masih menjadi sentimen negatif bagi aset-aset di pasar berisiko.

Dari dalam negeri, lanjut dia, investor juga terlihat waspada mencermati dinamika politik Indonesia setelah hasil hitung cepat pemilihan umum presiden (pilpres) menunjukkan perbedaan, sehingga kondisi itu membuat sebagian pelaku pasar uang khawatir terhadap ketidakpastian itu.

"Pasar mungkin berhati-hati menanti pengumuman hasil pemilu resmi dari komisi pemilihan umum (KPU) pada 22 Juli mendatang," katanya.

Secara teknikal, Zulfirman Basir mengatakan bahwa indikator stochastic yang berada di area jenuh jual (oversold) dapat menyediakan tekanan pelemahan bagi rupiah ke depannya.

Sementara itu kurs tengah Bank Indonesia pada hari Senin ini (14/7), tercatat mata uang rupiah bergerak mendatar atau stagnan di posisi Rp11.627 per dolar AS.