Rio de Janeiro (ANTARA News) - Gol hebat, drama mencengkeram, hasil mengejutkan, pahlawan baru, penjahat lama: Piala Dunia terjadi seperti dimimpikan oleh penyelenggara turnamen besar.

Jauh sebelum tirai karnaval sepak bola sebulan penuh ditutup dengan kemenangan Jerman Senin dini hari lalu, banyak yang menganggap turnamen ini layak dikenang sebagai turnamen terbesar dalam sejarah 84 tahun Piala Dunia.

Sedangkan yang lain beranggapan ketiadaan pertandingan yang benar-benar pantas dikenang pada fase gugur --kecuali kemenangan mengejutkan 7-1 Jerman pada semifinal melawan Brasil-- seharusnya tidak membuat edisi 2014 ini dipredikati sebagai yang terbesar.

Namun apapun itu, yang tidak dapat dipungkiri adalah bahwa Piala Dunia 2014 menyajikan sisi dramatis dalam hiburan, mengakhiri empat turnamen sebelumnya yang rata – rata gol tercipta setiap pertandingan terus menyusut.

Gol penentu kemenangan pada babak perpanjangan waktu dari Mario Goetze yang menghempaskan Argentina di Maracana dini hari lalu itu membuktikan kemegahan dan ketegasan turnaman diselingi dengan hiburan dan gol yang menarik.

Gol Goetze itu adalah gol ke 171, menyamai jumlah gol yang diraih 32 tim Piala Dunia 1998 di Prancis.

Nadanya sudah bergema sejak awal turnamen ini lewat penampilan mengesankan Belanda 5-1 yang mengandaskan juara bertahan Spanyol di Salvador yang patut dicatat karena kuantitas dan kualitas jumlah gol yang diciptakan.

Petualangan baru

Sundulan keras Striker Belanda Robin Van Persie adalah gol ajaib pertama yang menghiasi turnamen ini ketika kerja tim mengesampingkan konservatisme dan menghadirkan petualang. Tim Cahill dari Australia, James Rodriguez dari Kolombia dan Lionel Messi dari Argentina juga menyumbang gol kenangan.

“Sepertinya tim-tim di sini untuk mencetak gol,” kata mantan pelatih Perancis dan Liverpool, Gerard Houllier, di tengah turnamen. “Beberapa pertandingan yang kita tonton terlihat seperti pertandingan basket, jarak gol sangat dekat satu dengan yang lain."

Houllier merupakan satu diantara banyak orang yang bertanya – tanya apakah latar belakang spiritual Piala Dunia, dalam rumah spiritual “jogo bonito”, telah menginspirasi 32 tim peserta Piala Dunia.

“Saya bertanya kepada diri saya apakah semangat ini karena Piala Dunia diselenggarakan di Brazil?” Kata pria Perancis itu yang menjadi bagian dari kelompok studi teknis FIFA.

Namun, ini bukan hanya pencetak gol yang menjadi pusat perhatian, tetapi juga turnamen untuk para penjaga gawang.

Kenangan 1970

Penyelamatan kiper Meksiko Gillermo Ochoa yang mementahkan upaya gol pemain Brasil Neymar, dibanding-bandingkan dengan penyelamatan terkenal Gordon Bank yang mementahkan gol Pele pada 1970.

Penampilan tangguh Ochoa disandingkan dengan Manuel Neuer dari Jerman, Tim Howard dari America, dan Keylor Navas dari Costa Rica.

Penampilan individual nan luar biasa bertaburan dalam naskah berisikan alur tak terduga.

Kekalahan Spanyol yang tak diduga-duga adalah kejutan terbesar di awal turnamen ini. Juara bertahan --dianggap sebagai favorit juara turnamen itu-- terusir hanya oleh dua permainan menyusul dikalahkan Belanda dan Chile.

Spanyol kemudian bergabung di terminal keberangkatan dengan Inggris dan Italia, yang tersingkir pada putaran pertama, di belakang tim-tim kecil seperti Kosta Rika dan Uruguay di Grup D.

Tersisih dininya Italia diselimuti oleh kontroversi besar dalam turnamen ini, yakni insiden stiker Uruguay Luis Suarez menggigit pemain Azzuri Giorgio Chiellini. Ini merupakan ketiga kali dalam karirnya Suarez menggigit pemain lawan.

Inovasi penting

Pada fase grup, Piala Dunia dikenalkan pada beberapa hal baru.

Busa penghilang (vanishing spray) yang dikenalkan untuk tendangan bebas terbukti berhasil dan meminimalkan keluarnya kartu kuning karena pelanggaran.

Teknologi garis gawang juga merupakan teknologi baru nan popular, digunakan pertama kali dalam pertandingan yang dimenangkan Perancis atas Honduras.

Begitu turnamen masuk ke fase gugur, ketegangan meningkat dan gol pun menurun.

Babak perempat final hanya menghasilkan lima gol. Tiga diantaranya datang dari kemenangan Brasil 2-1 atas Kolombia.

Namun kemenangan itu merugikan tuan rumah ketika striker bintang-nya Neymar keluar dari turnamen karena patah tulang punggung, sedangkan kapten Thiago Silva terkena suspensi yang membuatnya absen dari semifinal.

Kerugian ganda itu membuat Brasil dilemahkan oleh lawannya pada semifinal melawan Jerman, namun demikian, tidak seorang pung yang memperkirakan pembunuhan besar-besaran di Belo Horizonte, ketika ledakan luar biasa empat gol dalam enam menit membuat tim asuhan Joachim Loew unggul 5-0 dalam 29 menit.

Jerman mencetak dua gol lagi untuk melangkah ke final dan membuat Brasil merenungkan kekalahan terburuk dalam sejarah mereka. Skala kekalahannya tak dipungkiri lagi disebut sebagai kekalahan terburuk sepanjang sejarah Piala Dunia.

Sementara itu Argentina mesti bertarung untuk lolos ke Maracana dengan mengandalkan pertahanan yang kuat, namun 100.000 orang Argentina yang hadir di Rio demi berharap melihat Lionel Messi mempersembahkan penampilan teragungnya dikecewakan oleh Jerman dan Goetze, demikian AFP.