Beirut (ANTARA) -


Kantor Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Hak Asasi Manusia (Office of the United Nations High Commissioner for Human Rights/OHCHR) pada Jumat (1/11) menyuarakan kekhawatiran mengenai dampak sipil yang parah dari operasi militer Israel di Lebanon, dengan fokus pada kerusakan terhadap landmark keagamaan dan budaya.

Mengungkapkan kekhawatiran lebih lanjut terkait serangan di dekat kompleks kuil kuno di Baalbek, yang terdaftar sebagai situs warisan dunia UNESCO, PBB mengatakan bahwa hukum humaniter internasional mengamanatkan perlindungan situs-situs sipil, kecuali jika penggunaan militer terkonfirmasi. Bahkan dalam kasus seperti itu, OHCHR menggarisbawahi bahwa serangan harus proporsional dan dilakukan secara hati-hati.
Orang-orang memeriksa kerusakan akibat serangan udara Israel di Baalbek, Lebanon, 29 Oktober 2024. ANTARA l/Xinhua/Maher Kamar


Jeanine Hennis-Plasschaert, koordinator khusus PBB untuk Lebanon, juga memperingatkan di media sosial tentang risiko terhadap situs warisan Lebanon di Tyre dan Baalbek, lokasi sejumlah situs reruntuhan Romawi yang ditetapkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO. "Warisan budaya Lebanon tidak boleh menjadi korban lain dalam konflik yang menghancurkan ini," katanya

Perang antara Israel dan Hizbullah mengalami eskalasi pada Jumat itu ketika serangan udara Israel menargetkan Beirut selatan dan melanjutkan serangan di wilayah Baalbek bagian timur pada siang hari.

Bentrokan hebat antara Hizbullah dan pasukan Israel juga pecah di dekat Khiam, tempat serangan udara dan artileri Israel dilawan dengan serangan balasan Hizbullah terhadap pos-pos militer Israel. Hizbullah mengklaim telah melakukan 63 operasi dalam waktu tiga hari, yang menargetkan sejumlah lokasi hingga dekat Tel Aviv.

Konflik Israel-Hizbullah, yang merupakan bagian dari perang Israel-Hamas yang berpusat di Gaza, kian meruncing sejak 23 September dengan serangan tembakan berkecamuk di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel.