Jakarta (ANTARA) - Pengembang pembangkit listrik swasta (independent power producer/IPP) energi baru dan terbarukan (EBT) nasional, PT Hero Global Investment (HGI) membidik investasi dan pengembangan bisnis sektor energi hijau hingga 82 MW di tanah air.

Direktur Utama Hero Global Investment Robin Sunyoto dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu, mengatakan saat ini, perusahaan telah mengoperasikan dua unit pembangkit listrik tenaga minihidro (PLTM) di Desa Manalu Dolok, Kecamatan Parmonangan, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara.

HGI melalui anak perusahaannya PT Seluma Clean Energy (SCE) mengelola PLTM Parmonangan-1 berkapasitas 9 MW dan melalui anak perusahaan PT Bina Godang Energi (BGE) mengelola PLTM Parmonangan-2 berkapasitas 10 MW.

Proses konstruksi PLTM Parmonangan-1 mulai awal 2015 dan beroperasi secara komersial (commercial operation date/COD) pada Juli 2017.

Sementara, konstruksi PLTM Parmonangan-2 dimulai awal 2019 hingga COD pada Mei 2021.

Robin menegaskan bahwa komitmen HGI dalam pengembangan energi bersih bertujuan untuk mendukung pemerintah dalam meningkatkan bauran EBT dan mencapai target net zero emission pada 2060.

Untuk itu, kata dia, pihaknya akan terus melakukan pengembangan bisnis EBT dengan mencari lokasi-lokasi potensial untuk pengembangan energi bersih seperti air, biomassa, biogas, dan surya.

"Ke depan kami akan terus mencari lokasi-lokasi potensial aliran sungai di berbagai wilayah Indonesia untuk dimanfaatkan menjadi PLTM/PLTA dan sumber energi bersih lainnya," ujar Robin.

Portofolio proyek pipeline EBT yang akan dikembangkan ke depan adalah air 58 MW, biomassa 8 MW, biogas 6 MW, dan surya 10 MW atau totalnya 82 MW.

"Kata kunci bagi para IPP PLTM/PLTA adalah daya serap listrik dan kesiapan gardu induk serta transmisi distribusi karena umumnya PLTM/PLTA berada di rural area," tuturnya.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, potensi hidro di Indonesia mencapai 95 GW, tetapi baru dimanfaatkan 6,7 GW atau 7,1 persen.

Robin menilai pembangkit hidro bisa menjadi pilihan karena mampu memberikan biaya pokok produksi (BPP) per kWh yang kompetitif dan memproduksi listrik yang andal sepanjang tahun.

Pembangkit minihidro yang dikembangkannya, kata dia, memanfaatkan sumber aliran sungai dengan skema run-off river, sehingga menghasilkan energi bersih (listrik) yang bermanfaat bagi manusia.

Efek berganda PLTM

Robin juga menjelaskan keberadaan dua PLTM telah memberikan efek berganda positif terhadap perekonomian warga setempat mulai dari proses konstruksi hingga operasi.

"Kami bersyukur keberadaan dua PLTM ini memberikan dampak positif terhadap warga setempat. Hal ini sejalan dengan semangat kami yang tidak hanya sekadar mengelola aliran air untuk menjadi energi hijau, tetapi lebih jauh dari itu HGI ingin memberikan manfaat dan kontribusi positif terhadap warga sekitar pembangkit," tuturnya.

Menurutnya, pada saat tahap konstruksi PLTM, banyak warga setempat terlibat dengan menjadi pekerja lokal, pemasok lokal, serta membuka usaha mikro dan kecil.

Kemudian, ketika pembangkit memasuki tahap operasi, banyak warga menjadi karyawan di PLTM. Menurut Robin, sekitar 70 persen karyawan di PLTM Parmonangan-1 dan Parmonangan-2 adalah warga setempat.

Selain itu, HGI juga menjalankan tanggung jawab sosial perusahaan dengan fokus pendidikan, pertanian, dan perbaikan fasilitas umum untuk warga sekitar.

"Kami tidak ingin keberadaan PLTM sekadar tentang listrik, tetapi lebih jauh dari itu, beyond electricity, yaitu manfaat bagi ekonomi dan warga setempat," sebut Robin.

Baca juga: Sulsel catat presentase pembangkit EBT tertinggi di Indonesia
Baca juga: UGM kembangkan turbin angin, optimalkan EBT di daerah 3T