Guru Besar Undip ungkap pentingnya pengangkatan sedimentasi
1 November 2024 21:21 WIB
Ilustrasi. Operator menggunakan alat berat mengeruk material sedimentasi Sungai Palu di Kelurahan Tatura Selatan, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (9/9/2024). Pengerukan tersebut untuk memperlancar arus air sungai sekaligus mengurangi pendangkalan akibat sedimentasi yang berpotensi mengakibatkan banjir saat musim hujan. ANTARA FOTO/Basri Marzuki/tom.
Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Dipenogoro, Prof. Dr. Ir. Sutrisno Anggoro, M.S, mengungkapkan sedimentasi yang ada di laut penting untuk diangkat atau dibersihkan guna melestarikan biota yang ada di perairan asin maupun tawar.
“Bukti-bukti waktu hasil penelitian, baik dari LIPI, dari perguruan tinggi. Jadi yang pertama, karena banyak sedimen masuk ke perairan dan yang paling krusial adalah punahnya pesut ( lumba-lumba air tawar ),” kata Sutrisno Anggoro di Jakarta, Jumat.
Hal ini terjadi di perairan Segoro Anak yang ada di Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Hingga kini, binatang yang dilindungi tersebut tidak lagi muncul akibat timbunan sedimen.
Dimana, binatang terdapat di dua lokasi yakni Segoro Anakan dan juga Sungai Mahakam yang terletak di Kalimantan Timur (Kal-Tim). Untuk di Segoro Anakan sudah sejak 2010 sudah tidak pernah lagi terlihat hingga kini.
“Nah kita lihat yang di Segoro Anakan itu sudah punah sejak tahun 2010 dan tidak lagi terlihat. Padahal saya waktu mahasiswa itu sering kalau penelitian praktikum ketemu dengan pesuk air tawar itu,” ucap dia.
Baca juga: Trenggono: Morodemak contoh pengelolaan sedimentasi laut berkelanjutan
Menurut dia, kedalaman Daerah Aliran Sungai (DAS) yang merupakan wilayah daratan yang merupakan kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai. DAS berfungsi untuk menampung, menyimpan, dan mengalirkan air hujan ke danau atau laut itu dahulu bisa mencapai 12-18 meter pada tahun 1972.
Sementara penelitian dia pada tahun 2010, penyusutan DAS di Segoro Anakan menyusut tinggal hanya tersisa tiga meter saja.
“Itu sebabnya pesut nggak mampu bertahan hidup di Segoro Anakan akibat ancaman sedimentasi. Nah nanti sebentar lagi sungai Mahakam tinggal satu-satunya di Indonesia (yang ada pesut)," ujar dia.
Sehingga, jika tidak diperbaiki dengan benar dan cepat maka Indonesia bakal kehilangan biota yang saat ini sangat dilindungi dan terancam punah.
Baca juga: Trenggono akui peminat pasir sedimentasi laut banyak
“Bukti-bukti waktu hasil penelitian, baik dari LIPI, dari perguruan tinggi. Jadi yang pertama, karena banyak sedimen masuk ke perairan dan yang paling krusial adalah punahnya pesut ( lumba-lumba air tawar ),” kata Sutrisno Anggoro di Jakarta, Jumat.
Hal ini terjadi di perairan Segoro Anak yang ada di Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Hingga kini, binatang yang dilindungi tersebut tidak lagi muncul akibat timbunan sedimen.
Dimana, binatang terdapat di dua lokasi yakni Segoro Anakan dan juga Sungai Mahakam yang terletak di Kalimantan Timur (Kal-Tim). Untuk di Segoro Anakan sudah sejak 2010 sudah tidak pernah lagi terlihat hingga kini.
“Nah kita lihat yang di Segoro Anakan itu sudah punah sejak tahun 2010 dan tidak lagi terlihat. Padahal saya waktu mahasiswa itu sering kalau penelitian praktikum ketemu dengan pesuk air tawar itu,” ucap dia.
Baca juga: Trenggono: Morodemak contoh pengelolaan sedimentasi laut berkelanjutan
Menurut dia, kedalaman Daerah Aliran Sungai (DAS) yang merupakan wilayah daratan yang merupakan kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai. DAS berfungsi untuk menampung, menyimpan, dan mengalirkan air hujan ke danau atau laut itu dahulu bisa mencapai 12-18 meter pada tahun 1972.
Sementara penelitian dia pada tahun 2010, penyusutan DAS di Segoro Anakan menyusut tinggal hanya tersisa tiga meter saja.
“Itu sebabnya pesut nggak mampu bertahan hidup di Segoro Anakan akibat ancaman sedimentasi. Nah nanti sebentar lagi sungai Mahakam tinggal satu-satunya di Indonesia (yang ada pesut)," ujar dia.
Sehingga, jika tidak diperbaiki dengan benar dan cepat maka Indonesia bakal kehilangan biota yang saat ini sangat dilindungi dan terancam punah.
Baca juga: Trenggono akui peminat pasir sedimentasi laut banyak
Pewarta: Chairul Rohman
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024
Tags: