Komik perjuangan mungkin bisa ingatkan kita soal sejarah
12 Juli 2014 00:59 WIB
Komik Tokoh Tentang Jokowi. Anak-anak Kampung Nayu Timur mengisi liburan dengan membaca komik tokoh tentang Joko Widodo di Solo, Jateng, Kamis (3/7). Komik tokoh hasil kolaborasi tujuh komikus itu bercerita tentang beberapa fragmen perjalanan hidup mantan walikota Solo yang mencalonkan diri sebagai presiden RI 2014-2019. ANTARA FOTO/Hafidz Novalsyah ()
Jakarta (ANTARA News) - Keberadaan komik bertema perjuangan Bangsa Indonesia sebelum mencapai kemerdekaan, mungkin bisa menjadi media yang mengingatkan kita, terutama generasi muda Indonesia tentang sejarah.
"Kita mau ngasih tahu anak-anak jaman sekarang, tentang kesulitan orang jaman dulu,... Pak Dirman (Jenderal Soedirman) itu siapa? , Pak Yani (Jenderal TNI Ahmad Yani) itu siapa?,..Lalu Westerling, Mallaby itu siapa?," ujar Penggagas komik "Bagas", Bob Hasan, di Jakarta, Jumat.
Hal senada disampaikan, salah satu editor Komik "Bagas", Suryopratomo.
Menurutnya, semakin berkurangnya pelajaran sejarah di sekolah-sekolah, menimbulkan kegundahan generasi muda akan kehilangan jati dirinya.
"..., Ketika beliau bicara soal nasionalisme, kebangsaan, ada semacam kegundahan, di era globalisasi kita kehilangan jati diri. Pelajaran sejarah di skolah-sekolah semakin jarang," katanya dalam kesempatan yang sama.
"Kalau bicara Indonesia, siapa yang berjuang untuk Indonesia, kita juga suka lupa," tambahnya.
Mayjen TNI (Purn) Zacky Anwar Makarim, yang menjadi salah satu narasumber dalam pembuatan komik pun mengungkapkan hal yang tak jauh berbeda.
Menurutnya, generasi muda Indonesia saat ini tidak cukup mengenal bangsanya. "Saya bisa bayangkan generasi Indonesia sekarang tidak mengenal bangsa ini," katanya.
Di samping itu, baik Zacky maupun Suryopratomo sama-sama mengungkapkan, keprihatinan mereka soal masuknya komik-komik asing dan diterima generasi muda Indonesia.
"Komik di Indonesia sudah menjadi medium yang panjang..., tetapi kita tahun 1990-an, masuknya "Manga" justru diminati anak-anak di Indonesia, padahal ceritanya bukan asli Indonesia, tetapi minat anak-anak luar biasa," ujar Suryopratomo.
"Kita mau ngasih tahu anak-anak jaman sekarang, tentang kesulitan orang jaman dulu,... Pak Dirman (Jenderal Soedirman) itu siapa? , Pak Yani (Jenderal TNI Ahmad Yani) itu siapa?,..Lalu Westerling, Mallaby itu siapa?," ujar Penggagas komik "Bagas", Bob Hasan, di Jakarta, Jumat.
Hal senada disampaikan, salah satu editor Komik "Bagas", Suryopratomo.
Menurutnya, semakin berkurangnya pelajaran sejarah di sekolah-sekolah, menimbulkan kegundahan generasi muda akan kehilangan jati dirinya.
"..., Ketika beliau bicara soal nasionalisme, kebangsaan, ada semacam kegundahan, di era globalisasi kita kehilangan jati diri. Pelajaran sejarah di skolah-sekolah semakin jarang," katanya dalam kesempatan yang sama.
"Kalau bicara Indonesia, siapa yang berjuang untuk Indonesia, kita juga suka lupa," tambahnya.
Mayjen TNI (Purn) Zacky Anwar Makarim, yang menjadi salah satu narasumber dalam pembuatan komik pun mengungkapkan hal yang tak jauh berbeda.
Menurutnya, generasi muda Indonesia saat ini tidak cukup mengenal bangsanya. "Saya bisa bayangkan generasi Indonesia sekarang tidak mengenal bangsa ini," katanya.
Di samping itu, baik Zacky maupun Suryopratomo sama-sama mengungkapkan, keprihatinan mereka soal masuknya komik-komik asing dan diterima generasi muda Indonesia.
"Komik di Indonesia sudah menjadi medium yang panjang..., tetapi kita tahun 1990-an, masuknya "Manga" justru diminati anak-anak di Indonesia, padahal ceritanya bukan asli Indonesia, tetapi minat anak-anak luar biasa," ujar Suryopratomo.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014
Tags: