Museum NTB intensifkan perawatan barang koleksi saat musim hujan
1 November 2024 10:56 WIB
Arsip - Sejumlah pengunjung mempelajari diorama Gunung Rinjani yang tersimpan pada Museum Negeri Nusa Tenggara Barat di Kota Mataram, Selasa (22/10/2024). (ANTARA/Sugiharto Purnama)
Mataram (ANTARA) - Museum Negeri Nusa Tenggara Barat (NTB) mengintensifkan perawatan barang-barang koleksi saat musim hujan agar benda-benda bernilai sejarah tidak berkarat dan berjamur.
Kepala Museum NTB Ahmad Nuralam menuturkan pihaknya memastikan tidak ada perembesan air atau kebocoran pada atap dan dinding museum, sehingga temperatur suhu ruangan pameran tetap terjaga.
"Perawatan preventif yang kami lakukan tidak hanya melihat situasi benda, tetapi lingkungan juga kami pastikan terawat," ujarnya di Mataram, Jumat.
Baca juga: BRIN teliti manuskrip kuno yang dikoleksi Museum NTB
Museum NTB memiliki 7.719 koleksi benda-benda bersejarah yang terbagi menjadi 10 kategori, yaitu geologi, biologi, sejarah, arkeologi, filologi, keramik, pangkat, mata uang, seni, dan etnografi.
Benda koleksi museum yang rentan berjamur dan berkarat adalah benda yang terbuat dari logam dan bahan organik, seperti naskah kuno, koin, dan senjata. Bahan-bahan yang terbuat dari logam dan zat organik tersebut sangat mudah terpengaruh oleh suhu, temperatur, maupun cuaca.
Berdasarkan laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sejumlah daerah di Nusa Tenggara Barat sudah mulai memasuki musim hujan.
Sejak akhir Oktober 2024, daerah yang pertama kali memasuki musim hujan adalah Kota Mataram dan sebagian Kabupaten Lombok Barat, diikuti oleh Lombok Utara, Lombok Tengah, serta Lombok Timur.
BMKG menyatakan musim hujan semakin meluas hingga ke wilayah timur Nusa Tenggara Barat di Pulau Sumbawa yang diprediksi mulai terjadi pada akhir November 2024.
Ahmad Nuralam mengatakan selain merawat benda-benda koleksi, pihaknya juga terus melakukan perawatan preventif, kuratif, dan konservatif.
Dalam setiap apel pagi, seluruh petugas selalu diingatkan tentang perubahan cuaca, termasuk perawatan benda-benda yang berada di ruang pameran.
"Benda-benda yang kami tampilkan di halaman museum itu lebih banyak terkena air hujan dibandingkan saat musim kemarau. Selain rentan jamur juga rentan berkarat, seperti jangkar kapal," kata Nuralam.
Baca juga: Museum NTB hadirkan 8 artefak peradapan Islam di Jeddah
Baca juga: Museum NTB gelar pameran temporer kerajaan Mataram Islam
Selama musim hujan, Museum NTB melakukan perawatan satu kali dalam sepekan atau dua kali dalam sepekan tergantung kondisi lingkungan.
Perawatan preventif dilakukan terhadap naskah kuno atau peralatan yang terbuat dari kayu adalah melihat terlebih dahulu kondisinya apakah berembun atau kadar kelembapan tinggi. Langkah yang dilakukan guna mengatasi kasus itu biasanya dibersihkan menggunakan zat kimia yang sudah sesuai dengan standar.
Sedangkan pembersihan karat pada benda-benda yang terbuat dari logam dilakukan dengan melumuri minyak yang sifatnya bisa melindungi dari karat maupun jamur.
"Semua perawatan itu ada standar operasional prosedur dan kami memiliki tenaga ahli untuk mengatasi masalah tersebut," ujarnya.
Kepala Museum NTB Ahmad Nuralam menuturkan pihaknya memastikan tidak ada perembesan air atau kebocoran pada atap dan dinding museum, sehingga temperatur suhu ruangan pameran tetap terjaga.
"Perawatan preventif yang kami lakukan tidak hanya melihat situasi benda, tetapi lingkungan juga kami pastikan terawat," ujarnya di Mataram, Jumat.
Baca juga: BRIN teliti manuskrip kuno yang dikoleksi Museum NTB
Museum NTB memiliki 7.719 koleksi benda-benda bersejarah yang terbagi menjadi 10 kategori, yaitu geologi, biologi, sejarah, arkeologi, filologi, keramik, pangkat, mata uang, seni, dan etnografi.
Benda koleksi museum yang rentan berjamur dan berkarat adalah benda yang terbuat dari logam dan bahan organik, seperti naskah kuno, koin, dan senjata. Bahan-bahan yang terbuat dari logam dan zat organik tersebut sangat mudah terpengaruh oleh suhu, temperatur, maupun cuaca.
Berdasarkan laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sejumlah daerah di Nusa Tenggara Barat sudah mulai memasuki musim hujan.
Sejak akhir Oktober 2024, daerah yang pertama kali memasuki musim hujan adalah Kota Mataram dan sebagian Kabupaten Lombok Barat, diikuti oleh Lombok Utara, Lombok Tengah, serta Lombok Timur.
BMKG menyatakan musim hujan semakin meluas hingga ke wilayah timur Nusa Tenggara Barat di Pulau Sumbawa yang diprediksi mulai terjadi pada akhir November 2024.
Ahmad Nuralam mengatakan selain merawat benda-benda koleksi, pihaknya juga terus melakukan perawatan preventif, kuratif, dan konservatif.
Dalam setiap apel pagi, seluruh petugas selalu diingatkan tentang perubahan cuaca, termasuk perawatan benda-benda yang berada di ruang pameran.
"Benda-benda yang kami tampilkan di halaman museum itu lebih banyak terkena air hujan dibandingkan saat musim kemarau. Selain rentan jamur juga rentan berkarat, seperti jangkar kapal," kata Nuralam.
Baca juga: Museum NTB hadirkan 8 artefak peradapan Islam di Jeddah
Baca juga: Museum NTB gelar pameran temporer kerajaan Mataram Islam
Selama musim hujan, Museum NTB melakukan perawatan satu kali dalam sepekan atau dua kali dalam sepekan tergantung kondisi lingkungan.
Perawatan preventif dilakukan terhadap naskah kuno atau peralatan yang terbuat dari kayu adalah melihat terlebih dahulu kondisinya apakah berembun atau kadar kelembapan tinggi. Langkah yang dilakukan guna mengatasi kasus itu biasanya dibersihkan menggunakan zat kimia yang sudah sesuai dengan standar.
Sedangkan pembersihan karat pada benda-benda yang terbuat dari logam dilakukan dengan melumuri minyak yang sifatnya bisa melindungi dari karat maupun jamur.
"Semua perawatan itu ada standar operasional prosedur dan kami memiliki tenaga ahli untuk mengatasi masalah tersebut," ujarnya.
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024
Tags: