Romero, from zero to hero
10 Juli 2014 11:42 WIB
Gelandang Argentina Maxi Rodriguez (depan) dan kiper Argentina Sergio Romero merayakan kemenangan setelah pertandingan semi-final Piala Dunia 2014 melawan Belanda melalui adu penalti di The Corinthians Arena Sao Paulo, (9/7). (AFP PHOTO / ODD ANDERSEN)
Sao Paulo (ANTARA News) - Menghabiskan lebih dari 12 bulan dengan tidak menjadi favorit di klubnya, Sergio Romero keluar dari bayang-bayang dan menjadi pahlawan atas sampainya Argentina ke putaran final Piala Dunia 2014.
Tidak seperti pertandingan semi-final antara Jerman dan Brasil yang banjir gol, pertemuan antara Belanda kontra Argentina berlangsung tanpa gol hingga menit ke-120 hingga akhirnya adu pinalti.
Romero secara mengejutkan berhasil memblok dua tendangan pemain Belanda Ron Vlaar dan Wesley Sniejder dari titik putih. Pertandingan berakhir dengan kemenangan Argentina 4-2. Dan Argentina akan menantang Jerman di laga pemuncak Piala Dunia 2014.
Kapten Lionel Messi juga menyebut Romero sebagai pahlawan dan mengaku bahwa timnya beruntung.
"Pinalti adalah tentang keberuntungan, itu kenyataan. Saya percaya diri dan terima kasih Tuhan ini berjalan dengan baik," kata Messi setelah pertandingan.
Kehadiran Romero menambah solid pertahanan Argentina sepanjang pertandingan dan dia menjaga clean sheet di tiga laga pada fase knockout lalu.
Penampilannya seakan menjawab keraguan dari warga Argentina yang menyatakan Romero seharusnya tidak dipanggil oleh Alejandro Sabella, dan seharusnya lebih memilih Agustin Orion dan Mariano Andjuar sebagai pilihan pertama.
Romero menjalani satu tahun di klub dengan berat, tetapi kiper ini menempuh segala cara untuk tampil di Piala Dunia Brasil.
Ia meninggalkan klub Italia Sampdoria pada akhir bursa transfer musim panas lalu dan bergabung dengan Monaco dengan status pinjaman.
Romero mengira akan menjadi kiper nomer satu di Monaco, tetapi pelatih Claudio Ranieri lebih memilih kiper Kroasia Danijel Subastic. Sementara Romero hanya membuat satu penampilan dari tiga laga di bulan April.
Walaupun demikian, Sabella tidak pernah kehilangan kepercayaannya kepada pemain yang mengantar Argentina mendapat medali emas di Olimpiade Beijing pada 2008.
"Dia (Sabella) membantu saya keluar dari waktu paling sulit dalam karir saya," kata Romero seperti dikutip di AFP.
"Itu tahun pertama saya menghabiskan waktu di bangku cadangan. Jadi saya harus berterima kasih kepada Alejandro untuk segala yang dia berikan untuk saya selama ini."
Sabella sendiri menyatakan pujian kepada pelatih kiper Juan Jose Romero dan segala informasi untuk memenangkan adu pinalti.
Sedangkan pelatih Belanda Louis van Gaal mengaku tidak terkejut melihat Romero menjadi pahlawan. Van Gaal tahu kemampuan Romero karena pernah melatihnya di AZ Alkmaar setelah dipecat menjadi pelatih timnas Belanda.
Klub Belanda yang berlaga di Eredivisie itu merupakan klub Eropa pertama Romero ketika Van Gaal mendatangkannya dari raksasa Buenos Aires Racing pada 2007, dan dua tahun kemudian mereka memenangkan liga domestik.
"Saya tidak mengajari Romero untuk menggagalkan pinalti, tetapi kami yang membawanya ke Eropa karena talentanya yang besar," kata Van Gaal.
Romero menambahkan, "Saya berterima kasih kepada Louis di ruang ganti. Dia banyak membantu saya di Belanda, negara yang sangat berbeda, dengan bahasa dan kostum berbeda. Dia bisa berbicara bahasa Spanyol dan banyak membantu saya."
"Saya akan bersyukur selamanya karena dia (Van Gaal) membantu saya di negara yang berbeda."
Masa pinjaman ke Monaco sudah hampir selesai, masa depannya di klub belum pasti, tetapi Romero akan merayakan kemanangan ini sebelum kembali berkonsentrasi pada final melawan Jerman di Maracana Stadium.
"Momen ini harus dinikmati. Saya sangat senang," tambahnya lagi.
Tidak seperti pertandingan semi-final antara Jerman dan Brasil yang banjir gol, pertemuan antara Belanda kontra Argentina berlangsung tanpa gol hingga menit ke-120 hingga akhirnya adu pinalti.
Romero secara mengejutkan berhasil memblok dua tendangan pemain Belanda Ron Vlaar dan Wesley Sniejder dari titik putih. Pertandingan berakhir dengan kemenangan Argentina 4-2. Dan Argentina akan menantang Jerman di laga pemuncak Piala Dunia 2014.
Kapten Lionel Messi juga menyebut Romero sebagai pahlawan dan mengaku bahwa timnya beruntung.
"Pinalti adalah tentang keberuntungan, itu kenyataan. Saya percaya diri dan terima kasih Tuhan ini berjalan dengan baik," kata Messi setelah pertandingan.
Kehadiran Romero menambah solid pertahanan Argentina sepanjang pertandingan dan dia menjaga clean sheet di tiga laga pada fase knockout lalu.
Penampilannya seakan menjawab keraguan dari warga Argentina yang menyatakan Romero seharusnya tidak dipanggil oleh Alejandro Sabella, dan seharusnya lebih memilih Agustin Orion dan Mariano Andjuar sebagai pilihan pertama.
Romero menjalani satu tahun di klub dengan berat, tetapi kiper ini menempuh segala cara untuk tampil di Piala Dunia Brasil.
Ia meninggalkan klub Italia Sampdoria pada akhir bursa transfer musim panas lalu dan bergabung dengan Monaco dengan status pinjaman.
Romero mengira akan menjadi kiper nomer satu di Monaco, tetapi pelatih Claudio Ranieri lebih memilih kiper Kroasia Danijel Subastic. Sementara Romero hanya membuat satu penampilan dari tiga laga di bulan April.
Walaupun demikian, Sabella tidak pernah kehilangan kepercayaannya kepada pemain yang mengantar Argentina mendapat medali emas di Olimpiade Beijing pada 2008.
"Dia (Sabella) membantu saya keluar dari waktu paling sulit dalam karir saya," kata Romero seperti dikutip di AFP.
"Itu tahun pertama saya menghabiskan waktu di bangku cadangan. Jadi saya harus berterima kasih kepada Alejandro untuk segala yang dia berikan untuk saya selama ini."
Sabella sendiri menyatakan pujian kepada pelatih kiper Juan Jose Romero dan segala informasi untuk memenangkan adu pinalti.
Sedangkan pelatih Belanda Louis van Gaal mengaku tidak terkejut melihat Romero menjadi pahlawan. Van Gaal tahu kemampuan Romero karena pernah melatihnya di AZ Alkmaar setelah dipecat menjadi pelatih timnas Belanda.
Klub Belanda yang berlaga di Eredivisie itu merupakan klub Eropa pertama Romero ketika Van Gaal mendatangkannya dari raksasa Buenos Aires Racing pada 2007, dan dua tahun kemudian mereka memenangkan liga domestik.
"Saya tidak mengajari Romero untuk menggagalkan pinalti, tetapi kami yang membawanya ke Eropa karena talentanya yang besar," kata Van Gaal.
Romero menambahkan, "Saya berterima kasih kepada Louis di ruang ganti. Dia banyak membantu saya di Belanda, negara yang sangat berbeda, dengan bahasa dan kostum berbeda. Dia bisa berbicara bahasa Spanyol dan banyak membantu saya."
"Saya akan bersyukur selamanya karena dia (Van Gaal) membantu saya di negara yang berbeda."
Masa pinjaman ke Monaco sudah hampir selesai, masa depannya di klub belum pasti, tetapi Romero akan merayakan kemanangan ini sebelum kembali berkonsentrasi pada final melawan Jerman di Maracana Stadium.
"Momen ini harus dinikmati. Saya sangat senang," tambahnya lagi.
Penerjemah: Okta Antikasari
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014
Tags: