Surya Paloh katakan menang kalah harus diterima
10 Juli 2014 04:17 WIB
Pembentukan Tim Kampanye Jokowi. Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh (kedua kanan), Capres PDI Perjuangan Joko Widodo (kedua kiri), Sekjen PDIP Tjahyo Kumolo (kiri) dan Sekjen Partai Nasdem Patrice Rio Capella (kanan) mengangkat tangan bersama saat bertemu di Jakarta, Jumat (2/5). Pertemuan tersebut dalam rangka pembentukan tim kampanye nasional Jokowi untuk Presiden. (ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo) ()
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh mengatakan, hasil menang atau kalah dalam perolehan suara Pemilu Presiden dan Wapres 9 Juli 2014 harus diterima oleh seluruh komponen bangsa.
"Itu yang harus dilakukan, selain secara bersama-sama menyatukan semua kekuatan sebagai saudara sebangsa dan se-Tanah Air," ajak Surya Paloh ketika diwawancarai di Sekretariat Partai Nasdem, Jakarta, Rabu.
Ia berharap pasangan capres dan cawapres, Joko Widodo dan Jusuf Kalla akan terpilih.
Dia mengajak semua warga Indonesia mengawal proses penghitungan suara yang sementara berlangsung tidak hanya pada tahapan hitung cepat (quick count), namun sampai ada pengumuman resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 22 Juli mendatang.
Pengusaha media ini memberikan apresiasi atas aktivitas partisipasi publik pada pilpres kali ini di setiap Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang dinilainya lebih tinggi dibandingkan dengan pilpres dan pemilihan legislatif sebelumnya.
"Ini indikasi positif. Pertanda proses demokrasi sudah dipahami dan dimengerti, syarat utama adalah tingkat partisipasi yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Dan yang kedua adalah pemahaman masyarakat itu sendiri tentang arti berdemokrasi," katanya.
Demokrasi, kata dia, tidak hanya mencapai tingkat perolehan hak-hak yang dimiliki, tetapi juga harus menyertakan penyeimbangan atas kewajiban, dan ketika pemahaman hak dan kewajiban semakin meningkat, pertanda proses berdemokrasi sudah berlangsung secara sehat.
"Peningkatan partisipasi ada kaitannya dengan figur Jokowi dan Prabowo karena keduanya memiliki mangnitude tersendiri," katanya.
Ia menegaskan pandangan dan pilihan boleh saja berbeda, tetapi jangan memberi ruang atau kesempatan orang menertawakan perbedaan untuk menjadi perbedaan tetapi sebaliknya perbedaan harus direkonsialiasi atau disatukan kembali.
Surya Paloh dan keluarga menggunakan hak pilih di TPS 02 Permata Hijau, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 9 Juli 2014 diikuti pasangan capres dan cawapres, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla. (B009/Z002)
"Itu yang harus dilakukan, selain secara bersama-sama menyatukan semua kekuatan sebagai saudara sebangsa dan se-Tanah Air," ajak Surya Paloh ketika diwawancarai di Sekretariat Partai Nasdem, Jakarta, Rabu.
Ia berharap pasangan capres dan cawapres, Joko Widodo dan Jusuf Kalla akan terpilih.
Dia mengajak semua warga Indonesia mengawal proses penghitungan suara yang sementara berlangsung tidak hanya pada tahapan hitung cepat (quick count), namun sampai ada pengumuman resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 22 Juli mendatang.
Pengusaha media ini memberikan apresiasi atas aktivitas partisipasi publik pada pilpres kali ini di setiap Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang dinilainya lebih tinggi dibandingkan dengan pilpres dan pemilihan legislatif sebelumnya.
"Ini indikasi positif. Pertanda proses demokrasi sudah dipahami dan dimengerti, syarat utama adalah tingkat partisipasi yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Dan yang kedua adalah pemahaman masyarakat itu sendiri tentang arti berdemokrasi," katanya.
Demokrasi, kata dia, tidak hanya mencapai tingkat perolehan hak-hak yang dimiliki, tetapi juga harus menyertakan penyeimbangan atas kewajiban, dan ketika pemahaman hak dan kewajiban semakin meningkat, pertanda proses berdemokrasi sudah berlangsung secara sehat.
"Peningkatan partisipasi ada kaitannya dengan figur Jokowi dan Prabowo karena keduanya memiliki mangnitude tersendiri," katanya.
Ia menegaskan pandangan dan pilihan boleh saja berbeda, tetapi jangan memberi ruang atau kesempatan orang menertawakan perbedaan untuk menjadi perbedaan tetapi sebaliknya perbedaan harus direkonsialiasi atau disatukan kembali.
Surya Paloh dan keluarga menggunakan hak pilih di TPS 02 Permata Hijau, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 9 Juli 2014 diikuti pasangan capres dan cawapres, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla. (B009/Z002)
Pewarta: Karel A Polakitan
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014
Tags: