BNPB siapkan pesantren Indonesia untuk misi pengurangan risiko bencana
31 Oktober 2024 13:48 WIB
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto (kesatu kiri) menyapa ratusan santri saat kunjungan kerja ke Pondok Pesantren Roudatun Nawawi di Kampung Lebak Agung, Karangpawitan, Garut, Jawa Barat, Rabu (30/10/2024) (ANTARA/HO-BNPB)
Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyiapkan lembaga pendidikan pesantren atau sederajatnya untuk bisa berperan besar dalam misi pengurangan risiko bencana di Indonesia dengan program pembangunan karakter berbasis lingkungan berkelanjutan.
Kepala BNPB Suharyanto dalam keterangan di Jakarta, Kamis, mengatakan bahwa lembaga pendidikan keagamaan seperti pesantren memiliki peran yang strategis karena tak hanya menyebarluaskan ilmu pengetahuan formal tapi juga mengajarkan pengurangan risiko dan kesiapsiagaan menghadapi bencana.
Hal ini dibuktikan setelah unsur pengurangan risiko bencana yang berbasis lingkungan berkelanjutan itu menjadi salah satu muatan dalam kurikulum pendidikan di pesantren dan madrasah oleh Kementerian Agama.
"Saya yakin dengan komitmen pesantren dalam menyisipkan materi penanggulangan bencana membuat mereka tidak hanya membangun generasi yang cerdas dan berkarakter, tetapi juga tangguh dalam menghadapi tantangan alam,” kata Suharyanto saat kunjungan kerja ke Pondok Pesantren Roudatun Nawawi di Kampung Lebak Agung, Karangpawitan, Garut, Jawa Barat itu.
Ia menilai bahwa pendidikan pembangunan karakter berbasis lingkungan berkelanjutan yang secara spesifik juga mengajarkan pengurangan risiko bencana seperti penanaman pohon, pengolahan sampah, hingga simulasi evakuasi ini sama pentingnya dengan ilmu pengetahuan formal kepada anak mengingat Indonesia merupakan negara yang rawan bencana alam.
Oleh karena itu, BNPB siap mendukung program pendidikan dari Kementerian Agama tersebut melalui serangkaian aksi pelatihan, pembinaan hingga dukungan fasilitas untuk mempertebal pengetahuan santri dalam persiapan menghadapi potensi bencana, sebagaimana yang juga diterapkan kepada seluruh pelajar di Indonesia.
Merujuk data GIS Kementerian Agama, saat ini jumlah pesantren terdaftar ada sebanyak 41.220 unit dan madrasah total sebanyak 87.451 unit di seluruh wilayah Indonesia yang telah memiliki data koordinat EMIS (Education Management Information System).
Adapun data koordinat EMIS digunakan Kementerian Agama salah satunya untuk mengidentifikasi dan monitoring keberadaan lembaga pendidikan di zona rawan bencana alam. Termasuk Kabupaten Garut, Jawa Barat yang termasuk daerah rawan gempa bumi aktivitas sesar Garut Selatan (Garsela).
"Dengan pengetahuan bencana, diharapkan para pelajar/santri mampu menjadi agen perubahan di tengah masyarakat, turut serta dalam membangun kesadaran akan pentingnya mitigasi bencana, serta menjadi garda terdepan dalam melindungi lingkungan sekitar," kata Suharyanto.
Baca juga: BNPB: Dana perbaikan rumah korban gempa di Garut masih dalam proses
Baca juga: DPR minta BNPB proaktif koordinasi dengan pemda soal mitigasi bencana
Baca juga: Menko PMK pastikan pengurangan risiko bencana tetap menjadi prioritas
Kepala BNPB Suharyanto dalam keterangan di Jakarta, Kamis, mengatakan bahwa lembaga pendidikan keagamaan seperti pesantren memiliki peran yang strategis karena tak hanya menyebarluaskan ilmu pengetahuan formal tapi juga mengajarkan pengurangan risiko dan kesiapsiagaan menghadapi bencana.
Hal ini dibuktikan setelah unsur pengurangan risiko bencana yang berbasis lingkungan berkelanjutan itu menjadi salah satu muatan dalam kurikulum pendidikan di pesantren dan madrasah oleh Kementerian Agama.
"Saya yakin dengan komitmen pesantren dalam menyisipkan materi penanggulangan bencana membuat mereka tidak hanya membangun generasi yang cerdas dan berkarakter, tetapi juga tangguh dalam menghadapi tantangan alam,” kata Suharyanto saat kunjungan kerja ke Pondok Pesantren Roudatun Nawawi di Kampung Lebak Agung, Karangpawitan, Garut, Jawa Barat itu.
Ia menilai bahwa pendidikan pembangunan karakter berbasis lingkungan berkelanjutan yang secara spesifik juga mengajarkan pengurangan risiko bencana seperti penanaman pohon, pengolahan sampah, hingga simulasi evakuasi ini sama pentingnya dengan ilmu pengetahuan formal kepada anak mengingat Indonesia merupakan negara yang rawan bencana alam.
Oleh karena itu, BNPB siap mendukung program pendidikan dari Kementerian Agama tersebut melalui serangkaian aksi pelatihan, pembinaan hingga dukungan fasilitas untuk mempertebal pengetahuan santri dalam persiapan menghadapi potensi bencana, sebagaimana yang juga diterapkan kepada seluruh pelajar di Indonesia.
Merujuk data GIS Kementerian Agama, saat ini jumlah pesantren terdaftar ada sebanyak 41.220 unit dan madrasah total sebanyak 87.451 unit di seluruh wilayah Indonesia yang telah memiliki data koordinat EMIS (Education Management Information System).
Adapun data koordinat EMIS digunakan Kementerian Agama salah satunya untuk mengidentifikasi dan monitoring keberadaan lembaga pendidikan di zona rawan bencana alam. Termasuk Kabupaten Garut, Jawa Barat yang termasuk daerah rawan gempa bumi aktivitas sesar Garut Selatan (Garsela).
"Dengan pengetahuan bencana, diharapkan para pelajar/santri mampu menjadi agen perubahan di tengah masyarakat, turut serta dalam membangun kesadaran akan pentingnya mitigasi bencana, serta menjadi garda terdepan dalam melindungi lingkungan sekitar," kata Suharyanto.
Baca juga: BNPB: Dana perbaikan rumah korban gempa di Garut masih dalam proses
Baca juga: DPR minta BNPB proaktif koordinasi dengan pemda soal mitigasi bencana
Baca juga: Menko PMK pastikan pengurangan risiko bencana tetap menjadi prioritas
Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2024
Tags: