"Kami mendukung penuh program quick win dan melaksanakannya harus secara optimal," kata anggota Komisi IX DPR RI Irma Suryani dalam Rapat Kerja Komisi IX DPR bersama Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis.
Baca juga: Anggota DPR yakin program "quick win" atasi persoalan kesehatan
Irma mencontohkan program yang tidak kalah penting untuk dijalankan oleh Kementerian Kesehatan adalah program penanganan penyakit tidak menular dan penyakit menular, seperti demam berdarah dengeu (DBD).
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi mengatakan bahwa di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto, pihaknya mengejar tiga program percepatan (quick win), yakni skrining kesehatan, pembangunan RS di daerah-daerah, serta penanganan tuberkulosis.
Budi menyebutkan bahwa yang terpenting bagi Kemenkes adalah menjaga agar masyarakat tetap sehat, bukan hanya mengobati orang sakit. Dengan demikian, tindakan promotif dan preventif seperti skrining yang rutin jauh lebih penting dibandingkan kuratif.
"Kita harus ngurus puskesmas, posyandu, bukan hanya ngurus rumah sakit-rumah sakit sakit. Semua tenaga kesehatan, bidan, perawat, dokter-dokter umum yang di puskesmas harus mendapat perhatian yang lebih banyak," katanya.
Hal itu, kata Budi, karena tenaga kesehatan puskesmas dan posyandu adalah yang tugasnya menjaga agar masyarakat tidak sakit.
Baca juga: BRIN tetapkan strategi pendukung program "Quick Win" pada kabinet baru
Baca juga: Menteri PPN: RKP 2025 telah dipadupadankan dengan program "quick win"
"Yang ketiga,saya titip supaya tuberkulosis ditangani dengan lebih cepat. Ini penyakit menular yang kematiannya paling banyak di dunia. Jauh di atas COVID-19. Itu sudah 1 miliar orang meninggal sejak 100 tahun yang lalu. Dan penyakit ini kan enggak hilang-hilang di Indonesia," katanya.
Budi menargetkan pada 2028 akhir, vaksin TBC sudah selesai, dan 2029 sudah bisa disediakan untuk publik.