Belo Horizonte (ANTARA News) - Tersingkirnya Brasil dengan memalukan di Piala Dunia 2014 menjadi trauma nasional karena masyarakat Brasil identik dengan penggila bola dan berhubungan sangat personal dengan tim.

Negara dengan jumlah penduduk 200 juta orang berharap akan melihat tim kesayangannya menjadi juara di rumahnya sendiri dan menghapus kenangan buruk piala dunia 1950 ketika dikalahkan Uruguay yang digelar di Maracana Stadium, Rio de Janeiro, dan disebut dengan insiden "Maracanazo".

Tetapi Brasil malah menelan pil pahit dengan mendertita kekalahan terburuk sepanjang sejarah 100 tahun sepak bola, dikalahkan Jerman 7-1 di Mineirao stadium.

"Itu seperti pertandingan antara orang dewasa dan anak-anak," tulis analisis olahraga Juca Kfouri pada blognya yang dilansir AFP. "Masyarakat Brasil tidak pernah merasakan dipermalukan seperti ini."

Surat kabar di Brasil menyebutnya dengan aib terbesar dalam sejarah tim nasional.

Walaupun demikian analisi lain mengantakan kekalahan Brasil di Mineirazo tidak bisa disamakan dengan Maracanazo.

"Pada 1950, kami merasa tidak ada tim yang bisa mengalahkan kami dan kekalahan di Maracana tidak pernah terpikirkan," kata Michel Castellar seorang analisis olahraga.

"Kini, kami tahu tim ini punya banyak kekurangan dan mungkin tidak akan sampai final. Apakah itu membuat malu negara? Iya, karena jumlah gol. Tetapi ini bukan insiden Maracanazo yang baru," katanya.

Pada 1950, Brasil belum pernah menjadi juara di piala dunia dan meraihnya bisa membuat negara itu berkembang.

Namun sejak saat itu, Selecao mencetak rekor dengan menjuarai piala dunia lima kali dan menghasilkan nama-nama besar di jagat sepak bola seperti Pele, Garrincha, Zico dan Ronaldo. Sementara, piala dunia kali ini Neymar tidak bisa tampil di semi-final karena patah tulang belakang.

Jelang turnamen demonstran melancarkan aksi protes untuk membatalkan piala dunia. Ribuan orang protes karena untuk menggelar piala dunia menghabiskan 11 miliar dollar. Demonstran bependapat uang itu bisa dihabiskan untuk membangun rumah sakit dan sekolah. Dan kekalahan atas Jerman itu membuat fans bertanya-tanya apakah dana yang digelontorkan sepadan.

Walaupun Selecao telah kalah, turnamen ini terbilang sukses dengan kekacuan, penundaan tenggat waktu pembangunan stadion. Dan pertandingan itu sendiri menghadirkan kejutan-kejutan seperti kekalahan tim besar dan gol yang tercipta.

"Piala dunia ini benar-benar menjadi anugerah untuk Brasil," kata Pedro Trengrouse, seorang konsultan turnamen.

Sementara para fans melihat kekalahan Brasil sebagai hal menakutkan, para ahli mengatakan Brasil tahu cara mengatasi kekalahan dan kekecewaan.

"Sudah banyak piala yang didapat sejak 1950. Ada kemenangan dan kekalahan. Semua orang terbiasa dengan itu," kata Lamartine da Costa, ahli manajemen olahraga di Univeristas Negeri Rio de Janeiro.

"Maracanazo merupakan sesuatu yang tak pernah terulang karena itu belum pernah terjadi sebelumnya," tambahnya.

Costa juga mengatakan di 1950 banyak wilayah yang terisolasi.

"Isolasi ini menciptakan budaya yang condong ke dalam. Masyarakat Brasil tidak mengerti satu sama lain dengan baik. Hal ini juga terjadi di negara besar seperti Amerika Serikat, Rusia, atau China.

"Ada rasa yang tidak nyata ketika hal-hal yang kamu harapkan tidak terjadi. Itu yang terjadi pada 1950," tambahnya.