Jakarta (ANTARA) - Di ruas Jalan Sudirman, Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, terlihat belasan pekerja sedang sibuk. Siang itu, mereka bekerja dalam panas terik, mengenakan alat pelindung diri sambil menebarkan campuran aspal yang mengandung karet di sepanjang jalan nasional itu.

Dengan dukungan satu truk, para pekerja menyebarkan lapisan aspal hitam secara merata, sehingga permukaan jalan halus dan kokoh.

Belitung menjadi daerah pertama di Indonesia yang mengadopsi teknologi perlindungan jalan secara efisien seperti diterapkan di negara maju di antaranya Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Australia, dan Tiongkok.

Teknologi pelapis jalan aspal itu bernama "microsurfacing". Lapisan ini dirancang secara khusus berbahan dasar getah karet agar jalan lebih halus, rata dan melindungi ban kendaraan dari keausan.

Teknologi "microsurfacing" ini menjadikan pelapisan jalan lebih ramah lingkungan. Selain itu, jalan lebih kuat, biaya lebih rendah, dan dampak ekonomi yang menyentuh komunitas petani karet, Teknologi ini dapat diterapkan pada jalan beraspal tetapi kasar, retak, dan beralur.

Dengan penerapan tekonologi baru ini, pemerintah tidak hanya membangun jalan yang lebih baik bagi pengguna, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi bagi petani karet.

Penggunaan bahan utama getah karet, memberi harapan baru bagi para petani bahwa hasil panen mereka akan terserap pasar dan memberi keuntungan di dalam negeri. Teknologi "microsurfacing" memberi gambaran masa depan di mana pembangunan dan kesejahteraan masyarakat berjalan seiring.

Arsip foto - Proyek microsurfacing di Jalan Sudirman, Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, Bangka Belitung, Jumat (27/9/2024). ANTARA/Harianto

Teknologi "microsurfacing"

Inovasi dalam pembangunan jalan hadir di Indonesia melalui teknologi "microsurfacing." Di Bangka Belitung, teknologi ini menjadi proyek percontohan pertama, dimulai di Jalan Sudirman, Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung.

"Microsurfacing" adalah proses pelapisan tipis yang diaplikasikan di atas permukaan jalan. Campuran agregat, aspal emulsi, air, dan polimer khusus, menghasilkan lapisan jalan yang lebih kuat dan tahan lama.

Sebagai langkah pertama, BPJN Bangka Belitung mengambil peran dalam penerapan teknologi ini. Jalan Sudirman dipilih sebagai lokasi proyek, dengan panjang pengerjaan sekitar 2,2 kilometer.

Teknologi "microsurfacing" memiliki tujuan utama meningkatkan kualitas jalan secara efisien, dengan memperpanjang umur permukaan dan mencegah kerusakan lebih lanjut akibat faktor lingkungan dan kendaraan berat.

Bukan hanya soal kualitas jalan, "microsurfacing" juga membuka peluang ekonomi bagi petani karet. Polimer berbahan dasar karet digunakan dalam proses, menghubungkan infrastruktur dan sektor pertanian.

Dalam penerapan ini, penggunaan karet sebagai polimer memungkinkan peningkatan elastisitas aspal pada suhu rendah dan kestabilan pada suhu tinggi. Ini membuat lapisan jalan lebih tahan terhadap perubahan cuaca ekstrem.

Proyek ini didanai oleh APBN 2024 dengan nilai kontrak mencapai Rp3,8 miliar, dirancang untuk diselesaikan dalam waktu enam bulan, dimulai pada pertengahan 2024.

Tim pekerja BPJN Bangka Belitung dengan tekun mengaplikasikan lapisan aspal yang dibutuhkan. Setiap bagian jalan dilapisi rata-rata 8,1 hingga 16,3 kg/m², menghasilkan permukaan jalan yang lebih halus dan kuat.

Jalan Sudirman dipilih sebagai lokasi pertama karena jalan nasional ini lalu lintas hariannya tinggi dan keausan alaminya cocok untuk uji coba inovasi ini. Lebih dari 2.000 kendaraan melintas setiap hari, banyak di antaranya adalah truk-truk besar, kata Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Bangka Belitung Arief Syarif Hidayat.

Kendaraan berat yang sering melintas dan cuaca hujan yang mengikis permukaan telah menyebabkan jalan ini mengalami retak, alur, dan kerusakan minor lainnya. Microsurfacing diharapkan mampu mengatasi masalah tersebut.

BPJN memilih proyek ini sebagai bagian dari strategi pengembangan berkelanjutan di bidang infrastruktur jalan. Setiap langkah pengerjaan dipantau ketat untuk memastikan hasil optimal bagi pengguna jalan.

Kepala Satuan Kerja Penanganan Jalan Nasional (PJN) Wilayah II Bangka Belitung Rima Qotrun Nada (Kanan) di Kabupaten Belitung, Bangka Belitung, Jumat (27/9/2024). ANTARA/Harianto

Menjadi percontohan

Proyek ini juga diharapkan menjadi contoh untuk wilayah lain. Jika berhasil, teknologi "microsurfacing" dapat diterapkan di seluruh Indonesia, guna memperbaiki kualitas jalan nasional secara menyeluruh.

Kepala Satuan Kerja Penanganan Jalan Nasional (PJN) Wilayah II Bangka Belitung Rima Qotrun Nada menyatakan bahwa dengan lapisan aspal yang lebih kedap air. "Microsurfacing" mengurangi risiko kerusakan akibat air hujan dan memperpanjang masa pakai jalan di bawahnya. Teknologi ini juga meningkatkan keamanan berkendara.

Kelebihan lain teknologi ini adalah proses pengerjaannya yang cepat dan efisien. "Microsurfacing" menggunakan satu alat penghampar, mengurangi waktu dan biaya operasional tanpa mengorbankan kualitas.

Masyarakat diharapkan mendapatkan manfaat langsung dari pelapisan ini, karena jalan menjadi lebih mulus dan aman. Ketahanan ban meningkat, suara bising berkurang, dan biaya perawatan ban kendaraan bisa berkurang.

Seiring dengan peningkatan kualitas jalan, BPJN berharap teknologi ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di sekitar daerah yang dilalui proyek. Ruas jalan yang lebih baik mendukung distribusi logistik dan aktivitas ekonomi.

Teknologi ini, meskipun baru di Indonesia, sudah diterapkan di negara-negara lain. Jerman adalah pelopor penggunaan "microsurfacing", yang kemudian berkembang di Amerika dan negara lain sejak tahun 1960-an.

Penggunaan teknologi luar negeri ini menjadi bukti bahwa Indonesia mulai mengejar standar internasional dalam pembangunan infrastruktur. "Microsurfacing" membuka babak baru dalam pemeliharaan jalan yang lebih efisien dan ramah lingkungan.

Keberhasilan pelapisan Jalan Sudirman diharapkan menjadi model yang diikuti di daerah lain. Indonesia akan memiliki jalan yang lebih tahan lama dan mendukung swasembada bahan baku melalui karet lokal.



Arsip foto - Petani getah karet mengikis pohon karet untuk diambil getahnya di Dusun IX Pasar Lori Desa Pekan Kuala, Langkat, Sumatera Utara. (ANTARA FOTO/Risky Cahyadi/ss/mes/09)

Peluang petani karet

Teknologi pelapis aspal yang digunakan di Jalan Sudirman Tanjung Pandan, Belitung, kini menjadi pionir pemanfaatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) 100 persen. Teknologi "microsurfacing" yang pertama kali diterapkan di Indonesia ini menggunakan polimer lateks berbahan dasar karet alam.

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 2.1 Balai Pelaksana Jalan Nasional Provinsi Bangka Belitung Kementerian PUPR Muhammad Sajjad menyatakan bahwa proses pembuatan polimer lateks untuk "microsurfacing" dilakukan di Indonesia oleh Pusat Penelitian Karet Bogor.

Dengan teknologi yang sepenuhnya lokal, pengembangan infrastruktur ini benar-benar membawa nilai tambah bagi industri dalam negeri, memastikan TKDN 100 persen dan menjadikan inovasi ini solusi nasional.

Keunggulan dari teknologi ini adalah penggunaan polimer berbahan dasar lateks, yang diolah langsung dari getah karet alam. Dengan begitu, penerapan "microsurfacing" tidak hanya memperkuat daya tahan jalan tetapi juga berkontribusi dalam mendukung industri karet lokal.

Bahan dasar yang digunakan untuk lapisan ini sebagian besar berasal dari produksi petani karet dalam negeri, yang berarti semakin banyak aspal yang diproduksi dengan teknik ini, semakin tinggi pula penyerapan getah karet milik petani.

Selain berkontribusi pada perekonomian, teknologi ini memiliki manfaat efisiensi. Dengan biaya awal yang lebih rendah, teknologi ini memungkinkan pemerintah untuk menutupi lebih banyak ruas jalan dalam satu kali periode anggaran.

Efisiensi biaya ini sangat berarti di tengah keterbatasan anggaran yang ada, sehingga jalan-jalan strategis lainnya juga dapat ditangani dan dipelihara dengan baik.

Bagi masyarakat, teknologi "microsurfacing" juga membantu mengurangi biaya operasional kendaraan. Penggunaan aspal yang lebih elastis berkat tambahan polimer lateks membuat permukaan jalan lebih halus dan lebih awet, sehingga mengurangi keausan ban kendaraan.Hal ini bukan hanya menurunkan biaya perawatan kendaraan masyarakat tetapi juga meningkatkan kenyamanan berkendara.

Teknologi "microsurfacing" diharapkan akan menyatukan pemanfaatan teknologi baru dalam bidang infrastruktur dan membuka peluang ekonomi bagi masyarakat. Teknologi ini diharapkan dapat menjadi solusi terhadap masalah jalan sekaligus membuka peluang bagi penggerak roda ekonomi masyarakat, khususnya para petani karet di Tanah Air.