Menbud Fadli Zon resmikan Museum Sastra dan Rumah Puisi Taufiq Ismail
30 Oktober 2024 17:51 WIB
Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon menandatangani prasasti peresmian Museum Sastra Indonesia dan Rumah Puisi Taufiq Ismail yang berada di Aia Angek, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, Rabu (30/10/2024). ANTARA/Al Fatah
Tanah Datar, - (ANTARA) - Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon meresmikan Museum Sastra Indonesia dan Rumah Puisi Taufiq Ismail di Aia Angek, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, Rabu.
Peresmian itu turut dihadiri Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha, Plt. Gubernur Sumbar Audy Joinaldi dan beberapa tokoh sastra nasional.
Pemilik rumah puisi Taufiq Ismail di Aia Angek, Agan menyampaikan bahwa sebuah museum membutuhkan kerja berkelanjutan dan terus-menerus.
"Butuh keahlian khusus agar pengetahuan tentang sastra Indonesia dapat memancar dari benda-benda koleksi dan menjadi pengetahuan bagi banyak orang," katanya.
Baca juga: Anugerah Sastra Mastera diharap menginspirasi lahirnya sastrawan baru
Baca juga: Badan Bahasa gelar Malam Sastra beri penghargaan kepada komunitas
Peresmian Museum Sastra Indonesia sebagai bagian dari Rumah Puisi Taufiq Ismail itu adalah langkah awal mewujudkan impian Taufiq Ismail.
"Saya ingin memberitahu publik bahwa benda-benda milik sastrawan itu merupakan semesta yang menyimpan berbagai cerita unik. Semesta itu tentu berkaitan erat dengan kehidupan dan karya-karya sastra Indonesia yang kita baca selama ini," katanya.
Museum Sastra Indonesia menyimpan berbagai koleksi seperti mesin tik, mesin cetak tua, kacamata, dan benda-benda lain milik para sastrawan dan para tokoh-tokoh bangsa.
Di museum yang berlokasi di kaki Gunung Singgalang itu juga mengoleksi puluhan lukisan-lukisan wajah para sastrawan Indonesia lintas generasi.
Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengaku merasa terhormat bisa hadir di tengah para sastrawan, budayawan Sumatera Barat untuk meresmikan Rumah Puisi Taufiq Ismail dan Museum Sastra Indonesia.
"Taufiq Ismail adalah sebuah nama besar dalam sastra Indonesia. Karya-karyanya melintasi tiga zaman dan menjadi kesaksian atas banyak peristiwa. Ia adalah penyair yang terlibat dengan setiap pergeseran sosial, budaya dan politik yang terjadi di Indonesia. Tak hanya itu, Taufiq Ismail adalah tonggak besar dalam perjalanan kebudayaan Nusantara," kata Fadli Zon.
Menurutnya, Rumah Puisi Taufiq Ismail dan Museum Sastra Indonesia dirancang sebagai ruang untuk mendistribusikan pengetahuan tentang sastra.
Sebagai seorang penyair yang melintasi banyak zaman, Taufiq Ismail benar-benar telah mendedikasikan hidupnya bagi kemajuan sastra Indonesia. Waktu, tenaga dan pikirannya tak pernah lepas dari sastra.
"Warisan kerja dan karyanya terbentang nyata. Ia bukan penyair individualis yang berdiri di atas menara gading atau berwacana sekedar kata. Taufiq Ismail adalah penyair yang terlibat, organik, dan selalu setia pada pergeseran waktu dan budaya," katanya.
Ia menyebutkan Taufiq Ismail menjadikan mimpinya kenyataan. Ia selalu hadir di tengah perubahan zaman.
"Ia pun ikut menghela perubahan itu dengan puisi, dengan sastra. Kalau HB Jassin pernah dijuluki Paus Sastra Indonesia, menurut saya Taufiq Ismail adalah Bapak Sastra Indonesia," katanya.*
Baca juga: Taufiq Ismail baca puisi di Prancis
Baca juga: Majalah Sastra Horison berhenti terbitkan versi cetak
Peresmian itu turut dihadiri Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha, Plt. Gubernur Sumbar Audy Joinaldi dan beberapa tokoh sastra nasional.
Pemilik rumah puisi Taufiq Ismail di Aia Angek, Agan menyampaikan bahwa sebuah museum membutuhkan kerja berkelanjutan dan terus-menerus.
"Butuh keahlian khusus agar pengetahuan tentang sastra Indonesia dapat memancar dari benda-benda koleksi dan menjadi pengetahuan bagi banyak orang," katanya.
Baca juga: Anugerah Sastra Mastera diharap menginspirasi lahirnya sastrawan baru
Baca juga: Badan Bahasa gelar Malam Sastra beri penghargaan kepada komunitas
Peresmian Museum Sastra Indonesia sebagai bagian dari Rumah Puisi Taufiq Ismail itu adalah langkah awal mewujudkan impian Taufiq Ismail.
"Saya ingin memberitahu publik bahwa benda-benda milik sastrawan itu merupakan semesta yang menyimpan berbagai cerita unik. Semesta itu tentu berkaitan erat dengan kehidupan dan karya-karya sastra Indonesia yang kita baca selama ini," katanya.
Museum Sastra Indonesia menyimpan berbagai koleksi seperti mesin tik, mesin cetak tua, kacamata, dan benda-benda lain milik para sastrawan dan para tokoh-tokoh bangsa.
Di museum yang berlokasi di kaki Gunung Singgalang itu juga mengoleksi puluhan lukisan-lukisan wajah para sastrawan Indonesia lintas generasi.
Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengaku merasa terhormat bisa hadir di tengah para sastrawan, budayawan Sumatera Barat untuk meresmikan Rumah Puisi Taufiq Ismail dan Museum Sastra Indonesia.
"Taufiq Ismail adalah sebuah nama besar dalam sastra Indonesia. Karya-karyanya melintasi tiga zaman dan menjadi kesaksian atas banyak peristiwa. Ia adalah penyair yang terlibat dengan setiap pergeseran sosial, budaya dan politik yang terjadi di Indonesia. Tak hanya itu, Taufiq Ismail adalah tonggak besar dalam perjalanan kebudayaan Nusantara," kata Fadli Zon.
Menurutnya, Rumah Puisi Taufiq Ismail dan Museum Sastra Indonesia dirancang sebagai ruang untuk mendistribusikan pengetahuan tentang sastra.
Sebagai seorang penyair yang melintasi banyak zaman, Taufiq Ismail benar-benar telah mendedikasikan hidupnya bagi kemajuan sastra Indonesia. Waktu, tenaga dan pikirannya tak pernah lepas dari sastra.
"Warisan kerja dan karyanya terbentang nyata. Ia bukan penyair individualis yang berdiri di atas menara gading atau berwacana sekedar kata. Taufiq Ismail adalah penyair yang terlibat, organik, dan selalu setia pada pergeseran waktu dan budaya," katanya.
Ia menyebutkan Taufiq Ismail menjadikan mimpinya kenyataan. Ia selalu hadir di tengah perubahan zaman.
"Ia pun ikut menghela perubahan itu dengan puisi, dengan sastra. Kalau HB Jassin pernah dijuluki Paus Sastra Indonesia, menurut saya Taufiq Ismail adalah Bapak Sastra Indonesia," katanya.*
Baca juga: Taufiq Ismail baca puisi di Prancis
Baca juga: Majalah Sastra Horison berhenti terbitkan versi cetak
Pewarta: Altas Maulana
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2024
Tags: