Jakarta (ANTARA) - Soto dan coto, jenis kuliner berkuah Indonesia yang pengucapannya hampir mirip. Penyajian kedua makanan ini juga sama-sama diisi daging yang dipotong kecil.

Meskipun hampir sama, kedua makanan ini memiliki perbedaan baik dari asal, tampilan warna kuah, hingga cara penyajiannya. Yuk simak, berikut perbedaan makanan berkuah soto dan coto:

Baca juga: Ada racikan Yogyakarta di Soto Kesawan Medan

Baca juga: Ini ide olahan daging kurban khas Betawi, dari soto hingga bubur

1. Asal

Soto merupakan salah satu makanan khas Nusantara yang sudah populer dan banyak diminati hampir sebagian masyarakat Indonesia. Kuliner soto sendiri berasal dari pengaruh makanan peranakan Tionghoa.

Asal nama dari soto konon diambil dari makanan Tionghoa yang disebut Jao To atau Cau Do dalam dialek Hokkien yang artinya berupa rerumputan jeroan atau jeroan berempah.

Dari sinilah masyarakat Indonesia terinspirasi untuk membuat kuliner serupa. Dulu hanya berisi jeroan, seiring perkembangannya soto mengikuti selera masyarakat lokal dengan isi berupa bihun, tauge, hingga potongan daging ayam, kerbau, dan sapi.

Kini, berbagai daerah di Indonesia memiliki soto khas masing-masing dengan bumbu dan nama yang berbeda pula, seperti soto Lamongan, Kudus, Banjar, dan lainnya.

Sementara itu, coto merupakan makanan berkuah yang berasal dari Makassar, Sulawesi Selatan. Coto atau yang lebih dikenal dengan sebutan coto Makassar sudah dikenal sejak Kerajaan Gowa, kala itu berpusat di Sombaopu sekitar tahun 1538 masehi, wilayah selatan kota Makassar.

Coto awalnya makanan yang diperuntukkan bagi para raja atau bangsawan di dalam istana karena memakai bahan daging sapi atau kerbau. Selain itu, untuk para masyarakat biasa dan para abdi dalem kerajaan, terdapat pilihan isian memakai bagian jeroan sapi.

Hingga kini, coto jadi kuliner paling ikonik dari Makassar.

Baca juga: Resep Soto Bandung yang gurih dan segar ala rumahan

2. Warna kuah

Perbedaan paling mencolok antara soto dan coto Makassar terletak pada warna kuahnya. Jika dilihat dari segi tampilannya, umumnya soto punya kuah berwarna jernih cenderung kekuningan. Sedangkan coto punya kuah warna cokelat cenderung gelap.

Kuah soto pada umumnya berasal dari rebusan tulang sapi atau ayam dengan bumbu seperti kunyit, jahe, daun salam, kemiri, dan daun jeruk. Sedangkan pada pembuatan kuah coto Makassar dibutuhkan rempah-rempah yang jumlahnya banyak, dan menggunakan kluwak/kluwek sehingga warna kuah pekat.

3. Isian

Soto dan coto memiliki perbedaan dalam isiannya. Semangkuk soto umumnya berisi suwiran daging ayam, potongan daging sapi, bihun, tauge, kubis, dan siraman air jeruk nipis.

Sementara, semangkuk coto bisa memilih mau berisi potongan daging sapi ataupun jeroan seperti hati, paru, limpa, jantung, babat. Pada coto Makassar juga bisa memesan extra kuning telur mentah di atasnya.

4. Cara penyajiannya

Dalam soto dan coto terdapat bahan pelengkap sebagai aspek cara penyajian hidangan ini. Semangkuk soto umumnya akan disajikan bersamaan dengan nasi putih hangat sebagai pelengkapnya, bisa disajikan terpisah maupun digabung langsung di dalam mangkuk.

Sedangkan, pada semangkuk coto makassar disajikan bersama ketupat atau buras (semacam lontong) khas Sulawesi Selatan sebagai pelengkapnya.

Baca juga: Tradisi makan coto Makassar jelang Ramadhan di Sulsel

Baca juga: Lezatnya hidangan dari perairan Celebes

Baca juga: Sejarah soto dan ragam jenisnya di Indonesia