LPEI bina 27 UMKM Papua untuk jadi eksportir andalan
29 Oktober 2024 17:20 WIB
Coaching Program for New Exporter (CPNE) yang digelar LPEI pada 21-22 Oktober 2024 di Jayapura, Papua, Selasa (29/10/2024) (ANTARA/HO-LPEI)
Jakarta (ANTARA) - Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank membina 27 usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) asal Papua lewat Coaching Program for New Exporter (CPNE) yang digelar pada 21-22 Oktober 2024 di Jayapura.
Direktur Kekayaan Negara Dipisahkan, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN), Kementerian Keuangan Meirijal Nur menyatakan bahwa UMKM memegang peran strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, dan program CPNE diharapkan mampu melahirkan eksportir baru dari Papua.
“Kementerian Keuangan memandang bahwa UMKM memiliki peran strategis dalam membangun perekonomian daerah dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi nasional. Pelatihan eksportir seperti ini merupakan suatu langkah untuk mendorong peningkatan pertumbuhan UMKM dalam memenuhi peran strategis pembangunan ekonomi nasional,” kata Meirijal dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.
Untuk itu, Kementerian Keuangan melalui LPEI akan memberikan pelatihan intensif agar mereka dapat menjadi eksportir. Sedangkan bagi UMKM yang sudah aktif mengekspor, LPEI akan memberikan pelatihan lebih lanjut untuk meningkatkan skala ekspor mereka.
Papua merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki potensi ekspor yang sangat besar, baik di sektor migas maupun non-migas. Produk-produk non-migas yang menjadi andalan ekspor Papua meliputi kayu, produk olahan kayu, ikan, hewan air lainnya, serta berbagai produk unggulan lainnya.
Potensi besar ini menjadikan Papua sebagai salah satu pemain penting dalam mendorong pertumbuhan ekspor nasional. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus 2024, ekspor produksi dari Papua mengalami lonjakan signifikan, meningkat hingga 174,56 persen atau senilai 9.367 juta dolar AS.
“Angka ini menggambarkan bahwa Papua memiliki kapasitas yang terus berkembang dan berpeluang untuk lebih menggerakkan roda ekonomi provinsi, sekaligus berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional,” ujar Meirijal.
Kepala Divisi SMEs Advisory Service LPEI Maria Sidabutar menjelaskan, program CPNE sebelumnya telah sukses dilaksanakan di berbagai wilayah di Indonesia, dari Aceh hingga Papua. Hingga saat ini, lebih dari 5.000 pelaku UMKM dari berbagai provinsi telah mendapatkan pendampingan dan pelatihan melalui CPNE.
CPNE ini memberikan pendampingan dari awal hingga proses business matching dengan buyers internasional. Melalui konsistensi dan tekad kuat, pelaku UMKM Papua diharapkan dapat menjadi eksportir yang sukses di pasar global.
“Banyak dari mereka yang berhasil menjadi eksportir baru dengan berbagai komoditas unggulan, seperti produk perikanan, kerajinan, dan komoditas lokal lainnya. Kami juga berharap Bapak dan Ibu CPNE Papua juga dapat mengikuti jejak keberhasilan tersebut dengan mengikuti setiap tahap CPNE secara berkesinambungan, karena konsistensi dan tekad kuat sangat dibutuhkan untuk menjadi eksportir. Dengan mengikuti program ini, semoga bapak dan ibu, pelaku UMKM dari Papua, bisa menjadi eksportir yang siap mendunia," kata Maria Sidabutari.
Sementara, Kepala Kantor Wilayah DJKN Papua, Papua Barat, dan Maluku, Kristijanindyati Puspitasari mengatakan Provinsi Papua memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar dengan hasil hutan dan laut yang melimpah seperti kerajinan, ukiran Asmat, tas noken, ikan, udang, lobster, mutiara, serta produk perkebunan seperti kakao, kopi, vanili, dan kelapa sawit.
Meski demikian, banyak pelaku UMKM di Papua masih menghadapi kesulitan dalam melakukan ekspor.
“Melalui program CPNE ini, para pelaku UMKM Papua dapat menjadi eksportir baru dan memperluas jangkauan pasar mereka. Kementerian Keuangan berharap, ilmu yang diberikan dalam kegiatan ini dapat diimplementasikan dan dikembangkan untuk membuat produk UMKM Papua semakin dikenal di dunia internasional,” katanya.
Frans, pemilik UMKM Paon Sida, salah satu pelaku UMKM yang mengikuti program CPNE Papua mengatakan program ini memberikan pengalaman, wawasan, dan kesempatan pertama belajar tentang ekspor.
“Ternyata ekspor sebenarnya tidak sulit namun perlu dipelajari lebih mendalam. Harapan saya, semoga kegiatan ini terus berlanjut dengan program lanjutan yang dapat membimbing para UMKM di Jayapura menjadi eksportir yang andal,” katanya.
Harapan serupa juga diungkapkan oleh Rini Eko Setiyani, pemilik UMKM Ririn Foods, UMKM asal Jayapura yang mengolah sagu Papua menjadi aneka kue kukis.
“Kesempatan mengikuti program CPNE dari Kemenkeu dan LPEI menjadi motivasi kami untuk segera ekspor. Ilmu yang diberikan akan kami aplikasikan, mulai dari menyusun company pofile, hingga membuat kemasan standar ekspor. Program ini bermanfaat bagi kami dan terus berlanjut sampai kami bisa ekspor,” ungkap Rini.
Baca juga: LPEI hadirkan pelaku usaha ekspor binaan di Trade Expo Indonesia 2024
Baca juga: LPEI menggandeng UK Export Finance ciptakan peluang bisnis baru
Baca juga: BI: Empat pelaku usaha Papua ikut Indonesia Sharia Economic Festival
Direktur Kekayaan Negara Dipisahkan, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN), Kementerian Keuangan Meirijal Nur menyatakan bahwa UMKM memegang peran strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, dan program CPNE diharapkan mampu melahirkan eksportir baru dari Papua.
“Kementerian Keuangan memandang bahwa UMKM memiliki peran strategis dalam membangun perekonomian daerah dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi nasional. Pelatihan eksportir seperti ini merupakan suatu langkah untuk mendorong peningkatan pertumbuhan UMKM dalam memenuhi peran strategis pembangunan ekonomi nasional,” kata Meirijal dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.
Untuk itu, Kementerian Keuangan melalui LPEI akan memberikan pelatihan intensif agar mereka dapat menjadi eksportir. Sedangkan bagi UMKM yang sudah aktif mengekspor, LPEI akan memberikan pelatihan lebih lanjut untuk meningkatkan skala ekspor mereka.
Papua merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki potensi ekspor yang sangat besar, baik di sektor migas maupun non-migas. Produk-produk non-migas yang menjadi andalan ekspor Papua meliputi kayu, produk olahan kayu, ikan, hewan air lainnya, serta berbagai produk unggulan lainnya.
Potensi besar ini menjadikan Papua sebagai salah satu pemain penting dalam mendorong pertumbuhan ekspor nasional. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus 2024, ekspor produksi dari Papua mengalami lonjakan signifikan, meningkat hingga 174,56 persen atau senilai 9.367 juta dolar AS.
“Angka ini menggambarkan bahwa Papua memiliki kapasitas yang terus berkembang dan berpeluang untuk lebih menggerakkan roda ekonomi provinsi, sekaligus berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional,” ujar Meirijal.
Kepala Divisi SMEs Advisory Service LPEI Maria Sidabutar menjelaskan, program CPNE sebelumnya telah sukses dilaksanakan di berbagai wilayah di Indonesia, dari Aceh hingga Papua. Hingga saat ini, lebih dari 5.000 pelaku UMKM dari berbagai provinsi telah mendapatkan pendampingan dan pelatihan melalui CPNE.
CPNE ini memberikan pendampingan dari awal hingga proses business matching dengan buyers internasional. Melalui konsistensi dan tekad kuat, pelaku UMKM Papua diharapkan dapat menjadi eksportir yang sukses di pasar global.
“Banyak dari mereka yang berhasil menjadi eksportir baru dengan berbagai komoditas unggulan, seperti produk perikanan, kerajinan, dan komoditas lokal lainnya. Kami juga berharap Bapak dan Ibu CPNE Papua juga dapat mengikuti jejak keberhasilan tersebut dengan mengikuti setiap tahap CPNE secara berkesinambungan, karena konsistensi dan tekad kuat sangat dibutuhkan untuk menjadi eksportir. Dengan mengikuti program ini, semoga bapak dan ibu, pelaku UMKM dari Papua, bisa menjadi eksportir yang siap mendunia," kata Maria Sidabutari.
Sementara, Kepala Kantor Wilayah DJKN Papua, Papua Barat, dan Maluku, Kristijanindyati Puspitasari mengatakan Provinsi Papua memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar dengan hasil hutan dan laut yang melimpah seperti kerajinan, ukiran Asmat, tas noken, ikan, udang, lobster, mutiara, serta produk perkebunan seperti kakao, kopi, vanili, dan kelapa sawit.
Meski demikian, banyak pelaku UMKM di Papua masih menghadapi kesulitan dalam melakukan ekspor.
“Melalui program CPNE ini, para pelaku UMKM Papua dapat menjadi eksportir baru dan memperluas jangkauan pasar mereka. Kementerian Keuangan berharap, ilmu yang diberikan dalam kegiatan ini dapat diimplementasikan dan dikembangkan untuk membuat produk UMKM Papua semakin dikenal di dunia internasional,” katanya.
Frans, pemilik UMKM Paon Sida, salah satu pelaku UMKM yang mengikuti program CPNE Papua mengatakan program ini memberikan pengalaman, wawasan, dan kesempatan pertama belajar tentang ekspor.
“Ternyata ekspor sebenarnya tidak sulit namun perlu dipelajari lebih mendalam. Harapan saya, semoga kegiatan ini terus berlanjut dengan program lanjutan yang dapat membimbing para UMKM di Jayapura menjadi eksportir yang andal,” katanya.
Harapan serupa juga diungkapkan oleh Rini Eko Setiyani, pemilik UMKM Ririn Foods, UMKM asal Jayapura yang mengolah sagu Papua menjadi aneka kue kukis.
“Kesempatan mengikuti program CPNE dari Kemenkeu dan LPEI menjadi motivasi kami untuk segera ekspor. Ilmu yang diberikan akan kami aplikasikan, mulai dari menyusun company pofile, hingga membuat kemasan standar ekspor. Program ini bermanfaat bagi kami dan terus berlanjut sampai kami bisa ekspor,” ungkap Rini.
Baca juga: LPEI hadirkan pelaku usaha ekspor binaan di Trade Expo Indonesia 2024
Baca juga: LPEI menggandeng UK Export Finance ciptakan peluang bisnis baru
Baca juga: BI: Empat pelaku usaha Papua ikut Indonesia Sharia Economic Festival
Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2024
Tags: