JAKARTA (ANTARA) - Profesor Riset ICREA di Autonomous University of Barcelona, ​​Dr. Andero Galí, mengungkapkan bagaimana hasrat awalnya terhadap piano klasik membentuk pendekatan uniknya dalam penelitian ilmu saraf.

Dia memimpin studi inovatif yang menghubungkan respons ketakutan tikus dan manusia, yang berpotensi merevolusi pengobatan untuk PTSD (gangguan stres pascatrauma) dan gangguan kecemasan.

Dalam wawancara yang diterbitkan di Brain Medicine, sebagaimana disiarkan Medical Xpress, Selasa (29/10) itu terungkap mengenai persinggungan antara stres dan memori yang telah menarik perhatian Dr. Andero Galí sepanjang kariernya.

"Semua hewan menghadapi ancaman sepanjang hidup mereka, yang memicu respons stres yang memadai yang penting untuk bertahan hidup," jelasnya dalam wawancara tersebut.

Baca juga: Jangan cemas, memori rasa takut bakal berubah seiring waktu

Lebih lanjut ia memaparkan,”Ingatan membentuk realitas kita, dan fakta bahwa ini bukanlah kebenaran yang tetap, tetapi konstruksi yang dapat diubah yang dipengaruhi oleh emosi membuat saya terpesona”.

Laboratoriumnya secara unik menggabungkan teknik mutakhir, termasuk pencitraan kalsium in vivo pada tikus dan studi respons ketakutan manusia.

Penelitian saat ini berfokus pada pemahaman bagaimana siklus menstruasi memengaruhi pembentukan memori ketakutan, menggunakan metode canggih untuk mengukur hormon seks dan respons ketakutan pada kedua spesies.

Yang membuat pendekatan Dr. Andero Galí sangat penting adalah komitmennya untuk mendobrak batasan penelitian tradisional.

"Kita perlu mengubah cara penelitian ilmu saraf dilakukan dengan mendobrak batasan tradisional antara penelitian hewan dan manusia," tegasnya.

Menurut dia dengan mengadvokasi pendekatan lintas spesies yang lebih terintegrasi, kita dapat menciptakan pemahaman yang lebih komprehensif dan dapat diterjemahkan tentang otak manusia.

Baca juga: Studi: OCD dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian

Fokus laboratorium pada reseptor neuropeptida menghadirkan jalan yang menarik untuk pengembangan obat. Tidak seperti pengobatan saat ini yang menargetkan reseptor di seluruh otak, reseptor ini sebagian besar diekspresikan di wilayah emosional, yang berpotensi menawarkan pilihan pengobatan yang lebih tepat untuk gangguan berbasis rasa takut.

Perjalanan Dr. Andero Galí dari musisi menjadi ilmuwan saraf menawarkan wawasan unik tentang pemikiran kreatif yang diperlukan untuk inovasi ilmiah. Lingkungan laboratoriumnya mencerminkan filosofi ini, yang menekankan pertumbuhan intelektual dan pembelajaran kolaboratif.

"Hal terpenting bagi saya di laboratorium saya adalah memiliki lingkungan yang sehat dan positif tempat para anggota berinteraksi dan belajar satu sama lain," ungkapnya.

Publikasi terkini, termasuk makalah Science Advances tahun 2024, menunjukkan keberhasilan pendekatan terpadu ini, yang menunjukkan data yang sesuai antara aktivitas neuron tikus dan pencitraan saraf manusia selama respons rasa takut.

Temuan ini menimbulkan pertanyaan penting tentang perbedaan jenis kelamin dalam pemrosesan rasa takut dan potensi pendekatan terapeutik yang lebih terarah.

Baca juga: Kenali tanda dan gejala trauma juga cara mengatasinya

Baca juga: Trauma hal yang kompleks tapi bisa diatasi