Jakarta (ANTARA News) - Penjualan pakaian bekas di Pasar Senen, Jakarta, tiga pekan menjelang Idul Fitri 2014, mengalami penurunan hingga 80 persen dibandingkan waktu yang sama pada tahun lalu.
"Sejak Pasar Senen terbakar penjualan hancur, dulu satu hari bisa sampai Rp1 juta per hari, sekarang cuma Rp200 ribu," kata pedagang pakaian bekas Sodikin di Pasar Senen, Jakarta, Senin.
Hingga menjelang siang hanya sejumlah kios pakaian bekas yang dikunjungi pembeli, selebihnya hanya satu dua orang saja yang lewat.
Sementara, sejumlah pedagang tampak memainkan telepon seluler dan mengobrol dengan sesama pedagang lainnya sambil sesekali menyapa calon pembeli.
Ia mengatakan pascakebakaran yang menghanguskan Blok III Pasar Senen pada 25 April, sekitar 2.000 pedagang pakaian bekas dipindahkan ke lokasi penampungan sementara di depan Blok III.
Menurut Sodikin, kondisi pedagang pun makin tertekan dengan biaya operasional yang harus dibayar setiap harinya.
"Dalam satu hari kami harus bayar biaya penitipan barang Rp15 ribu per bal, sewa lokasi Rp40 ribu, uang kebersihan Rp5 ribu dan biaya listrik Rp150 ribu per bulan," ujarnya.
"Bisa dibayangkan penjualan saat ini rata-rata hanya Rp200 ribu, terkadang kurang, ibarat kata sudah jatuh tertimpa linggis pula pedagang di sini," katanya menceritakan keprihatinan yang dialami.
Pada Ramadhan tahun lalu, ujarnya, pembeli ramai pada H-7 dan saat itu omzet pedagang bisa mencapai Rp5 juta per hari.
Sodikin merupakan salah seorang pedagang yang kiosnya ikut terbakar dan mengalami kerugian sebesar Rp300 juta karena tidak ada satu pun dagangan yang bisa diselamatkan.
Untuk berdagang kembali ia harus mulai dari nol dengan menjual kaus layak pakai yang diambil dari grosir dengan harga Rp25 ribu hingga Rp50 ribu.
Ia berharap pemerintah DKI Jakarta segera membangun kembali Pasar Senen yang terbakar dan memindahkan pedagang ke lokasi sementara yang lebih representatif.
Baju baru
Sementara itu Boy salah seorang pedagang pakaian bekas di Pasar Senen mengatakan menjelang Lebaran sekitar 20 persen pedagang memutuskan beralih dengan menjual pakaian baru untuk persiapan Lebaran.
"Karena omzet pakaian bekas turun, saya beralih menjual pakaian baru, penjualan dan keuntungannya lumayan," katanya.
Boy sengaja menjual pakaian baru karena biasanya menjelang lebaran orang lebih banyak memilih membeli baju baru.
"Tetapi untuk jaket, pembeli masih tetap mencari pakaian bekas karena kualitasnya cukup bagus walaupun kondisinya tidak baru dan harganya murah," ujarnya.
Ia pun mengakui pascakebakaran penjualan menurun, apalagi di lokasi penampungan sementara lapak yang disediakan ukurannya kecil hanya 1,5 x 1,5 meter.
Akibatnya pembeli malas berbelanja dan saat ini sejumlah pedagang memilih jemput bola dengan berdagang di dekat perumahan seperti di daerah Pondok Gede.
"Dulu kalau mau belanja pakaian bekas orang datang ke Pasar Senen, sekarang dimana-mana sudah ada jadi tidak terpusat lagi," kata dia yang sudah berjualan di Pasar Senen sejak 2002.
Menurutnya, penjualan dengan sistem jemput bola tersebut bisa meraup hasil yang lebih besar, tiga kali lipat dibandingkan omzet di Pasar Senen yang hanya berkisar Rp200 ribu.
Ramadhan, penjualan pakaian bekas di Pasar Senen lesu
7 Juli 2014 16:35 WIB
Ilustrasi
Pewarta: Ikhwan Wahyudi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014
Tags: