Tanjungpinang (ANTARA) - Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Zulhidayat mengatakan masyarakat khususnya para pemuda Kota Tanjungpinang patut berbangga karena Bahasa Indonesia diyakini lahir di daerah itu.

Makanya, kata dia, makna peringatan Sumpah Pemuda yang diperingati setiap tanggal 28 Oktober 2024 memiliki arti yang sangat istimewa bagi ibu kota Provinsi Kepri tersebut.

"Sebagai kota yang diyakini tempat lahirnya Bahasa Indonesia, makna Sumpah Pemuda di Tanjungpinang jauh lebih hebat dibandingkan dengan daerah lain," kata Zulhidayat di Tanjungpinang, Senin.

Menurut dia, peringatan Sumpah Pemuda harus dijadikan momentum bagi generasi muda untuk berperan sebagai lokomotif kemajuan di Tanjungpinang.

Oleh karena itu, ia mengimbau seluruh pemuda setempat terus berkarya dan memberikan kontribusi positif bagi kemajuan kota.

“Kami mengapresiasi semua karya yang telah dihasilkan untuk Tanjungpinang. Teruslah berkarya sesuai dengan kemampuan dan bakat masing-masing," ujarnya.

Ia menyebutkan, sebagai bentuk dukungan terhadap peran pemuda Pemkot Tanjungpinang tidak hanya melahirkan Peraturan Daerah (Perda) Kepemudaan Nomor 9 Tahun 2021, tapi juga berkomitmen lebih peduli terhadap pengembangan pemuda ke depan.

Apalagi saat ini pemuda di Tanjungpinang semakin kreatif dan aktif di berbagai bidang, bahkan keterwakilan pemuda di DPRD tingkat kota maupun provinsi Kepri juga terus bertambah.

Pemkot Tanjungpinang pun terus berupaya menjadikan Tanjungpinang sebagai Kota Layak Pemuda, yang ditandai dengan rencana aksi daerah (RAD).

"Kami masih menunggu RAD dari Pemprov Kepri agar rencana itu dapat bersinergi dengan baik," ucapnya

Secara terpisah, Budayawan Kepri Abdul Malik mengajak para pemuda terus melestarikan Bahasa Melayu sebagai cikal bakal Bahasa Indonesia.

"Bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa berasal dari Bahasa Melayu, yang sehari-hari digunakan masyarakat Pulau Penyengat, Tanjungpinang," ujarnya.

Dari pulau yang berada di depan Gedung Daerah, salah satu situs bersejarah ini, lahir seorang Pahlawan Nasional bernama Raja Ali Haji, yang kemudian dikenal sebagai Bapak Bahasa.

Penulis buku sejarah Melayu itu mengatakan usulan Bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan bangsa Indonesia berasal dari R.M. Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara) dalam makalahnya yang disampaikan pada 28 Agustus 1916 dalam Kongres Pengajaran Kolonial di Den Haag, Belanda.

Setelah itu, katanya, pada Kongres I Pemuda Indonesia muncul dua pendapat untuk nama bahasa nasional Indonesia. Muhamamad Yamin mengusulkan nama Bahasa Melayu sebagaimana nama asalnya, sedangkan M. Tabrani mengusulkan nama baru untuk bahasa itu yaitu Bahasa Indonesia.

Alhasil, Kongres I Pemuda Indonesia pada 2 Mei 1926 itu menyetujui nama bahasa Indonesia seperti yang diusulkan M. Tabrani.

"Bahasa Indonesia berasal dari Bahasa Melayu, tak ada keraguan atau bantahan dari pihak manapun, karena memang itulah kenyataannya," katanya pula.

Baca juga: Badan Bahasa selesaikan entri 200 ribu kosakata di KBBI pada 2024
Baca juga: Kedaulatan Bahasa Indonesia jadi inti perayaan Bulan Bahasa 2024