Berbuka puasa dengan "kenyamen" hampir menjadi kebiasaan atau tradisi bagi masyarakat Lombok, khususnya umat muslimin, sehingga tidak heran setiap menjelang berbuka mereka beramai-ramai membeli "kenyamen".
Ahmad Ali (40), seorang pedagang "kenyamen" di Mataram, Minggu, mengatakan dirinya bersama teman lainya setiap tahun menjual kelapa muda terutama pada bulan Ramadhan dengan keuntungan yang cukup.
Sudut-sudut kota yang menjadi tempat berjualan "kenyamen" antara lain di Jalan Majapahit, Kekalik, Jalan Airlangga, Jalan Pabedan, Ampenan, Jalan Udayana, dan di Cakranegara.
Dikatakan, "kenyamen" yang dijual para pedagang sebagian besar datang dari Kabupaten Lombok Barat seperti daerah Kekait, Gunung Sari, Wadon, dan Medas dengan diangkut kendaraan truk.
Harga "kenyamen" berkisar antara Rp6.000 per buah hingga Rp8.000 per buah, harga "kenyamen" tersebut jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga kelapa yang hanya Rp4.000 per buah.
Untuk itu, saat bulan puasa datang patani kelapa dan pedagang kelapa muda menjadi kesempatan yang berarti untuk mengais rizki, karena setiap hari bisa meraih keuntungan sekitar Rp100.000.
Menurut Ahmad, yang menjadi kendala sekarang ini adalah buah kelapa muda sudah mulai berkurang, ini sebagai akibat ratusan pohon kelapa produktif ditebang begitu saja, karena arealnya dijadikan bangunan hotel terutama di kawasan wisata pantai Senggigi, Lombok Barat.
Memang masih ada pohon kelapa di sejumlah kawasan hotel, namun tidak berbuah, karena saat bunga keluar langsung dipotong petugas hotel, sebab khawatir tamu akan tertimpa buah kelapa.
Pemerintah terus melakukan peremajaan pohon kelapa terutama di daerah pedesaan baik di Lombok Barat, Lombok Timur, dan Lombok Tengah, termasuk Kabupaten Lombok Utara.
(KR-NKL)