Jakarta (ANTARA News) - Di Pulau Jawa terdapat jalur angkutan darat yang telah lama dikenal sebagai "jalur gemuk" atau banyak dilintasi oleh para pemudik, antara lain jalur jalan di kawasan pantai utara (Pantura) Jawa.

Menurut Wakil Menteri Pekerjaan Umum, Hermanto Dardak, jalur jalan di Pantura diharapkan siap digunakan untuk arus mudik dan balik angkutan lebaran tahun 2014/1435 Hijriyah.

"Selama Ramadhan, jalur Pantura dapat digunakan untuk memperlancar arus angkutan barang untuk kesiapan," kata Hermanto Dardak dalam rapat koordinasi di Kementerian Perhubungan, Jakarta, Rabu (11/6).

Menurut Hermanto, pengerjaan perbaikan di jalur Pantura telah rampung 80 persen, sedangkan sisanya diharapkan juga dapat diselesaikan dengan segera.

Bila tidak dapat diselesaikan, ujar dia, maka pengerjaan perbaikan juga bisa dilanjutkan setelah masa lebaran tahun 2014.

Ia mengemukakan bahwa untuk jalur-jalur alternatif merupakan kewenangan dari pemerintah daerah setempat.

"Kami harapkan sasaran praktis H-30 seluruh pengerjaan pembetonan semen dihentikan," ujarnya.

Apalagi, Menteri Perhubungan Evert Erenst Mangindaan memperkirakan jumlah pemudik pada Lebaran Idul Fitri Tahun 2014 bakal mencapai lebih dari 19 juta orang, sehingga berbagai pihak terutama terkait sektor angkutan transportasi diharapkan kesiapannya.

"Persiapan matang mesti dilakukan karena jumlah penumpang angkutan lebaran akan naik," kata E.E. Mangindaan.

Menurut Mangindaan, jumlah penumpang angkutan Lebaran Tahun 2014 berjumlah sekitar 19,29 juta penumpang atau meningkat 3,83 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Selain itu, Menhub juga memprediksi bahwa puncak arus mudik bakal terjadi pada "H-3" sampai "H-1", sedangkan puncak arus balik adalah "H+4" sampai "H+5".

Bila dibagi kepada jenis moda transportasi, ujar dia, maka jumlah untuk moda angkutan jalan akan naik 0,9 persen menjadi 5,59 juta penumpang, yang diperkirakan bakal menaiki antara lain 2,37 juta kendaraan sepeda motor dan 1,78 juta kendaraan mobil pribadi.

Sedangkan untuk moda angkutan kereta api diprediksi naik 3,1 persen menjadi 4,49 juta orang, moda angkutan udara naik 11,48 persen menjadi 4,1 juta orang, moda angkutan sungai, danau, dan penyeberangan naik 1,73 persen menjadi 3,54 juta orang, serta moda angkutan laut naik 3 persen menjadi 1,57 juta orang.

Menhub juga telah meninjau secara langsung kesiapan angkutan lebaran di jalur Nagreg yang merupakan "jalur gemuk" bagi lintas selatan Jawa.

Jalur Nagreg umumnya dilintasi masyarakat dari Bandung, Garut dan Tasikmalaya dan sekitarnya menuju Jakarta sehingga termasuk jalur padat.

Dalam kesempatan peninjauan tersebut, Menhub juga memberikan apresiasi terhadap jajaran Polda Jabar untuk kesiapannya menghadapi lebaran tahun ini.

Menurut Kapolda Jabar Irjen Muhammad Iriawan, pihaknya telah melakukan pengecekan kesiapan angkutan lebaran 2014 di tiga jalur yaitu jalur utara, tengah, dan selatan.

Di jalur utara, ujar Kapolda, saat ini ada perbaikan perbaikan jalan dan jembatan Indramayu serta pasar tumpah di beberapa titik yang bisa menimbulkan kemacetan.

Selain itu, di Tol Palimanan juga dilaporkan ada perlintasan antara mobil yang akan masuk tol dan motor yang akan melaju ke Cirebon sehingga berpotensi mengakibatkan kemacetan.

"Saya minta bantuan pemerintah pusat untuk menangani dengan membuat jalan layang," kata Kapolda Jabar.

Sementara di jalur tengah antara Palimanan-Kadipaten ada sebagian jalan yang perlu perbaikan, sehingga dinilai perlu penanganan khusus.

Sedangkan di jalur selatan terdapat sejumlah titik kemacetan seperti tanjakan Nagrek, pasar tumpah dan daerah rawan longsor, serta perlintasan sebidang kereta.

Perhatikan perlintasan sebidang

Menhub menginginkan berbagai pihak terkait juga memperhatikan perlintasan sebidang yang juga bakal berdampak besar dalam mengakibatkan kepadatan lalu lintas.

"Pengamanan di perlintasan sebidang agar dilakukan pengamanan karena meningkatnya frekuensi perjalanan kereta," katanya.

Untuk itu, Mangindaan juga menginginkan kepada aparat setempat di jalur lintas selatan agar lebih memerhatikan perlintasan sebidang palang pintu kereta api, mengingat jumlah kereta api yang akan lewat jauh bakal lebih sering dari saat ini pada musim mudik lebaran mendatang.

Sementara untuk jalur Pantura yang juga banyak berdampingan dengan jalur kereta, Dirjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum Djoko Murjanto mengatakan bahwa kondisi ruas jalan cukup baik dan tidak akan mengganggu jalannya arus mudik.

Menurut Djoko, tidak ada pekerjaan pemeliharaan khusus menjelang lebaran karena semua pekerjaan merupakan pekerjaan rutin tahunan seperti perbaikan dan peningkatan jalan.

"Paket tahunan ini berjalan hingga akhir tahun, bukan menjelang lebaran saja. Saat ini sebagian besar belum rampung dan selesai sekitar November tahun (2014) ini," katanya.

Pernyataan itu juga selaras dengan pernyataan Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak yang mengemukakan, penanganan Pantura yang akan dihentikan itu terutama adalah aktivitas pembetonan dan pengaspalan.

Namun, penanganan yang sifatnya tidak terlalu mengganggu arus lalu lintas di kawasan tersebut tetap diteruskan.

Wakil Menteri Pekerjaan Umum mengemukakan, pihaknya telah melihat secara langsung simpul-simpul yang nantinya akan berdampak kemacetan luapan arus mudik.

"Titik-titik kemacetan itu biasanya disebabkan oleh pasar tumpah, penyempitan jalan atau perbaikan penggantian lantai jembatan," kata Hermanto Dardak.

Ia juga mengemukakan bahwa terkait dengan ruas jalan tol Jakarta-Cikampek relatif tidak ada masalah.

Sebelumnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memberi perhatian khusus kepada proyek infrastruktur jalan di kawasan Pantura terkait dengan banyaknya pandangan publik terhadap jalur yang kerap dipakai mudik tersebut.

"Kami memberikan perhatian secara khusus Jalan Pantura," kata Ketua BPK Rizal Djalil di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (13/6).

Menurut Rizal, masih banyak pertanyaan publik yang menanyakan mengapa sering dilakukan perbaikan jalan pantura.

Hasil pemeriksaan BPK, ujar dia, menunjukkan bahwa terjadi keberatan muatan ("overload") beban gandar (sumbu kendaraan) yang melintasi jalan, sehingga melebihi kapasitas beban yang diizinkan di atas 10 Muatan Sumbu Terberat (MST).

"Kami merekomendasikan agar Kementerian PU meningkatkan koordinasi dengan instansi-instansi lain yang terkait dengan upaya pengendalian terhadap penggunaan jalan nasional," ucapnya.

Selain itu, ia juga mengutarakan harapannya agar pemerintah dapat mengembangkan jalan alternatif jalan tol terkait dengan jalur Pantura tersebut.
(M040)