Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyerukan pentingnya faktor sosial ekonomi dalam pengelolaan tuna berkelanjutan di Samudera Hindia.

Pandangan ini disampaikan melalui berbagai intervensi pada pertemuan kelompok kerja sosial ekonomi (Working Party on Social Economy) Indian Ocean Tuna Commission (IOTC).

Delegasi Indonesia yang diketuai Pelaksana Tugas Staf Ahli Menteri Bidang Kemasyarakatan dan Antar Lembaga Trian Yunanda mengatakan, pada pertemuan itu Indonesia menekankan aspek sosial ekonomi dapat sejalan dengan prinsip-prinsip kriteria penetapan alokasi kuota tuna dan spesies sejenis di Samudera Hindia yang saat ini masih dalam proses penyelesaian.

“Selain itu, inisiasi Indonesia dalam menggandeng negara-negara pantai melalui Coastal State Alliance (CSA) menjadi krusial untuk memastikan bahwa posisi Indonesia dan kepentingan CSA telah terakomodasi secara efektif dan berkeadilan. Indonesia juga secara sukarela menjadi ketua dalam pertemuan CSA dan menjajaki untuk menjadi host secretariat ke depannya,” ujar Trian dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin.

Baca juga: Menteri KKP lepas ekspor perdana ikan tuna kaleng di Banyuwangi

Secara terpisah, Direktur Jenderal Perikanan Tangkap KKP Lotharia Latif mengatakan pelibatan faktor sosial ekonomi dalam pembahasan rezim alokasi menjadi sangat penting dalam pemanfaatan dan pengelolaan tuna di kawasan Samudera Hindia.

“Melalui forum ini kita akan dorong integrasi faktor sosial ekonomi yang nanti akan menjadi indikator kriteria penetapan alokasi kuota tuna dan spesies sejenis di Samudera Hindia,” ujarnya.

Adapun dalam gelaran IOTC, perwakilan Indonesia menyambut baik terpilihnya Umi Muawanah dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sebagai ketua kelompok kerja itu.

Baca juga: KKP Terus Perjuangkan Tata Kelola Tuna Sirip Biru Selatan Pada Sidang Komisi CCSBT