Chongqing (ANTARA) - Di kota pegunungan Chongqing, antrean panjang telah menjadi hal yang lumrah, baik saat menunggu giliran lebih dari 100 meja untuk menikmati hotpot kekinian, berjalan kaki sejauh tiga sampai empat kilometer untuk memotret kompleks Hongyadong yang ikonik, atau mengantre selama tiga jam untuk menaiki kapal pesiar menyusuri sungai.

Kota di China itu penuh dengan kehidupan, dengan jalan-jalan yang dipenuhi oleh para pencinta kuliner dan wisatawan yang ingin melihat-lihat, yang semuanya berburu makanan lezat atau pemandangan memukau.

Menurut Komisi Pengembangan Budaya dan Pariwisata kota tersebut, Chongqing menyambut 22,68 juta wisatawan domestik selama liburan Hari Nasional China selama tujuh hari, naik 14,1 persen secara tahunan (year on year/yoy). Wisatawan menghabiskan sekitar 15,4 miliar yuan (1 yuan = Rp2.202), naik 15,8 persen (yoy), sementara pengunjung inbound yang menginap melonjak hingga 140,4 persen.

Luo Zibai, Direktur Pusat Penelitian Pengembangan Pariwisata Chongqing di Chongqing Normal University, mengaitkan daya tarik kota itu dengan lanskap alamnya yang memukau, warisan budaya yang kaya, dan makanan pedas yang menggugah selera.

Topografi kota yang unik, di mana bangunan-bangunan menempel di pegunungan dan jalan-jalan yang terhubung dengan sungai, menciptakan sebuah lanskap kota yang menawan dan meninggalkan kesan mendalam bagi para pengunjung, tambah Luo.

Salah satu contohnya adalah Hongyadong, sebuah kompleks landmark yang terdiri dari rumah-rumah panggung yang menarik lebih dari 1,03 juta pengunjung selama liburan Hari Nasional China tahun ini. Wang Huajun, seorang pedagang setempat, menceritakan bagaimana situs tersebut telah berkembang. "Dulu, para wisatawan hanya mengambil foto dan pergi setelah makan," ujarnya.

"Sekarang, tempat ini telah bertransformasi menjadi sebuah destinasi yang komprehensif yang mengintegrasikan budaya, pariwisata, dan perdagangan sehingga para pengunjung dapat menyelami budaya setempat, menikmati kuliner autentik Chongqing, serta membeli produk budaya Bayu yang unik," tambahnya.

Chongqing juga merangkul inovasi dalam pariwisata budaya digital. Di jantung kota tersebut, sebuah pusat seluas 6.000 meter persegi memadukan budaya setempat dan pemandangan yang memukau dengan teknologi mutakhir, menawarkan pengalaman yang imersif kepada para pengunjung melalui sinema dinamis dan teater hologramrealitas tertambah (augmented reality/AR).

Para pejabat dari departemen pariwisata budaya Distrik Yuzhong menekankan komitmen mereka untuk memajukan pariwisata budaya digital, pemasaran digital, dan desain kreatif. Dengan membina para pelaku pasar, mereka bertujuan untuk memosisikan digitalisasi sebagai sebuah area pertumbuhan utama untuk industri budaya dan pariwisata.

Meskipun waktu pasti kapan Chongqing menjadi kota "selebriti internet" belum dapat diketahui, namun jelas bahwa media sosial telah memainkan peran penting dalam mendongkrak popularitasnya.

"Tidak ada kota yang lebih baik untuk fotografi selain Chongqing," ujar Xue Lin, seorang wisatawan dari Beijing. Sebelum melakukan perjalanan, Xue telah membuat panduan foto dengan menggunakan aplikasi gaya hidup dan aplikasi berbagi video yang populer seperti Xiaohongshu dan Douyin.

"Dengan lanskap kota pegunungan tiga dimensi dan pemandangan malam yang menakjubkan, Chongqing merupakan destinasi yang wajib dikunjungi oleh para pelancong dari segala usia," tambah Xue.

Seiring dengan terus bertambahnya jumlah wisatawan yang masuk, industri jasa di Chongqing juga terus berkembang. Kota tersebut tidak hanya meningkatkan kualitas layanan di tempat-tempat wisata, tetapi juga berfokus pada hal-hal kecil, seperti menyediakan transportasi yang nyaman, pilihan tempat makan berkualitas tinggi, dan pemandu wisata yang cermat, guna memastikan para pengunjung merasa disambut dan diperhatikan.

Seiring dengan terus berkembangnya kota itu, Chongqing siap untuk tetap menjadi destinasi yang diminati, memikat para pengunjung dengan pesona unik dan budayanya yang semarak.