Amerika Serikat tolak referendum kemerdekaan Kurdi Irak
4 Juli 2014 18:13 WIB
Seorang perempuan membawa foto anaknya, salah satu korban dalam serangan kimia 1988, saat ia menghadiri upacara mengenang para korban di kota Kurdi Halabja, dekat Sulaimaniya, Irak, Sabtu (16/3). Suku Kurdi Irak memperingati 25 tahun serangan kimia di Halabja Sabtu kemarin. Hampir 5.000 orang diperkirakan tewas akibat gas kimia, saat desa-desa dirazia dan ribuan orang Kurdi dibawa paksa ke kamp-kamp saat kampanye genosida Anfal 1988 melawan suku Kurdi Irak. (REUTERS/Thaier al-Sudani)
Washington (ANTARA News) - Amerika Serikat, Kamis, menolak seruan pemimpin suku Kurdi Irak tentang penyelenggaraan referendum kemerdekaan, seraya mengatakan, satu-satunya jalan negara itu dapat mengalahkan negara Islam radikal dengan tetap bersatu.
Massud Barzani, pemimpin daerah otonom itu, sebelumnya mengatakan pada parlemen untuk membuat persiapan referendum hak untuk menentukan nasib sendiri.
Tetapi Gedung Putih, yang bekerja di belakang layar meyakinkan kelompok Sunni, Syiah dan para pemimpin Kurdi Irak untuk membentuk pemerintah kesatuan di Baghdad, menyambut ide itu secara dingin.
"Faktanya adalah kami terus percaya bahwa Irak lebih kuat jika bersatu," kata juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest.
"Itu sebabnya mengapa Amerika Serikat terus mendukung Irak yang demokratis, majemuk dan bersatu dan kami akan terus mendesak semua pihak di Irak untuk terus bekerja sama untuk mencapai tujuan itu," kata Earnest.
Massud Barzani, pemimpin daerah otonom itu, sebelumnya mengatakan pada parlemen untuk membuat persiapan referendum hak untuk menentukan nasib sendiri.
Tetapi Gedung Putih, yang bekerja di belakang layar meyakinkan kelompok Sunni, Syiah dan para pemimpin Kurdi Irak untuk membentuk pemerintah kesatuan di Baghdad, menyambut ide itu secara dingin.
"Faktanya adalah kami terus percaya bahwa Irak lebih kuat jika bersatu," kata juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest.
"Itu sebabnya mengapa Amerika Serikat terus mendukung Irak yang demokratis, majemuk dan bersatu dan kami akan terus mendesak semua pihak di Irak untuk terus bekerja sama untuk mencapai tujuan itu," kata Earnest.
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014
Tags: