Jakarta (ANTARA) - Pelopor Gerakan Indonesia Optimis (GIO) Ngasiman Djoyonegoro menyebut Kabinet Merah Putih di bawah kepemimpinan Presiden RI Prabowo Subianto merupakan perwujudan atas karakter nasionalisme, patriotik, dan pengabdian pada bangsa dan negara Indonesia.

"Syukurlah saat ini situasi telah banyak berubah. Presiden Prabowo dengan Kabinet Merah Putih, saya kira memberikan perspektif optimisme dalam menjalankan pemerintahan selama 5 tahun ke depan," kata Ngasiman dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Minggu.

Ngasiman mengapresiasi kegiatan retreat di Akmil Magelang yang digagas Presiden Prabowo untuk para menteri. Hal ini mengingat optimisme dapat diraih dengan semangat kebersamaan, dedikasi, dan kesetiaan mutlak pada bangsa serta negara, sebagaimana tujuan yang hendak dicapai dalam agenda tersebut.

"Karakter merah putih adalah karakter yang tanggap (responsif, cerdas), tanggon (tangguh), trengginas (lincah), setia kepada bangsa dan negara, tak gentar terhadap tekanan apa pun, serta kuat sehingga harus mulai satu rasa di antara para menteri yang akan mengurus negeri ini," kata dia.

Sejak berdiri selama 6 tahun lalu, kata pria yang kerap disapa Simon itu, GIO telah menciptakan momentum untuk membalikkan narasi pesimisme yang muncul menjelang Pilpres 2019.

Saat itu, narasi Indonesia akan bubar pada tahun 2030 gencar berembus.

"Kami merasa narasi itu akan memperburuk psikologi masyarakat. Oleh karena itu, perlu ada wacana penyeimbang. Kami lantas mengembangkan Gerakan Indonesia Optimis," kata pemikir muda di bidang intelijen, pertahanan, dan keamanan itu.

Baca juga: Setop kesalahkaprahan penulisan tanda baca dan ejaan
Baca juga: Kedaulatan Bahasa Indonesia jadi inti perayaan Bulan Bahasa 2024
Lebih lanjut dia mengungkapkan bahwa modal dasar bangsa dan negara saat ini sejatinya sudah kuat.

Sumber daya manusia (SDM) unggul dan sumber daya alam (SDA) Indonesia juga melimpah, serta kinerja pemerintah dalam mengembangkan fondasi pembangunan tak kalah serius.

Oleh sebab itu, kata Simon, modal yang ada perlu menjadi pijakan untuk memperkuat narasi optimisme di antara kehidupan bermasyarakat.

Akademisi sekaligus pemerhati kebudayaan Okki Tirto mengatakan bahwa optimisme penting untuk membangun budaya bangsa.

"Budaya Indonesia sebagai bangsa sulit untuk dirumuskan karena banyaknya suku bangsa. Akan tetapi, itu dapat dicirikan dalam tiga hal, yakni peci hitam, gotong royong, dan bahasa Indonesia," kata Okki.

Pemimpin dan masyarakat, menurut dia, harus bisa membedakan antara budaya bangsa dan negara.

"Budaya bangsa Indonesia perlu dirumuskan kembali sebagai roots and routes (akar dan rute) berdasarkan kesepakatan bersama para pemimpin bangsa," ujarnya.

Okki sepakat tema Membangun Karakter Merah Putih untuk Kesuksesan Indonesia Emas 2045 yang digagas GIO dalam rangka memperingati hari jadinya ke-6 merupakan wujud upaya untuk membangun kekayaan perspektif kebudayaan dalam kerangka optimisme pada masa depan.