Cilacap (ANTARA News) - Hasil tangkapan nelayan Cilacap anjlok hingga 80 persen akibat cuaca buruk di perairan selatan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir.

"Saat ini, saya hanya mengoperasikan dua dari lima kapal yang saya miliki. Meskipun hanya mengoperasikan dua kapal, saya tetap merugi," kata salah seorang pemilik kapal pencari tuna, Sanpo, di Cilacap, Jumat.

Ia mengaku menderita kerugian berkisar Rp16 juta--Rp25 juta per kapal karena waktu yang dibutuhkan untuk sekali melaut mencapai dua pekan.

Menurut dia, biaya operasional kapal tidak seimbang dengan hasil tangkapan karena kondisi musim panen ikan kali ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.

"Masa panen ikan bagi nelayan Cilacap biasanya jatuh saat musim angin timur yang berbarengan dengan datangnya musim kemarau sekita bulan Juli," katanya.

Akan tetapi hingga sekarang, kata dia, masih sering terjadi hujan meskipun telah memasuki musim angin timur.

Akibat adanya anomali cuaca tersebut, lanjut dia, ikan sulit dicari sehingga pendapatan nelayan merosot.

Dalam kesempatan terpisah, Kepala Pelabuhan Perikanan Samudra (PPS) Cilacap Wahid mengatakan bahwa kondisi musim yang tidak menentu memengaruhi produksi ikan di Cilacap sehingga merosot sekitar 80 persen.

"Kemerosotan produksi ikan sekitar 80 persen. Saat panen, biasanya hasil tangkapan yang masuk ke PPS Cilacap mencapai 60 ton, tetapi sekarang hanya 12 ton," jelasnya.

Menurut dia, hal itu disebabkan banyaknya kapal besar dengan bobot di atas 30 gross tonage (GT) yang tidak berani melaut.

Saat ini, kata dia, ada 120 kapal berbobot di atas 30 GT yang bersandar di PPS Cilacap akibat berbagai faktor, salah satunya hasil tangkapan belum banyak sehingga pemilik tidak berani ambil risiko kerugian.